Merauke, Suryapapua– Suasana hening-sepi selama beberapa menit, ‘bak’ tanpa penghuni, padahal di auditorium kantor bupati itu, ratusan pasang mata sedang fokus dan mengarahkan pandangan kepada Bupati Merauke, Romanus Mbaraka yang sedang berdiri di atas podium-berhadapan langsung dengan microfon.
Usai menyapa Wakil Bupati Merauke, H. Riduwan, Wakil Kertua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat, Dominikus Ulukyanan, Rektor Unmus, BeatusTambaib serta musyawarah pimpinan daerah (Muspida) dan pejabat dari setiap organisasi perangkat daerah (OPD), Romanus Mbaraka, anak kampung dari Pulau Terapung Kimaam terdiam selama kurang lebih dua menit.
Tak disangka dan diduga, buliran air mata keluar. Perlahan mengangkat tangan kanan-nya, ia menyeka air mata yang melele membasahi kedua pipinya. Melihat itu, sekretaris pribadinya Corneles Upessy ‘berlari kecil’ sambil menyodorkan tissue.
Dengan suara terbata-bata dari balik microfon, Romanus Mbaraka melanjutkan sambutannya. Raut wajah semua yang hadir dalam ruangan-pun berubah dan ikut terharu.

“Memang kita orang Marind untuk sampai mendapat atau menduduki posisi Sekda Merauke, sangat susah. Hari ini saya buktikan dengan hadirnya Provinsi Papua Selatan, akhirnya Jeremias Paulus Ndiken, anak negeri, saya lantik menjadi Sekda,” ungkap Bupati Mbaraka dalam sambutannya Rabu (5/7).
Bupati Mbaraka berceritera, saat mengambil keputusan terakhir menjatuhkan pilihan kepada Jeremias Paulus Ndiken menjadi Sekda Merauke, ia merasa seperti dipandu.
“Begitu sembayang semalam, saya sadar dan bermimpi kembali ke asrama.Dimana kami anak-anak dari pedalaman, dikumpulkan Bapak Uskup Agung Merauke serta pastor untuk dibimbing, didampingi tinggal di asrama sambil sekolah,” ujarnya.
“Dan ternyata ada hasil besar dari asrama, dimana muncul anak Marind seperti kaka John Gluba Gebze, saya sendiri dan hari ini juga Jeremias Ndiken saya lantik jadi Sekda Merauke,” tegasnya.
Terimakasih banyak untuk para guru terdahulu serta para misionaris Katolik yang telah menghantar anak Marind menduduki posisi jabatan seperti sekarang.

Lebih lanjut Bupati Mbaraka mengungkapkan, perjalanan menjadi Sekda Merauke bagi orang Marind, sangat sulit. Namun hari ini Tuhan dan leluhur merestui untuk anak negeri terbaik dilantik menjadi seorang Sekda.
“Kalau sempurna punya Tuhan, tapi kalau lebih dan kurang, adalah bagian dari proses hidup yang dijalani. Tetapi sejarah membuktikan, hari ini secara jantan saya katakana, anak asli yang bapak ibu tinggal di atas tanah ini, kami masih ada dan tak akan pernah punah. Kita akan tumbuh dan siap bersaing dengan siapa saja,” ungkapnya.
“Sejarah telah ditorehkan. Anak Marind menjadi Sekda Merauke pertama sejak tahun 1902 hingga hari ini. Perjalanan sangat panjang dan sudah saatnya terjadi,” ungkapnya.
Khusus kepada adik-adik orang Marind, harus terus kembangkan diri dan rajin kerja, menguasai life skil, teknologi serta kapasitas, lalu tampil percaya diri.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Mbaraka berpesan kepada Sekda Merauke untuk berjalan bersama.
“Laksanakan tugas dengan baik, kita semua sudah komit termasuk para senior untuk berikan dukungan penuh terhadap Pak Sekda Merauke. Bahkan ada senior mengatakan, kita masih ada. Bilang anak Marind berkembang, kami punya hati untuk mereka, lalu kami pasti ada di belakang,” kata Bupati Mbaraka menirukan pesan sejumlah senior.
“Sekali lagi, akhirnya sejarah diukir hari ini. Dimana Jeremias Paulus Ndiken ‘menahkodai’ jabatan Sekda Merauke. Terimakasih kepada para senior yang terus mendorong kami maju,” katanya.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun