Atraksi Barongsai Warnai Perayaan Misa Inkulturasi Etnis Tionghoa di Gereja Santa Theresia Buti

Laporan Utama431 views

Merauke, Suryapapua.com– Perayaan Misa Inkulturasi Etnis Tionghoa di Gereja Katolik Santa Theresia Buti-Merauke, diwarnai atraksi barongsai sekaligus mengarak tiga pastor yakni Simon Petrus Matruty, Aloysius Batmyanik serta Pastor Eko untuk masuk ke gereja memimpin perayaan.

Dari pantauan suryapapua.com Minggu (29/09/2025), suasana perayaan Misa Inkulturasi Etnis Tionghoa juga serba merah. Dimana pernak-pernik maupun asesoris baik di dalam maupun di luar gereja serba merah.

Seperti biasanya, atraksi barongsai mengarak ketika pastor di samping sakristi dan keluar dari halaman menuju ke jalan dan kembali masuk ke gereja.

Tidak ketinggalan, tarian ikut mengarak ketiga pastor ke altar sekaligus memimpin perayaan misa inkulturasi.

Lagu-lagu pun bernuansa etnis Tionghoa menjadi perhatian 1.000-an umat yang memadati gereja baik di dalam maupun di luar.

Hadir juga dalam perayaan tersebut, Bupati Merauke, Yoseph Bladib Gebze, perwakilan anggota Majelis Rakyat Papua Selatan maupun sejumlah pejabat Katolik lainnya.

Tarian anak-anak etnis Tionghoa dalam perayaan misa di Gereja Santa Theresia Buti – Surya Papua/Frans Kobun
Tarian anak-anak etnis Tionghoa dalam perayaan misa di Gereja Santa Theresia Buti – Surya Papua/Frans Kobun

 

Susanan perayaan berlangsung sangat meriah dan sungguh-sungguh ‘kental’ bernuansa Etnis Tionghoa.

Pastor Paroki Santa Theresia Buti, Simon Petrus Matruty mengungkapkan, komunikasi Etnis Tionghoa sangat luar biasa. Terbukti dari hampir semua hadir dan ambil bagian dalam perayaan misa pagi ini.

Semua boleh dan atau dapat terjadi bukan suatu kebetulan, tetapi persiapan sangat luar biasa.

“Saya percaya dengan iman yang diekpresikan melalui sikap liturgi yang sangat bagus hari ini, Tuhan sangat  senang,” ujarnya.

Pastor Sipe, panggilan akrabnya mengakui hampir sebagian besar orang Tionghoa hadir serta ikut ambil bagian dalam perayaan misa inkulturasi.

“Ya, itu karena roh alam bekerja. Anda orang Tionghoa dan orang Marind itu bersaudara. Bagi orang Marind, sejarah dimaksud saya akan bicara terus,” katanya.

Antara orang Marind dan Tionghoa, terdapat ikatan emosi dan kekeluargaan  yang sudah dibangun para leluhur dan perlu diwariskan dari generasi ke generasi.

“Olehnya jangan pernah lupa. Tionghoa dan Marind diikat dalam persaudaraan sejati,” tandasnya.

Penulis : Frans Kobun

Editor    : Frans Kobun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *