Merauke, Suryapapua.com– Masyarakat di sejumlah kampung di Distrik Okaba, Kabupaten Merauke, ‘ogah’ mengola kelapa menjadi kopra dengan alasan prosesnya terlalu lama.
Demikian disampaikan salah seorang pengumpul kelapa dari Kampung Eswambi-Okaba, Paulus Yano Samkakai saat ditemui Surya Papua Selasa (10/5). “Memang kecendrungan masyarakat di kampung-kampung adalah menjalankan sistem barter,” ujarnya.
Dimana, jelas Yano, masyarakat hanya menjual kelapa tua kepada beberapa pengumpul. Misalnya 15 buah kelapa yang diberikan, akan ditukar satu bungkus pinang dan lempeng.
“Semakin banyak kelapa dikumpulkan, sejumlah kebutuhan sembako termasuk sirih-pinang, akan didapatkan lebih banyak. Memang itu yang sudah berjalan dari tahun ke tahun,” katanya.
Nantinya, jelas dia, setelah kelapa ditukarkan dengan sejumlah kebutuhan, barulah mereka mengola sendiri menjadi kopra. Sekaligus dihantar ke salah satu pembeli di Okaba.
“Jadi cara kerja seperti demikian yang dilakukan. Saya sendiri mempunyai enam tenaga di sejumlah kampung. Nantinya mereka bertugas mengumpulkan kelapa dari masyarakat,” katanya.
Ditanya apakah sudah tak ada warga mengola kopra lagi, Yano mengaku masih ada. Hanya saja, jumlahnya sangat sedikit.
Untuk harga kopra sekarang, jelasnya, kalau pembelian langsung di kampung antara Rp 3.500-4.000/kilogram. Sedangkan di tengkulak di Okaba, harga Rp 7.000/kg.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun