Sakramen Maha Kudus Diarak dari Rumah ke Rumah Umat Paroki Santa Theresia Buti, Pastor Matruty: ‘Inspirasi Saya’

Laporan Utama144 views

Merauke, Suryapapua.com– Prosesi perarakan Sakramen Maha Kudus dilakukan di enam lingkungan dalam wilayah Paroki Santa Theresia Buti-Merauke sejak Minggu 22 Juni 2025 pada moment Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus.

Dimana Pastor Paroki Santa Theresia Buti, RD Simon Petrus Matruty menyambangi dan atau mendatangi rumah-rumah umat dalam wilayah paroki, sambil membawa Sakramen Maha Kudus didampingi para suster (biarawati;red), pengurus dewan paroki serta Orang Muda Katolik (OMK).

Untuk diketahui, Sakramen Maha Kudus dalam Gereja Katolik merujuk pada Tubuh dan Darah Kristus yang hadir secara nyata dalam rupa roti—-anggur, setelah dikonsekrasi dalam perayaan ekaristi.

Umat Katolik percaya bahwa Yesus hadir secara pribadi dalam rupa roti, anggur dan adorasi atau penyembahan kepada Sakramen Maha Kudus merupakan bentuk penghormatan kepada Kristus yang hadir.

Pada pekan lalu, Pastor Sipe, panggilan akrabnya, mengunjungi umat dari rumah ke rumah di Lingkungan Santo Antonius, Hermanus, Ludwina dan Lingkungan Santo Wilhelmus.

Oleh karena cuaca pekan lalu tidak mendukung, sehingga hanya empat lingkungan di kunjungi. Sedangkan dua lingkungan lain yakni Yohanes Pembaptis serta Lingkungan Santa Cecilia, Sakramen Maha Kudus baru diarak dari rumah ke rumah hari ini.

Dari pantauan suryapapua.com, Minggu (29/06/2025), sejak siang pukul 13.00 WIT, Sakramen Maha Kudus dibawa atau dipegang Pastor Matruty (sambil duduk di kursi) diatas sebuah mobil pikap yang telah dirias-ditata baik.

Ketika tiba di rumah yang dikunjungi, Pastor Matruty turun dari mobil pikap membawa Sakramen Maha Kudus. Sementara umat yang dikunjungi,  berlutut mengikuti doa selama beberapa menit.

Saat ditemui, Pastor Matruty mengakui kalau perarakan Sakramen Maha Kudus dari rumah ke rumah umat, telah dilangsungan minggu lalu dan berlanjut hari ini untuk dua lingkungan tersisa.

“Ya, tujuannya tidak lain mengisi Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus,” ungkapnya.

Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, demikian Pastor Matruty,  ditetapkan dalam Gereja Katolik untuk mengingatkan akan pengorbanan Tuhan Yesus yang datang demi keselamatan dan kebahagiaan umat serta pengorbanan yang dipuncaki dalam  kebangkitan.Sakramen Maha Kudus sedang diangkat Pastor Simon Petrus Matruty sambil umat berlutut – Surya Papua/IST

Jadi, jelasnya, buah dari pengorbanan adalah kebangkitan atau hidup kekal serta pengampunan atas dosa-dosa umat manusia.

“Nah, buahnya adalah kebangkitan  dan kehidupan baru. Olehnya saya terinspirasi membuat penghormatan, sekaligus mengajak umat memberikan penghormatan setinggit-tingginya bahkan sampai kepada penyembahan kepada Sakramen Maha Kudus,” ujarnya.

“Mengapa? Karena Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Berarti Allah harus disembah. Dan, ketika kita memberikan penyembahan, itu ada berkat melimpah turun atas kita semua,” katanya.

Lebih lanjut Pastor Matruty mengatakan, biasanya tradisi perarakan Sakramen Maha Kudus dilakukan atau dibuat dalam gereja.

“Saya terinspirasi melakukan sesuatu sedikit berbeda. Dimana menghantar Yesus yang berkorban dan bangkit jaya itu, masuk  ke rumah-rumah umat, sekaligus memberkati,” tandasnya.

Diharapkan dengan perarakan, Tuhan Allah hadir memberkati Tanah Marind, juga memberkati kehidupan manusia, tumbuhan dan lain-lain.

Ditanya durasi waktu di setiap rumah, Pastor Matruty menambahkan, antara 2-3 menit.

“Di setiap rumah, saya menyampaikan ucapan berkat Allah Yang Maha Kuasa menaungi umat. Semoga dengan memberkati rumah, kuasa-kuasa kegelapan, dosa, maut serta setan dihancurkan kuasa Allah dan diganti berkat melimpah, usaha baik, panjang umur–teristimewa iman, harapan dan cinta umat semakin diteguhkan,” jelasnya.

Penulis : Frans Kobun

Editor   : Frans Kobun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *