Merauke, Suryapapua.com-Sebagian besar petani di Kampung Sumber Mulya (Kurik 6) Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, hanya bisa pasrah dan tak mampu berbuat banyak. Karena serangan ribuan ulat grayak ‘meluluhlantakan’ tanaman padi disaat sudah menguning dan siap panen.
Serangan ulat itu dengan memakan batang padi hingga mengakibatkan bulir-bulir padi terjatuh ke tanah. Sehingga tak bisa dipanen menggunakan combine harvester (pemanen kombinasi).
Satu hektar lahan sawah yang biasa memanen gabah hingga 60 karung atau sak, kini hanya didapatkan lima karung. Tentu tak sebanding dengan cost maupun tenaga yang dikeluarkan petani selama musim tanam gadu ini.
Hal tersebut disampaikan Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kampung Sumber Mulya, Arif Wijaya kepada Surya Papua Jumat (2/9). “Memang ulat tidak makan bulir padi, tetapi batangnya saja. Sehingga buliran padi terjatuh ke tanah,” ungkapnya.
Serangan ulat yang ‘menggila’ itu, biasanya terjadi pada malam hari atau pagi-pagi, kalau siang tidakl, karena cuaca panas.
Lalu, lanjut Arif, ulat bergerak menyerang tanaman padi di spot atau titik tertentu. “Jadi, petani juga heran, karena serangan tidak secara menyeluruh ke lahan padi siap panen,” ujarnya.
Diakui kalau tidak semua lahan sawah petani terserang ulat. Tetapi sebagian besar dan sangat berdampak. Bagaimana tidak, satu hektar yang biasa dipanen dengan mendapatkan 60 sak gabah, kini turun sangat drastis hingga 30 sak.
Bahkan, jelasnya, ada bebepa lahan petani diserang habis-habisan hama dan hasil gabah pun sangat sedkit. Dimana hanya lima karung atau sak untuk satu hektar. “Ada satu petani memilih tak memanen padinya di lahan satu hektar, lantaran batang gabah dimakan hama dan bulir padi jatuh ke tanah,” ungkapnya.
Dia mengaku, dalam musim gadu ini, keseluruhan panen gabah petani hanya mencapai sekitar 60 persen, dari lahan sawah yang dibuka sekitar 1.200 hektar. Dengan demikian, petani masih mengalami kerugian akibat serangan hama ulat tersebut.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun