Peringatan Hari Noken Sedunia! Ketika Hutan Papua Diobrak-Abrik, Noken Ikut Terancam

Laporan Utama152 views

Jakarta, Suryapapua.com– “Bahan baku untuk  membuat Noken berasal dari hutan Papua. Jadi, Ketika hutan tidak lagi lestari, maka Noken sebagai simbol kehidupan masyarakat Papua pun ikut terancam.”

Penegasan itu disampaikan  Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) periode 2024–2026, Susana Kandaimu dalam rilisnya yang diterima suryapapua.com Kamis (04/12/2025).

Menurut Kandaimu, pernyataan yang disampaikan tersebut, sehubungan dengan peringatan Hari Noken Sedunia hari ini.

“Kami dari pengurus PP PMKRI menyerukan pentingnya menjaga identitas budaya Papua, sekaligus melindungi lingkungan hidup— sejalan dengan semangat ensiklik Laudato si’ tentang merawat bumi sebagai rumah bersama,” ujarnya.

Keberadaan Noken atau tas tradisional Papua yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda, sedang menghadapi ancaman serius, terutama akibat kerusakan lingkungan.

“Bahan baku Noken berasal dari hutan Papua. Ketika hutan rusak akibat krisis iklim, maka bahan bakunya ikut terancam,” ungkap Kandaimu.

Hilangnya kelestarian hutan, jelasnya,  berarti hilangnya simbol kehidupan masyarakat Papua.

“Ketika hutan tidak lagi lestari, maka Noken sebagai simbol kehidupan masyarakat Papua pun ikut terancam,” katanya.

Lebih lanjut Kandaimu mengungkapkan, pelestarian Noken tidak hanya menyangkut kelangsungan kerajinan tradisional, tetapi terkait erat  upaya menjaga hutan hujan tropis Papua sebagai sumber kehidupan masyarakat adat.

“Dengan menjaga noken, kita juga menjaga hutan Papua. Keduanya tidak bisa dipisahkan,” tegasnya.

Bagi Kandaimu, peringatan Hari Noken Sedunia menjadi pengingat bahwa noken bukan sekadar tas.

Lebih dari itu adalah simbol identitas, filosofi hidup serta pengetahuan ekologis masyarakat Papua.

Nilai-nilai tersebut sejalan dengan spirit Laudato si’ yang menempatkan kelestarian alam sebagai tanggung jawab moral manusia.

Dia berharap upaya pelestarian Noken dilakukan melalui kolaborasi antara pemerintah, masyarakat adat, komunitas lokal, organisasi masyarakat sipil, hingga lembaga internasional.

Dengan kerja bersama, Noken dapat terus hidup, diwariskan lintas generasi serta menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.

“Melestarikan Noken berarti melestarikan Papua. Dan, menjaga Papua berarti menjaga masa depan kita bersama,” katanya.

 Penulis : Frans Kobun

Editor   : Frans Kobun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *