Merauke, Suryapapua– “Saya ingin memberikan penjelasan dan klarifikasi yang sebenar-benarnya sesuai fakta. Jadi Adik kami, Adriana Mahuze (11), murid Kelas III Sekolah Dasar Negeri (SDN) Merauke itu, meninggal di pangkuan kakaknya di atas mobil pikap Jumat (25/2) malam di depan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Merauke.”
Pernyataan resmi ini sekaligus membantah keras apa yang disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke, dr Nevil Muskita saat jumpa pers bersama sejumlah wartawan di RS AL Lantamal XI Sabtu (26/2) bahwa almarhumah Adriana setelah tiba di RSUD, langsung ditangani, namun nyawahnya tak tertolong.
Saat ditemui Surya Papua di rumah almarhumah di Jalan Mayor Wiratno, kompleks Pintu Air, Kelurahan Maro, Minggu (27/2), perwakilan keluarga, Norbert Tebay menuturkan, setelah dalam keadaan kritis akibat sesak nafas, almarhumah Adriana yang diduga ditolak RS AL Lantamal XI, langsung dibawa ke IGD RSUD Merauke.
Setelah tiba di RSUD Merauke malam itu, jelas Norbert, hanya ada petugas penanganan covid-19. “Memang ada satu tenaga kesehatan sedang menangani pasien rujukan anak. Sementara adik kami, Adriana masih di atas mobil pikap yang sedang dipangku kakaknya,” ujar dia.
“Begitu adik kami sudah putus nafas di atas mobil, barulah tenaga medis sibuk membawanya ke ruangan IGD untuk memberikan bantuan oksigen. Jadi tak ada sama sekali sentuhan tenaga medis, padahal keluarga sudah menyampaikan bahwa anak kami sedang kritis,” ujarnya.
Dengan demikian, tegasnya, apa yang disampaikan Kadis Kesehatan Merauke, dr. Nevil Muskita itu tidak benar semua. “Ini saya garisbawahi agar masyarakat luas mengetahui,” ungkapnya.
Dia mengaku, beberapa hari sebelumnya, almarhum sempat menjalani perawatan di RSUD Merauke selamaa empat hari akibat sesak nafas juga. Hanya saja, ketika itu sejumlah tenaga kesehatan terpapar covid-19, sehingga dipulangkan ke rumah.
“Jadi saat pulang ke rumah juga masih dalam keadaan sakit (sesak nafas). Beberapa hari kemudian, tepatnya Jumat 25 Pebruari 2022, Adriana kritis lagi sehingga dibawa kembali ke rumah sakit,” katanya.
“Kita datang pertama di RS AL Lantamal XI Merauke, tetapi almarhum diduga ditolak dengan alasan tak ada dokter anak. Begitu dibawa ke RSUD Merauke, tak ditolong, hinggga akhirnya meninggal dunia,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Norbert membantah dengan keras pemberitaan salah satu media online dari Jakarta jika adiknya positif covid-19. “Saya sakit hati sekali dengan pemberitaan tersebut. Kok bisa menulis seperti begitu, padahal sesungguhnya anak-adik kami hanya sesak nafas selama beberapa minggu terakhir,” tegasnya.
Diapun kembali memrotes jumpa pers yang dilakukan managemen RS AL Lantamal XI Merauke. “Kok kenapa tidak menyampaikan yang sesungguhnya, sesuai apa yang dialami dan dirasakan keluarga,” tanya dia.
Penulis : Yulianus Bwariat/Frans Kobun
Editor : Frans Kobun