Lomba Panah Tradisional, Ajang Pelestarian Budaya Tanah di Papua Selatan

Olahraga561 views

Merauke, Suryapapua.com– Panitia Hari Ulang Tahun (HUT) Merauke ke-121 menyelenggarakan lomba panah tradisional Papua Selatan.

Perlombaan  memanah itu, berlangsung Jumat (3/2/2023) di tiga kelurahan yakni Kelurahan Samkai, Kamahedoga dan Kelapa Lima Merauke.

Pantauan Surya Papua di Kelurahan Samkai, penyelenggaraan lomba panah  tradisional berlangsung di belakang Gereja Katolik Santa Theresia Buti diikuti 125 pemanah dari  berbagai kelurahan dan kampung se-Distrik Merauke.

Salah seorang pemanah sedang menarik anak panah dalam perlombaan panahan – Surya Papua/Hendrik Resi
Salah seorang pemanah sedang menarik anak panah dalam perlombaan panahan – Surya Papua/Hendrik Resi

Sedangkan di Kelurahan Kamahedoga berlangsung di area pelabuhan rakyat Gudang Arang  diikuti  40-an peserta.

Ketua Koordinator Seksi Perlombaan,  Mike Christian Walinaulik mengatakan, lomba panah tradisional menjadi ajang pelestarian warisan budaya daerah di Tanah Papua Selatan.

Dalam lomba panah tradisional, jelas Mike,  budaya kearifan lokal harus ditonjolkan.

“Jadi kita mau tonjolkan nilai budaya setempat. Kita coba variasi dengan standar budaya setempat. Karena Merauke ini memiliki banyak keunikan. Paling tidak harus ada keterwakilan kearifan lokal,  kemudian disesuaikan dengan standar budaya di luar daerah,” kata Mike.

Mike menyebut kekhasan lomba panah terasional di Papua Selatan khususnya di Merauke,  tergantung pada kebiasaan berburu dan jenis bahan alam digunakan sebagai alat berupa busur dan anak panah.

Panitia sedang melihat hasil panahan pemanah di titik sasaran – Surya Papua/Hendrik Resi
Panitia sedang melihat hasil panahan pemanah di titik sasaran – Surya Papua/Hendrik Resi

“Kekhasan di sini mungkin  kita bisa lihat saudara kita dari Suku Marind. Mereka punya busur dan anak panah panjang dan besar terbuat dari bambu. Kalau suku lain mungkin terbuat dari bahan alam lain seperti rotan dan sebagainya,” ungkap dia.

Kriteria penilaian lomba panah tradisional,  lanjut Mike, adalah akurasi panah dalam mencapai sasaran di papan target. Setiap peserta berkesempatan memanah 3 kali dengan nilai tertinggi dihitung berdasarkan akumulasi anak panah yang tertancap di dalam lingkaran papan target yang beri skor poin dari 10-100.

“Kriteria penilaian ada nomor. Jadi ada poin yang di tengah itu dari 10 sampai 100. Kalau kena di tengah itu 100, terus 90 dan kemudian dihitung akumulasi poin sasaran selama 3 kali memanah. Pemenang dengan nilai poin tertinggi akan mendapatkan hadiah berupa uang pembinaan,” tandasnya.

Penulis : Hendrik Resi

Editor   : Frans Kobun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru