Misa Inkulturasi Marind di Gereja Santa Theresia Buti-Merauke Sedot Perhatian 1.000-an Umat, Pastor Samson Walewawan: Luar Biasa!

Laporan Utama453 views

Merauke, Suryapapua.com– Sejarah baru dipecahkan-ditorehkan sekaligus tercatat di Gereja Katolik Santa Theresia Buti.

Betapa tidak, dibawah ‘nahkoda’ Pastor Simon Petrus Mattruty (Pastor Paroki Santa Theresia Buti-Merauke), misa inkulturasi etnis yang dilaksanakan Minggu (03/08/2025) dengan dimulai dari pemilik negeri orang Marind, terlaksana baik dan lancar.

Dari pantauan suryapapua.com,  perayaan misa inkulturasi  dihadiri 1.000-an umat baik dalam paroki setempat maupun luar paroki  dengan memadati bagian dalam maupun  depan serta samping kiri-kanan gereja.

Bahkan sebagian terpaksa mengikuti perayaan dalam posisi berdiri, lantaran tak kebagian kursi.

Hadir juga sejumlah pejabat Marind baik dari Pemerintah Provinsi Papua Selatan maupun Kabupaten Merauke, termasuk juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papsel.

Oleh karena perayaan misa inkulturasi ‘ala’ orang Marind, maka di depan pintu masuk maupun sekitar halaman hingga bagian dalam gereja, didandani atribut adat setempat mulai dari janur, pisang dan lain-lain.

Arak-arakan dan bunyi kandara dalam perayaan misa inkulturasi di Gereja Santa Theresia Buti – Surya Papua/Frans Kobun
Arak-arakan dan bunyi kandara dalam perayaan misa inkulturasi di Gereja Santa Theresia Buti – Surya Papua/Frans Kobun

Hadir sekaligus memimpin perayaan misa inkulturasi, Vikep Merauke Keuskupan Agung Merauke,  Pastor Samson Walewawan.

Rangkaian perayaan misa dimulai dari prosesi perarakan diiringi lagu serta bunyi kandara oleh sejumlah tokoh adat Marind mendampingi Pastor Samson Walewawan serta Pastor Paroki Santa Theresia Buti, Simon Petrus Matruty memasuki gereja.

Dalam perayaan misa Inkulturasi ‘Ala’ Marind tersebut, semua lagu dari pembukaan hingga penutup termasuk doa-doa umat, menggunakan bahasa daerah Marind.

Pastor Paroki Santa Theresia Buti, Simon Petrus Matruty mengungkapkan, perayaan misa inkulturasi hari ini dimulai dengan orang Marind sebagai pemilik negeri yang dihuni berbagai etnis di Kabupaten Merauke.

“Lalu hadir juga Vikep Merauke, Pastor Samson Walewawan, sekaligus saya menyampaikan kami memulai misa inkulturasi yang dibuka perdana orang Marind,” katanya.

Umat yang memadati Gereja Santa Theresia Buti mengikuti misa inkulturasi – Surya Papua/Frans Kobun
Umat yang memadati Gereja Santa Theresia Buti mengikuti misa inkulturasi – Surya Papua/Frans Kobun

Jadi, lanjut Pastor Sipe, panggilan akrabnya,  tidak disangka ada konektivitas antara suku Marind serta Vikep Merauke, sekaligus memberikan kekuatan, peneguhan kepada umat.

“Ya, disekeliling gereja termasuk halaman, terdapat pernak-pernik Marind. Saya percaya bahwa itu adalah ungkapan iman yang diberikan,” tandasnya.

Melalui perayaan dimaksud, demikian Pastor Sipe, akan ada pertumbuhan iman. Dan, semoga lagu-lagu daerah yang dinyanyikan menyenangkan hati para leluhur yang telah membuka pintu bagi masuknya peradaban Gereja Katolik di Papua Selatan.

Luar Biasa

Vikep Merauke, Pastor Samson Walewawan – Surya Papua/Frans Kobun
Vikep Merauke, Pastor Samson Walewawan – Surya Papua/Frans Kobun

Sementar Vikep Merauke, Pastor Samson Walewawan dalam kesempatan itu mengatakan, “Mungkin di sejumlah paroki, kita mendengar dan melihat adanya misa inkulturasi, tetapi di Kevikepan Merauke, ada terobosan baru dibuat Pastor Paroki Santa Theresia Buti, Simon Petrus Matruty.”

“Suku Besar Marind membuka misa inkulturasi dan bagi saya, sangat luar biasa,” ujarnya memuji.

Diakui Pastor Samson kalau ia sudah 30-an tahun hidup di Merauke, namun hari ini menjadi sesuatu  sangat membanggakan dan menggembirakan.

Dimana, menurutnya, semua liturgi dalam khasana Budaya Marind. “Bagi saya sangat membanggakan.  Nanti besok dan seterusnya dengan suku atau etnis lain,” katanya.

Ditambahkan, satu yang khas dari orang Marind adalah Ha Anim- manusia sejati dan mereka semua orang baik. Karena  mereka pemilik negeri, maka orang selalu bilang  wilayah Papua Selatan sangat aman.

Perwakilan orang Marind, Dominikus Buliba Gebze mengungkapkan, budaya Marind  dan masuknya Gereja Katolik di Buti menjadi konek.  Itu terlihat dari doa-doa menggunakan Bahasa Marind.

Buliba Gebze yang juga anggota DPR Papua Selatan mengaku,  melalui misa inkulturasi  Marind yang terlaksana, berarti ada sesuatu perlu dikembangkan dan terdapat sebuah jati diri untuk dibangkitkan.

“Terimakasih kepada Pastor Simon Petrus Matruty yang menggagas sekaligus menginisiatifi pelaksanaan misa inkulturasi di Gereja santa Theresia Buti,” ungkapnya.

Penulis : Frans Kobun

Editor   : Frans Kobun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *