Cerita Umat Katolik di SP-3, Dari Gabah Hingga ‘Recehan’ 2.000 Demi Gereja

Uncategorized249 views

Merauke, Suryapapua.com – Mangkrak! Kata ini tepat disematkan, sehubungan dengan kondisi bangunan Gereja Katolik Stasi Santa Maria Diangkat ke Surga, Paroki Kuper, Kabupaten Merauke, setelah kurang lebih tiga tahun, tak ada tanda-tanda untuk diselesaikan. 

Melihat kondisi bangunan gereja demikian, tentunya umat di stasi tersebut yang didominasi masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan jumlah kurang lebih 400 kepala keluarga, tak mungkin harus terus berdiam diri.
Berbagai cara dilakukan dibawah ‘nahkoda’ Sensiskos Nai (ketua stasi).

Gebrakan awal dilakukan, setelah bermusyawarah dengan umat setempat adalah mengumpulkan gabah kering dalam setiap musim tanam satu karung. Tujuannya agar gabah kering hasil cucuran keringat umat itu, sedianya dapat digiling menjadi beras sekaligus dijual mendapatkan rupiah. 

Setelah berjalan beberapa bulan, pengumpulan gabah tak berjalan. Entalah, apa persoalan sesungguhnya. Tetapi bahwa niat umat sudah sangat tulus dilakukan, demi rampungnya banguan Rumah Tuhan. Dalam perjalananan, Sensiskos harus berpikir keras lagi. Adakah cara lain untuk bisa ‘memungut’ sedikit dari berkat atau rejeki umat? Ide baru pun muncul. Dimana ia mencoba melempar kembali kepada umat agar mengumpulkan uang Rp 2.000 setiap minggu. 

Ternyata ide dimaksud, ditanggapi sangat positif dan serius oleh umat setempat. Sehingga dalam semiggu sekali, umat menyetorkan uang Rp 2.000 kepada pengurus stasi. Penyetoran dilakukan secara rutin yang telah berlangsung kurang lebih beberapa bulan terakhir. 

Sementara dari pantauan Surya Papua di SP-3, terlihat kerangka bangunan baja gereja Katolik itu sudah berdiri kokoh. Begitu juga atap seng telah dirampungkan. 

Sementara fondasi, telah disusun beberapa tingkatan batu. Namun tak kunjung dirampungkan. Tampak tumpukan batu merah dan pasir di sekitar halaman gereja. Belum ada tanda-tanda aktivitas pembangunan dilanjutkan. Entalah, apakah karena persoalan dukungan anggaran atau hal lain.

Umat Katolik di Stasi Santa Maria Diangkat ke Surga
Umat Katolik di Stasi Santa Maria Diangkat ke Surga, Paroki Kuper saat mengikuti perarakan Patung Bunda Maria bulan Oktober lalu – Surya Papua/Frans Kobun

Saat ditemui beberapa waktu lalu, Ketua Stasi Santa Maria Diangkat ke Surga, Paroki Kuper, Kabupaten Merauke, Sensiskos Nai mengatakan, kurang lebih tiga tahun terakhir, kondisi bangunan gereja seperti begini. “Memang factor utamanya adalah minimnya anggaran, sehingga pembangunan tak bisa dilanjutkan,” ujarnya. 

Dikatakan, dengan melihat kondisi bangunan seperti demikian, berbagai cara dilakukan, misalnya mengumpulkan gabah hingga recehan uang 2.000. “Betul selama beberapa bulan, umat mengumpulkan gabah. Hanya tidak berlangsung lama,” jelasnya. 

Dari situ, sempat terhenti. “Lalu saya mencoba mencari jalan lain. Dimana melempar ide agar setiap kepala keluarga mengumpulkan uang 2.000 tiap minggu dan itu diresponi positif,” katanya. 

Meskipun tak seberapa nilai yang dikumpulkan, namun itu adalah bagian dari usaha dan perjuangan umat Katolik di SP-3 agar secara perlahan, bangunan gereja bisa dibangun. 

“Saya mengakui butuh waktu lama, tetapi bahwa dari sedikit yang dikumpulkan umat, secara tidak langsung membantu agar panitia dapat membeli batu serta pasir,” katanya. 

Umat setempat juga telah berkomitmen menyelesaikan pembangunan gereja secara gotong royong, tanpa berharap adanya imbalan diberikan. Harapan mereka rumah Tuhan itu segera dirampungkan agar bisa beribadah pada hari Minggu atau hari raya lainnya. 

Dalam kesempatan tersebut, Nai juga berharap kepada pemerintah dibawah kepemimpinan Romanus Mbaraka-H. Riduwan dapat membantu dukungan anggaran guna penyelesaian bangunan gereja dimaksud. 

“Kami ada rencana membuat proposal untuk mengusulkan kepada Pemkab Merauke agar ada bantuan dari pemerintah setempat. Semoga ada dukungan anggaran diberikan,” ujarnya.  

 

Reporter : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *