Sabar dan Ikhlas, Buah dari Ibadah Puasa Ramadhan

Opini510 views

PUASA Ramadhan adalah kewajiban yang ditetapkan oleh Allah bagi hamba-NYA yang beriman, sebagaimana diperintahkan Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 183. “Wahai orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada umat sebelummu agar kamu bertaqwa.” (QS Al-Baqarah: 183).

Dalam menjalankan ibadah puasa, umat Islam meyakini bahwa apabila dijalankan dengan benar-benar sabar dan ikhlas,  maka mereka yang berpuasa akan mendapatkan kebaikan atau limpahan rahmad dan maghfirah sehingga dalam menjalani hidup 11 ( sebelas ) bulan ke depan Insha Allah akan lebih baik dan istiqamah pada perintah Allah yaitu amal ma’ruf nahi mungkar artinya berbuat baik dan menjauhi keburukan bahkan fastabiqul khairat selalu berusaha melakukan kebaikan khususnya dalam hubungan sosial dengan masyarakat yang dalam bahasa agamanya disebut hablumminannas.

Mengenai perihal puasa ini dalam hadis qudsi, Allah Azza wa Jalla berfirman, “Setiap amal seorang manusia untuk dirinya sendiri kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasan kepadanya. Puasa itu hendaklah dijadikan perisai, karena itu apabila salah seorang di antaramu berpuasa, janganlah mengucapkan perkataan yang buruk dan keji, jangan membangkitkan emosi dan syahwat, serta jangan pula mendatangkan kekacauan. Apabila ia dimaki atau ditantang seseorang, katakanlah, ‘Aku sedang berpuasa.'” (Hadis riwayat al-Bukhari ).

Banyak sekali hal positif yang diajarkan oleh puasa ramadhan, namun  saya hanya menggaris bawahi dua hal pokok yaitu, Sabar dan Ikhlas. Kalau puasa ramadhan ibarat Lembaga Tarbiyah ( Lembaga Pendidikan ) dengan durasi waktu studi atau training satu bulan, maka minimal seorang muslim yang balig atau dewasa akan mendapatkan inti sari dari ajaran puasa selama bulan ramadhan.

Inti sari pertama dari ibadah puasa adalah Sabar, saudara ku yang menjalankan puasa dengan sebenar-benarnya puasa pasti merasakan hal itu, bagaimana  dalam keseharian berpuasa sambil bekerja, berinteraksi dengan orang lain, kalau kita seorang birokrasi maka kita berinteraksi antara atasan atau bawahan, kalau pedagang antara penjual atau pembeli, kalau guru atau dosen antara siswa atau mahasiswa, ini pasti menimbulkan suasana yang bisa baik-baik saja atau mungkin bisa sebaliknya, nah disini butuh kesabaran.

Bahkan mungkin saja suasana di rumah yang kemudian membuat kita di siang hari harus marah, ngomel dan seterusnya. Nah kalau kita tidak cepat sadar bahwa kita lagi berpuasa, maka bisa saja emosi kita tidak terkendalikan. Di sinilah manfaat puasa , puasa menjadi pengingat sekaligus penenang agar kita turunkan emosi untuk sabar, dan sabar itulah ajaran puasa.

Intisari yang kedua adalah Ikhlas, ketika berpuasa saudara ku, pasti kita pernah diuji, ada barang atau alat kerja kita yang tiba – tiba rusak kita harus ikhlas, atau ada barang kita yang hilang padahal kita lagi membutuhkan saat itu, atau ada barang kita atau bahkan uang kita yang harus dikeluarkan karena ada salah satu keluarga terdekat atau tetangga terdekat yang sangat membutuhkan bantuan kita. Sehingga barang atau uang kita tersebut harus kita berikan.

Nah ujian seperti ini kadang menjadi pilihan tersulit bagi sebahagian kita, apalagi kalau kita juga membutuhkannya dalam waktu bersamaan, namun sekali lagi ibadah puasa mengajarkan kita untuk ikhlas, dan saudara ku kita memang wajib untuk ikhlas, karena kita yakin justru sikap ikhlas kita inilah yang kemudian  menjadi akses ridha Allah SWT pada ibadah puasa kita, dan lebih dari itu ikhlasnya kita akan menjadi akses masuknya atau datangnya rezeki Allah yang benar-benar berkah untuk kita dengan keluarga kita, Allhumma Amin.

Untuk itu dengan 2 ( dua ) Hikmah Besar dibalik Ibadah Puasa Ramadhan, ini hendaknya menjadikan kita manusia yang selalu sabar dan ikhlas dalam menjalani kehidupan. Sabar dan Ikhlas inilah yang menjadi dasar Pekikan Takbir sebagai Tanda Kemenangan melawan hawa nafsu selama satu bulan, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Laa ilaaha illallahu wallahu akbar Allahu Akbar walillaa ilhamd.

Dengan memiliki rasa dan sikap hidup Sabar dan Ikhlas maka mari kita menyambut Hari Raya yang Fitri ini pada tanggal 1 Syawal 1444 Hijriah. Mari di hari yang Suci nan Fitrah ini kita Perbaiki hati tempat berniat dan akal tempat berpikir, perkuat rasa sabar dan ikhlas dalam  beribadah yang sebenar – benarnya beribadah kepada Allah SWT tempatatau tujuan kita berpulang bila sudah waktunya dengan husnul kahtimah.Amin.

Akhirnya saya mengucapkan Minal aidin walfaidzin – Mohon Maaf Lahir dan Bathin, kepada saudara-saudaraku semua, Semoga Allah SWT Senantiasa Meridhai setiap langkah hidup kita, Amin.

Wallahul muaafieq ilaa aqwamiththariq, Wassalamu alikum warahmatullhi wabarakatuh.

Penulis : Burhanuddin Zein

Dosen Hukum Tata Negara dan Hukum Islam

Fakultas Hukum Universitas Musamus Merauke.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *