Merauke, Suryapapua.com-Kurang lebih 800-an umat Katolik di Gereja Santa Theresia Buti, mengikuti Natal bersama. Sebelum Natal bersama dilaksanakan, didahului perayaan misa dipimpin Pastor Paroki Santa Theresia Buti, Romo Pius Oematan, Pr.
Dari pantauan Surya Papua Minggu (2/1), prosesi perarakan dilakukan terlebih dahulu diikuti masing-masing etnis mulai dari Marind, Mappi, Asmat serta etnis Nusantara lain. Setelah dari halaman gereja, keluar- melewati jalan umum dan masuk kembali ke dalam gereja, sekaligus dimulainya perayaan misa.
Dalam perayaan misa itu, ada satu sesi disiapkan panitia setelah pembacaan Injil yakni pembakaran beberapa lilin oleh sejumlah perwakilan, mulai dari pastor paroki, Ketua Dewan Paroki Santa Theresia Buti, Yoseph Gebze, Lurah Samkai, Amelia Padwa, Ketua Panitia Natal bersama, Isak Laiyaan serta beberapa perwakilan lain.
Lalu pada perayaan ekaristi itu, biasanya doa umat menggunakan Bahasa Indonesia. Namun dalam perayaan dimaksud, perwakilan atau utusan masing-masing etnis mulai dari Marind dan etnis Nusantara lain, membawakan dengan bahasa daerah masing-masing.
Pastor Paroki Santa Theresia Buti, Romo Pius Oematan, Pr dalam khotbahnya mengatakan, cinta Allah diperuntukan bagi seluruh umat manusia. Kedatangan Sang Juru Selamat Yesus Kristus ke dunia, tidak lain mempersatukan seluruh umat-NYA.
Dengan kelahiran Tuhan Yesus di kandang Betlehem, Allah ingin merangkul seluruh umat manusia dari berbagai strata kehidupan.
“Umat manusia harus belajar dari putra Allah yang merendahkan diri dan ingin mencintai semua orang, tanpa membedakan kaya-miskin, yang memiliki jabatan atau tidak. Inilah cinta Allah diperlihatkan kepada kita melalui Tuhan Yesus,” katanya.
Dikatakan, atas dasar cinta Allah, umat Kristiani merayakan Natal dengan thema Cinta Kasih Kristus yang Menggerakkan Persaudaraan. Sebagai pengikut-NYA, apa yang diwartakan, harus dihayati serta diamalkan umat manusia.
Allah, lanjut Pastor Pius, merangkul semua umat tanpa melihat perbedaan. “Dengan bercermin pada cinta dan kebaikan Allah yang ditunjukkan kepada kita melalui Tuhan Yesus sebagai pengikut, terutama umat di Paroki Santa Theresia Buti, mencoba menghayati cinta itu dalam suatu kegiatan melalui Natal bersama yang dilaksanakan,” ujarnya.
Dengan kehadiran Putra Allah yang memberikan kesaksian, umat harus menunjukkan sikap rendah hati antara satu dengan lain. Sehingga mampu menciptakan persaudaraan serta kekeluargaan.
“Semoga teladan Putra Allah yang telah hadir ditengah kita, mendorong sekaligus mengajak untuk kita belajar mempersiapkan diri mengamalkan cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari dengan saling menghargai dan menghormati satu sama lain,” pintanya.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun