Merauke, Suryapapua.com– “Secara pribadi, saya mengapresiasi setinggit-tingginya kepada Bupati Merauke, Romanus Mbaraka atas langkah cepat yang diambil dengan melakukan pertemuan bersama keluarga almarhumah, Adriana Mahuze, setelah diduga ditolak dilayani Rumah Sakit AL Lantamal XI.”
Demikian disampaikan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Merauke, Moses Kaibu saat ditemui Surya Papua Rabu (2/3). Menurutnya, kebijakan atau langkah Bupati Mbaraka, sangat luar biasa. Selain berdialog bersama keluarga almarhumah, juga bantuan diberikan secara langsung ke rumah duka.
Sehubungan rencana Bupati Mbaraka mengumpulkan pimpinan tiga rumah sakit yakni RSUD, RS AL Lantamal XI serta RS Bunda Pengharapan, Moses mendukung penuh.
“Saya kira itu langkah tepat. Karena menyangkut pelayanan kepada orang asli Papua (OAP), lebih khusus lagi Marind yang sering mengeluhkan lambannya tenaga medis di rumah sakit menangani pasien,” ujarnya.
Dengan evaluasi, jelas dia, agar managemen dari tiga rumah sakit tak melayani atau memberikan keistimewaan kepada pasien dengan melihat penampilan orang, kemampuan finansial atau dari warna kulit.
Pelayanan harus seadil-adilnya kepada semua pasien, karena berkaitan dengan nyawa manusia yang harus ditolong.
“Lalu saya menggarisbawahi tidak semua masyarakat memiliki kartu BPJS maupun lain-lain untuk berobat di rumah sakit. Jadi, siapapun pasien yang dihantar keluarga dalam keadaan kritis, harus ditangani terlebih dahulu. Urusan administrasi lain dari belakang saja,” saran Moses.
Ingat bahwa tidak semua masyarakat memiliki BPJS dan lain-lain, sehingga kadang kita persalahkan medis, namun terkait juga sooal administrasi.
Disinggung pernyataan Ketua Mahasiswa Malind, Arnoldus Anda yang mengkritisi sikap dewan, lantaran terkesan diam terhadap meninggalnya Adriana Mahuze, Moses mengaku, saat meninggalnya almarhumah, semua anggota dewan sedang melakukan perjalanan dinas.
Perjalanan dinas yang dilakuka, jelas Moses, terkait persiapan menuju Provinsi Papua Selatan (PPS). “Ada sejumlah anggota dewan ke Asmat juga guna membahas batas wilayah,” katanya.
Dengan demikian, menurutnya, bukan DPRD Merauke tak merespon cepat meninggalnya almarhum Adriaa Mahuze, murid SDN 2 itu. “Saya mengikuti perkembangan kasus dimaksud. Nanti setelah semua anggota dewan pulang, akan dikoordinasikan bersama managemen rumah sakit,” ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, Adriana Mahuze, anak Marind-Papua meninggal di pangkuan kakaknya dalam mobil pikap di depan Instalasi gawat darurat (IGD) RSUD Merauke Jumat (25/3) malam.
Sebelum ke RSUD, almarhumah yang mengalami sesak nafas, dibawa ke RS AL Lantamal XI. Hanya disana, diduga almarhuma ditolak dengan alasan taka da dokter spesialis anak.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun