Dampak Tidak Adanya Ujian Nasional pada Tingkat SD

Opini160 views

UJIAN  Nasional (UN) di Indonesia telah lama menjadi bahan perdebatan dalam dunia pendidikan. Sejak penghapusan-nya pada tahun 2020, muncul berbagai pertanyaan mengenai dampak perubahan tersebut terhadap kualitas pendidikan di tanah air.

Apakah penghapusan UN membuat pendidikan menjadi lebih baik atau justru menciptakan masalah baru?

Merdeka Belajar dan Penghapusan UN

Pada akhir tahun 2019, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, mengusulkan penghapusan UN sebagai bagian dari transformasi pendidikan melalui kebijakan “Merdeka Belajar”.

Ia menjelaskan bahwa UN selama ini lebih menekankan pada kemampuan hafalan dan memberikan tekanan yang besar pada siswa.

Sebagai pengganti UN, Nadiem mengusulkan dua instrumen baru yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survei Karakter yang lebih berfokus pada literasi, numerasi dan pengembangan karakter siswa.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim menjelaskan bahwa perubahan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mempersiapkan siswa menghadapi tantangan dunia nyata.

Dengan AKM, diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif yang tidak hanya dilihat dari kemampuan mengerjakan soal pilihan ganda, tetapi juga dari kemampuan mereka dalam memahami dan menyelesaikan masalah yang lebih kompleks.

Selain itu, dengan penghapusan UN, sekolah bisa lebih fokus pada proses pembelajaran yang menyeluruh, tanpa terjebak dalam persiapan ujian.

Meskipun usulan ini mendapat sambutan positif, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah kesiapan guru dalam menyusun asesmen berbasis kompetensi dan kesenjangan infrastruktur antara sekolah di perkotaan dan daerah terpencil.

Sebagai seorang guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar (SD), saya melihat penghapusan Ujian Nasional (UN) untuk tingkat SD sebagai kebijakan yang memiliki dampak multidimensional baik positif maupun negatif, terutama dari perspektif pendidikan karakter, spiritualitas, dan perkembangan holistik anak. Berikut ini adalah dampaknya tidak adanya Ujian Nasional:

1.Dampak Positif Tanpa Ujian Nasional di SD

a.Fokus pada Pembentukan Karakter dan Nilai Agama

Tanpa tekanan Ujian Nasional, guru dan sekolah bisa lebih menekankan pembentukan karakter siswa sesuai nilai-nilai Kristiani, seperti kejujuran, kasih sayang, tanggung jawab dan kerja sama.

Pembelajaran Agama Katolik bisa lebih mendalam, tidak sekadar mengejar target akademis.

b.Pengembangan Potensi Siswa secara Holistik

Ujian Nasional cenderung memaksa siswa menghafal materi untuk ujian. Tanpa Ujian Nasional, siswa punya lebih banyak waktu untuk mengembangkan bakat, kreativitas dan spiritualitas melalui kegiatan seperti retreat, pendalaman iman atau proyek pelayanan sosial—sesuai ajaran Katolik tentang “menjadi garam dan terang dunia.”

c.Mengurangi Stres dan Kompetisi Tidak Sehat

Anak SD masih dalam tahap perkembangan emosional dan mental. Ujian Nasional sering menimbulkan kecemasan berlebihan.

Tanpa Ujian Nasional, suasana belajar lebih menyenangkan dan guru bisa menerapkan nilai-nilai “doa, kerja dan cinta kasih” (St. Don Bosco) dalam proses belajar.

d.Guru Lebih Fleksibel dalam Evaluasi

Penilaian bisa dilakukan secara autentik (observasi, portofolio, proyek) yang lebih sesuai dengan kemampuan individu siswa.

Ini sejalan dengan prinsip Katolik tentang menghargai setiap anak sebagai citra Allah (Imago Dei) yang unik.

2. Dampak Negatif atau Tantangan Tanpa Ujian Nasional

a. Menurunnya Motivasi Belajar Siswa

Ujian Nasional bisa menjadi tantangan yang memacu semangat belajar. Tanpa standar nasional, beberapa siswa mungkin kurang termotivasi untuk menguasai materi dasar termasuk pelajaran agama yang membutuhkan kedisiplinan (seperti memahami Kitab Suci atau moralitas).

b.Kurangnya Tolok Ukur Kualitas Pendidikan

Ujian Nasional memberikan gambaran tentang kualitas pendidikan suatu sekolah. Tanpa Ujian Nasional, sulit mengukur apakah siswa SD sudah mencapai kompetensi minimum, termasuk dalam hal nilai-nilai iman dan moral Katolik.

c.Ketimpangan Kualitas Antar-Sekolah

Sekolah dengan sumber daya terbatas (misalnya di daerah terpencil) mungkin kesulitan menjaga standar tanpa panduan Ujian Nasional.

Ini bisa memperlebar kesenjangan, termasuk dalam hal pengajaran agama yang berkualitas.

d.Orang Tua Kurang Terlibat

Ujian Nasional sering memicu kesadaran orang tua untuk memantau perkembangan anak. Tanpa Ujian Nasional, mungkin ada orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anak, termasuk pembinaan iman di rumah.

3. Rekomendasi untuk Pendidikan Katolik SD Tanpa Ujian Nasional

Agar dampak positif lebih dominan, sebagai guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, saya menyarankan:

1. Perkuat Penilaian Berbasis Proyek Iman

Misalnya: penilaian melalui pelayanan kasih (mengunjungi panti jompo), pembuatan refleksi spiritual, atau drama nilai-nilai Injil.

2.Kolaborasi dengan Orang Tua dan Paroki

Sekolah bisa bekerja sama dengan keluarga dan gereja untuk memastikan pembentukan iman anak tetap terarah.

3. Sistem Pemantauan Kompetensi Alternatif

Sekolah Katolik bisa membuat ujian lokal berbasis nilai-nilai Kristiani (misalnya tes tentang moral, doa, atau sejarah Gereja).

4. Peningkatan Kualitas Guru

Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti harus lebih kreatif merancang pembelajaran yang menarik tanpa tergantung pada “kultur Ujian Nasional.”

Penghapusan Ujian Nasional di SD sejalan dengan semangat pendidikan Katolik yang mengutamakan perkembangan utuh anak (fisik, mental, spiritual).

Namun, tantangannya adalah memastikan bahwa tanpa Ujian Nasional, sekolah tetap mampu menanamkan dasar iman, pengetahuan dan tanggung jawab sosial.

Dengan pendekatan yang lebih personal dan berbasis nilai Kerajaan Allah, pendidikan dasar Katolik justru bisa lebih bermakna tanpa Ujian Nasional.

“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.” (Amsal 22:6)

Penulis :

Ludgerus Waluya Adi, S.Ag

Seorang Guru Pendidikan Agama Katolik

yang Peduli pada Masa Depan Anak

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *