Tragedi Tewasnya 127 Orang di Stadion Kanjuruhan-Malang, Ratusan Lilin Dibakar Pencinta Sepak Bola Merauke

Laporan Utama295 views

Merauke, Suryapapua.com–  Sebagai bentuk solidaritas, kepedulian sekaligus ungkapan duka mendalam  terhadap tragedi  tewasnya 127 orang di Stadion Kanjuruhan- Malang, Jawa Timur usai laga pertandingan antara Arema dan Persebaya Surabaya beberapa hari lalu, pencinta sepak bola di Kabupaten Meraike melakukan aksi pembakaran lilin secara bersama-sama di gedung GOR Hiad Sai Selasa (4/10) malam.

Pembakaran ratusan lilin itu, dihadiri  Wakil Bupati Merauke, H. Riduwan, Wakil Ketua I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), H. Marotus Solikah, Ketua Harian KONI, Eleanor Dumatubun, Dandim 1707, Letkol Inf Bayu Kriswandito, Kapolres Merauke, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Sandi Sultan, tokoh agama,   para pelatih, pengurus, hingga kelompok suporter sepakbola.

Wakil Bupati Merauke, H. Riduwan dalam sambutannya mengatakan,”Seharusnya olahraga menjadikan kita bersatu bukan bermusuhan. Dari kejadian Kanjuruhan, dapat dijadikan refleksi untuk diri kita.  Juga pelajaran  bagi seluruh masyarakat di Kabupaten Merauke. Silahkan boleh fanatik, tetapi tak boleh bermusuhan.”

Tokoh agama yang menghadiri pembakaran lilin bersama di GOR Hiad Sai – Surya Papua/Yulianus Bwariat
Tokoh agama yang menghadiri pembakaran lilin bersama di GOR Hiad Sai – Surya Papua/Yulianus Bwariat

Diharapkan kedepan jika ada ivent pertandingan, supporter jangan lagi melakukan hal-hal  yang berdampak kepada tindakan anarkhis hingga mengakibatkan korban jiwa.

Sementara Ketua Dewan Penasehat Arema Raya Kabupaten Merauke,  Slamet Widodo mengatakan dirinya  sangat perihatin  atas  tragedi di Stadion Kanjuruhan hingga mengakibatkan ratusan korban meninggal.

“Kita ikut merasakan duka sangat mendalam atas tragedi beberapa hari lalu itu,” ujarnya.

Dia mengaku, banyak saudara, kerabat dan kenalan yang menjadi korban kejadian tragis tersebut.

“Ya dengan doa bersama yang dihadiri berbagai  komponen termasuk pemerintah, Muspida dan tokoh agama sebagai ungkapan duka atas kejadian dimaksud,” katanya.

Penulis : Yulianus Bwariat

Editor  :  Frans Kobun

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *