Merauke, Suryapapua.com-Kasak-kusuk orang di seantero Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan menanyakan siapa calon legislatif baik DPR RI, provinsi, kabupaten serta Dewan Pimpinan Daerah (DPD) yang lolos, setelah hasil penghitungan surat suara dari tingkat kampung hingga distrik masih menggema dalam beberapa pekan terakhir.
Betapa tidak, semua belum tenang. Entah itu caleg sendiri maupun tim sukses-nya. Tidur malam pun, masih dihantui kegelisahan, kecemasan dan lain sebagainya. Kenapa? Karena ‘peluru’ alias uang, sudah pasti banyak dikeluarkan untuk operasional.
Bahkan tidak memvonis dan atau menuduh, tetapi bahwa bisa saja lembaran Rp 50.000 hingga Rp100.000, ikut dihambur-hambur di injuri time kepada rakyat.
Nah, ketika hasil peno Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dijadwalkan 3-5 Maret 2024, caleg dinyatakan lolos, tentu bahagia dan tersenyum lebar. Tetapi kalau caleg kalah, apakah sudah siap menerima kenyataan?
Ditengah suksesnya pelaksanaan pemilu 14 Pebruari 2024 lalu, orang tidak pernah berpikir akan peran serta tanggungjawab besar dari seorang anggota polisi ketika melakukan pengawalan surat suara dari kota ke distrik hingga kampung, sekaligus pelaksanaan pencoblosan di ratusan tempat pemungutan suara (TPS).
Dengan beban dan tanggungjawab besar dimiliki, bahkan nyawa taruhan sekalipun, aparat kepolisian dari Polres Merauke setia mengawal pelaksanaan pemilu dengan baik.
Pengawalan kotak berisi surat suara saat berangkat hingga kembali, melekat dilakukan seorang polisi, entah melalui jalur darat maupun air dengan berbagai situasi yang dialami seperti jalan rusak dan berlumpur, hingga gelombang ekstrim.
Inilah potret, fakta dan atau kenyataan dialami serta dirasakan sejumlah anggota polisi ketika melakukan pengamanan pemilu di kampung-kampung di Distrik Ngguti.
Jangkauan ke kampung-kampung entah melalui darat maupun air, termasuk sangat ekstrim. Karena untuk mencapai ke titik sasaran, harus berjibaku di tengah lumpur akibat jalan rusak, hingga ekstrimnya gelombang air saat mengawal logistik pemilu.
Bripka Faisal Nurdin, Satu diantara sejumlah anggota polisi yang melakukan pengamanan di Distrik Ngguti Minggu (25/04/2024) mengaku, untuk mengawal logistik pemilu saat keberangkatan hingga kembali, membutuhkan waktu berjam-jam, lantaran kondisi badan jalan rusak parah disertai lumpur hingga ekstrimnya gelombang air.
“Memang kami dari kota saat mengawal logistik pemilu menuju Okaba memakan waktu kurang lebih 7 jam. Lalu dari Okaba menuju Ibukota Distrik Ngguti, harus melalui jalan rusak parah disertai lumpur tebal,” ujar Bripka Faisal.
Lalu, katanya, dari distrik, pendistribusian berlanjut ke kampung-kampung. “Ada beberapa kampung harus melalui jalur air dengan menggunakan ketinting membawa atau mengangkut kotak logistik pemilu dengan durasi perjalanan mencapai 6-7 jam,” tuturnya.
Meski berbagai aral-rintangan dihadapi teman-teman polisi, namun tugas serta tanggungjawab dapat dijalankan dengan baik. Dimana rakyat di kampung dapat mencoblos menyalurkan pilihan politiknya hingga pelaksanaan berjalan aman-lancar.
Finalisasi akan tugas dan tanggungjawab anggota yang melakukan pengamanan di kampung-kampung di Distrik Ngguti, ditandai pergeseran kembali logistik pemilu ke kota tadi pagi sekitar pukul 03.00 WIT.
Terimakasih banyak untuk jasa besarmu ‘Pak Polisi’ yang telah mengawal, mengamankan logistik pemilu hingga menjaga situasi saat pencoblosan di setiap TPS di 176 kampung, 11 kelurahan serta 22 distrik di Kabupaten Merauke.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun