Melihat dari Dekat Cara Dialog Romanus Mbaraka Dengan Rakyat

Pemerintahan848 views

DUDUK bersila sambil makan pinang bersama rakyat. Itulah kebiasaan dan atau tradisi unik dimiliki Romanus Mbaraka, ketika berdialog bersama dengan masyarakat di kampung-kampung, terutama orang asli Papua (OAP).

Entah duduk beralaskan daun kelapa atau tikar, anak kampung dari Batu Merah, Kampung Kalilam Pulau Terapung Kimaam itu, merasa lebih nyaman, ketimpang di kursi.

Peribahasa berdiri sama tinggi, duduk sama rendah, selalu terpatri dalam sanubari Romanus Mbaraka, anak kampung jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.

Mengapa demikian? Karena Romanus Mbaraka menyadari dirinya berasal dari keluarga sederhana. Lalu sangat memahami akan karakter maupun pembawaan orang Marind.

Seorang Romanus Mbaraka ketika  di kampung-kampung, tidak menggunakan istilah  protokoler. Karena baginya, akan membuat rakyat menjadi kaku.

Lalu pilihan Romanus Mbaraka untuk duduk melantai, agar tidak ada sekat dibangun antara seorang bupati dan rakyat. Semua sama dimata Tuhan, meski yang membedakan adalah jabatan yang diemban.

Itulah salah satu gambaran saat Romanus Mbaraka melakukan kunjungan ke Kampung Sabon, Distrik Waan beberapa waktu lalu dengan dipadai 1.000-an rakyat dari tiga kampung.

Suasana diskusi dan dialog bersama masyarakat yang sangat akrab – Surya Papua/Frans Kobun
Suasana diskusi dan dialog bersama masyarakat yang sangat akrab – Surya Papua/Frans Kobun

Dengan sikap duduk bersila, tentu rakyat lebih dekat. Lalu secara leluasa  dapat menyampaikan apa yang menjadi keluhan, harapan serta impinan mereka.

Suasana lebih mencair ketika Romanus Mbaraka sudah mulai makan pinang. Disitulah rakyat semakin mendekat, lalu bersuara bahkan sampai membisik ke telinga orang nomor satu di kabupaten itu apa yang menjadi keinginannya.

Memang bedalah ketika seseorang lahir dan besar dari kampung dan keluarga sangat sederhana.

Ketika menapaki perjalanan hingga menjadi ‘orang besar,’ kodrat sebagai ‘anak susah’ tak pernah dilupakan. Itulah seperti dialami serta dirasakan Romanus Mbaraka.

Sadar akan orangtuanya dari latar belakang pemburu buaya untuk mencari uang, sekaligus menghantarnya hingga kuliah di universitas bergengsi serta menjadi sukses, tidaklah membuat Romanus Mbaraka ‘lupa daratan.’

Julukan sebagai anak kampung, terus terpatri dalam sanu-bari seorang Romanus Mbaraka. Itu dapat dibuktikan saat berhadapan serta berkomunikasi dengan rakyat kecil di kampung-kampung.

Dari duduk melantai, makan pinang hingga mencicipi makanan yang disiapkan masyarakat setempat seperti petatas, keladi maupun ikan bakar, menunjukkan secara jelas identitasnya sebagai orang yang lahir dan besar di kampung terpencil.

Salah seorang warga Kampung Sabon, Melkianus (50) mengungkapkan, kerinduan mereka terobati setelah Bupati Merauke, Romanus Mbaraka datang dan melihat secara langsung.

“Kami sudah kangen dan rindu sekali dengan Bapak Romanus Mbaraka. Dengan kehadiran beliau disini, kami merasa sangat bangga dan senang,” ungkapnya.

Diapun mengetahui akan karakter Romanus Mbaraka ketika berkunjung ke kampung-kampung. “Kami tahu Bapak Romanus tidak suka dengan acara formal,” katanya.

“Beliau lebih suka duduk beralaskan daun kelapa maupun tikar, sekaligus berdialog. Itulah yang menjadi kebiasaannya dan itulah menjadi keinginan rakyat,” tuturnya.

Sementara itu, Bupati Merauke, Romanus Mbaraka mengungkapkan, masyarakat di kampung-kampung, membutuhkan kehadiran pemimpinnya.

Mereka (rakyat;red), akan merasa sangat senang ketika  datang duduk, lalu mendengar apa  yang dikeluhkan.

“Paling utama adalah harus mengetahui karakter rakyat. Ketika seorang pemimpin dengan menunjukkan kewibawaan serta penampilan berlebihan, yakin dan percaya mereka akan sangat kaku saat berdiskusi.”

“Tapi ketika kesederhanaa ditampilkan dengan berpakaian seadanya dan duduk melantai sambil makan pinang, hubungan kekeluargaan terbangun dan tidak adanya  istilah sekat dibangun,” tandasnya.

Penulis : Frans Kobun

Editor   : Frans Kobun

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *