Merauke, Suryapapua.com– Setelah 2021 silam bagian atas Lingkaran Brawijaya (Libra) Jatuh akibat dihantam angin kencang, tak langsung dilakukan perbaikan.
Namun arsitek sekaligus perancang tugu yang tidak lain adalah Bupati Merauke, Romanus Mbaraka, anak kampung Kelahiran Kalilam Pulau Terapung Kimaam, jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, berpikir keras merancang ulang, terutama bahan yang akan digunakan untuk pemasangan.
Tentu saja perangkat yang diperbaiki dan diperkuat adalah penahan berbagai atribut di bagian atas libra mulai dari angka 969, lambang bola dunia serta beberapa atribut lain, karena tonasenya dipastikan sangat berat.
Dari pantauan Surya Papua Selasa (7/2/2023), sejumlah simbol di Tugu Libra yang menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan tersebut sudah terpasang.
Sebut saja, angka 969 terpasang di beberapa bagian di atas, juga motto Kabupaten Merauke Izakod Bekai-Izakod Kai, jam dan bulatan bola dunia yang diserta beberapa tulisan dalam bentuk angka.
Terlihat pekerja masih menyelesaikan sejumlah item dibagian penyangga tugu sebagai penguat. Belum diketahui kapan semuanya akan rampung.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Merauke, Yanuarius Katmok kepada wartawan beberapa waktu lalu mengatakan, bola dunia dan angka itu tidak dibuat di Merauke, tetapi di pulau Jawa.
Untuk bentuk maupun angka tak ada perubahan. Hanya saja bahan pembuatannya sedikit berbeda dari bahan sebelumnya.
“Betul simbol tetap dan tidak akan berubah. Karena itu adalah konsep Bapak Bupati Merauke, Romanus Mbaraka sendiri,” ungkapnya.
Katmok mengakui ada penambahan pekerjaan di tugu Libra untuk menopang empat tiang pilar, sehingga konstruksi lebih kokoh ketika diterjang angin.
Untuk anggaran pengerjaan, menurut Katmok, kurang lebih Rp 1 milyar.
“Memang yang membuat harganya mahal adalah komponen atau material bola dunia dan angka. Karena bahan yang digunakan saat ini berkualitas tinggi, berbeda dengan material sebelumnya yang mudah karat dan ketika diterjang angin mudah rubuh,” katanya
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun