Merauke, Suryapapua.com– Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Merauke dinilai menelantarkan dua pasien di tenda, tanpa penaganan cepat tenaga medis.
Kedua pasien yang nota bene adalah orang asli Papua (OAP) itu antara lain Petronela Wangga (mengalami sesak nafas) serta Fransiskus Cembi (sakit paru-paru), pasien rujukan dari Puskesmas Kimaam.
“Kami melancarkan aksi protes keras dulu baru pasien mulai ditangani tenaga medis,” ungkap perwakilan keluarga, Emanuel Buyuka saat ditemui di rumah sakit Rabu (10/8).
Menurutnya, pasien Petronela Wangga dihantar keluarganya ke rumah sakit, lalu ditempati di tenda. Sayangnya, sejak pukul 07.00 WIT hingga pukul 13.00 WIT, tak ditangani medis dengan memasang slang maupun tabung.
“Padahal mama Petronela dalam keadaan krtitis, karena sesak nafas. Begitu menunggu sampai siang tak ada penanganan, saya ribut baru medis datang memasang peralatan tersebut,” ujarnya.
Begitu juga dengan pasien Fransiskus Cembi yang hingga sekarang masih dibiarkan di tenda, padahal bersangkutan adalah pasien rujukan dari Kimaam. Mestinya harus di bawa ke ruangan agar bisa menjalani perawatan lebih lanjut.
“Saya heran sekali dengan pelayanan di RSUD Merauke. Kenapa sehingga pasien rambut lurus yang datang, medis bergerak cepat melayani dan langsung dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD),” ungkap Buyuka.
Sedangkan pasien orang asli Papua, tegasnya, dibiarkan begitu saja bahkan diarahkan untuk dirawat di tenda yang ada di halaman rumah sakit. “Bagi kami ada ketidakadilan dan pilih kasih dilakukan,” ungkapnya.

Dia meminta Bupati Merauke, Romanus Mbaraka memberikan teguran keras kepada Direktur RSUD setempat, dr. Ignatius Yerry Mario bersama tenaga medis lain.
Secara terpisah Direktur RSUD Merauke, dr. Ignatius Yerry Mario membantah ada penelantaran terhadap dua pasien yang sedang dirawat di tenda.
“Saya langsung melakukan kroscek dan bertemu juga dengan Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) bersama dua pengurus lain yang datang di rumah sakit, sekaligus menjelaskan secara langsung,” ujarnya.
Lalu, katanya, ia meminta penjelasan juga dari Kepala Bidang Pelayanan RSUD Merauke, dr Daisy F Lapasi. Dimana, saat pasien atas nama Petronela datang, ditangani dengan diambil darahnya dan bagus.
“Memang tenda di depan itu, untuk kami lakukan protocol sesuai SOP rumah sakit dalam penanganan covid-19. Karena sampai sekarang belum dicabut,” tegasnya.
Setiap pasien, jelasnya, harus seleksi dan selektif. Apabila skoringnya 5, harus diperiksa dulu minimal dengan antigen. Namun apabila di atas lima, perlu dengan PCM atau VCR.
“Oleh karena pasien itu saturasi bagus juga oksigen serta respirasi bagus, sehingga tak bisa dipasang oksigen. Nanti ada complain keluarga, kami disebut melakukan mal-praktek,” katanya.
Sedangkan pasien atas nama Fransiskus, masih harus menunggu PCM selama dua kali. Apabila hasilnya negatif, akan dibawa ke ruangan menjalani perawatan.
“Jadi sekali lagi saya tegaskanb bahwa RSUD Merauke tak menelantarkan pasien OAP. Semua yang datang dengan keluhan penyakit masing-masing tetap dilayani,” ungkapnya.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun