Merauke, Suryapapua.com– Hari ini, Minggu 14 Agustus 2022, umat Katolik memperingati 117 tahun masuknya Gereja Katolik di Papua Selatan yang dibawa oleh para misionaris.
Untuk di Paroki Santa Theresia Buti, perayaan ditandai perarakan yang dilakukan mulai di depan rumah salah seorang warga Marind Imbuti, Moses Gebze (Dusun Waraku).
Dari pantauan Surya Papua, sebelum prosesi , didahului ibadah singkat dipimpin Pastor Paroki Santa Theresia Buti, Pius Oematan, Pr. Selanjutnya pembacaan napak tilas misionaris Katolik, Pater Heijen SJ bersama rombongan ketika mendarat pertama kali dengan kapal.
Ditengah prosesi sepanjang jalan hingga gereja, beberapa tempat kembali disigggahi umat, sekaligus dibacakan riwayat Pater Heijen saat berkomunikasi dengan masyarakat.
Untuk diketahui, beberapa tempat yang dilalui dan disinggahi Pater Heijen tempo dulu yakni di Salira (Selila), Dusun Mbolem (saat ini adalah Kampung Payum), Dusun Kayakay (kini area Kampus Unmus).
Selain itu Dusun Spadem, lalu Dusun Yobar berlanjut ke Dusun Imbuti, Nowari, Dusun Alib Saulam (kini Gereja Katedral).
Setelah perarakan, dilanjutkan ziarah ke taman makan misionaris Katolik yang berada di dalam area Gereja Katolik Santa Theresia Buti. Usai dari situ, perayaan misa oleh Pastor Pius Oematan, Pr serta Pastor John Astanto, MSC yang dihadiri kurang lebih 1.000 umat.
Pastor John Astanto, MSC dalam khotbanya mengatakan, hari ini banyak sekali umat Katolik di Paroki Santa Theresia Buti merayakan masuknya Gereja Katolik di wilayah Papua Selatan.
“Lebih istimewa lagi karena kita mengenang awal penanaman iman Katolik di Papua Selatan yang sudah memasuki 117 tahun,” ujarnya.
“Kita semua merayakan 117 tahun iman Katolik ditanamkan di tanah ini. Kita bersyukur bagaimana misionaris perintis, rela berkorban meninggalkan kemapanan serta kenyamanan di negerinya untuk datang kesini memperkenalkan kepada kita akan Kristus,” katanya.
Tentunya, lanjut Pastor John, semua umat harus bersyukur atas pengorbanan misionaris Katolik. “Memang sampai sekarang, kita mempunyai misionaris dari Belanda di Merauke yang hanya tersisa Pater Kis Deroit. Lalu di Manado sudah meninggal tiga hari lalu, sedangkan di Ambon tak ada lagi,” ungkapnya.
Namun demikian, jelasnya, akan lebih penting bagi umat agar bersyukur atas anugerah iman yang telah ditanamkan para misionaris perintis, termasuk pengorbanan mereka ketika itu.
“Orang bilang Merauke menjadi Gerbang Hati Kudus Yesus. Olehnya bagaimana kita sebagai umat menghidupi iman yang telah ditanamkan misionaris perintis. Paling utama lagi adalah mendapatkan teladan dari Bunda Maria yang kita rayakan hari ini,” pintanya.
Penulis : Frans Kobun
Edittor : Frans Kobun