Merauke, Suryapapua.com– “Thema Natal tahun ini yakni Cinta Kasih Kristus yang Menggerakkan Persaudaraan. Ini themanya sangat luar biasa. Karena kasih Kristus menggerakkan persaudaraan. Lalu Tuhan hadir di tengah kita, sekaligus mengajarkan kepada kita kasih tanpa syarat.”
Demikian disampaikan Ketua Dewan Paroki Santa Theresia Buti, Yoseph Gebze dalam sambutannya pada Natal bersama di halaman gereja Minggu (2/1). Dikatakan, tidaklah baik kalau manusia itu hidup sendiri, itu tertulis dalam Kitab Kejadian. Perjalanan pertumbuhan iman sejak masa lalu (para nabi) sampai sekarang panjang. Jika dijelaskan secara detail, membutuhkan waktu.
Melalui thema natal dimaksud, lanjut Yoseph, menngingatkan umat bahwa sebenarnya kasih Kristus itu menggerakkan persaudaraan diantara sesama. Mungkin saja di Paroki Sata Theresia Buti, hubungan persaudaraan dari waktu ke waktu agak luntur, namun sesunguhnya tak boleh kehilangan harapan.
Harapan itu, bagi Yoseph, harus selalu ada sekaligus menyemangati semua orang agar menumbuhkan kembali kehidupan bersama. Artinya bahwa bukan hanya di lingkunga paroki, tetapi paling utama adalah dalam keluarga masing- masing terlebih dahulu.
“Saya ingin memberikan catatan kepada orang Marind bahwa di Paroki Santa Theresia Buti, bukan hanya kita saja. Tetapi ada juga umat dari Mappi, Asmat, Boven Digoel serta etnis lain. Ini adalah keberagaman yang sangat luar biasa. Olehnya kita harus saling menyemangati,” pintanya.
Dikatakan, jika dalam kegiatan seperti begini, belum ada marga Marind Imbuti hadir atau terlibat, antara satu dengan lain saling mengajak. Karena Gereja Katolik ini untuk umat yang telah dibaptis dan menjadi pengikut Kristus.
Dalam kesempatan itu, Yoseph menegaskan beberapa hal penting, sesuai mandat Pastor Paroki Santa Theresia Buti, Romo Pius Oematan, Pr. “Jangan ada anggapan tidak memiliki ini dan itu, sehingga tak terlibat. Perlu dicatat bahwa Tuhan Yesus tak mengatakan harus punya sesuatu atau segalanya baru megikuti-NYA. Saya minta untuk dipahami,” pintanya.
Lalu, jelas Yoseph, ketika datang di gereja, jangan duduk di belakang. Gereja ini milik semua. “Orang Marind Imbuti harus datang ke gereja, karena tidak ada yang melarang, begitu juga dari etnis lain termasuk Mappi maupun Asmat,” tegasnya.
Datang ke gereja, sekaligus beribadah bersama. Lalu kalau ada kegiatan-kegiatan kerohanian, harus terlibat. Jika semua terlibat dan berperan aktif, semua dapat diselesaikan dengan baik.
“Ingat bahwa Keaktifan itu tidak harus datang dengan segala sesuatu, cukup datang dan kumpul dan membantu, itu kita sudah syukur kepada Tuhan,” katanya memotivasi.
Dikatakan lagi, terkadang kasih didapatkan dari Tuhan, tak dibagi kepada orang disamping kiri-kanan yang sangat membutuhkan. “Kadang kita tak peduli, olehnya saya ajak harus peduli kepada sesama,” pintanya.
Yoseph juga kembali mengajak semua umat kembali membangun kebersamaan sekaligus saling menghormati. Tetapi juga mewujudkan dengan memberikan perhatian kepada satu sama lain.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun