Merauke, Suryapapua.com- Tahun 2025 ini merupakan Tahun Yubileum. Tahun Yubileum di dalam Gereja Katolik adalah tahun khusus yang dilaksanakan gereja setiap 25 tahun di bawah Otoritas Paus untuk memberi ruang atau kesempatan sebesar-besarnya kepada umat Katolik mendapatkan rahmat-rahmat yang dibutuhkan.
Demikian disampaikan Vicaris Judicial (Hakim) Dalam Pengadilan Gereja Katolik, Pastor Donatus Wea, Pr di ruang kerjanya beberapa hari lalu. Menurutnya, hidup sebagai manusia pasti penuh dengan kekurangan, persoalan atau pergumulan.
Olehnya, Gereja Katolik menyiapkan momen khusus bagi seluruh umat mengintrospeksi diri tentang kehidupan yang sudah dijalaninya.
Jika terlalu banyak hal yang kurang berkenan dihadapan Allah dan sesama, maka perlu dibenahi serta diperbaiki.
Pembenahan itu, menurut Pastor Wea, membutuhkan rahmat khusus dan rahmat itulah yang akan diperoleh secara spesial pada tahun Yubileum yang disebut Tahun Rahmat Tuhan.
Penetapan gereja untuk Tahun Yubileum ini bukan menjadi alasan bahwa di luar dari tahun Yubileum tidak ada rahmat. Bukan—-sebab rahmat itu Tuhan disediakan kapan saja, tetapi ada rahmat khusus yakni lebih pada pengampunan.
Dan, Gereja Katolik mengadakan Tahun Yubileum dibawah kegembalaan seorang Paus setiap 25 tahun.
Setiap tahun Yubileum memiliki tema masing-masing tetapi fokusnya sama. Ini menjadi masa seluruh umat manusia atau ciptaan Tuhan berbenah diri.
Latar belakang Yubileum terdapat dalam Kitab Imamat yang menuliskan bahwa tahun Yubileum merupakan tahun Yobel yaitu umat Israel mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.
Kemudian oleh Yesus di dalam Injil Lukas dipertegas ketika Yesus di Sinagoga mengatakan, “Roh Tuhan Ada Pada Ku, oleh sebab Ia telah Mengurapi Aku untuk membebaskan orang berdosa.”
Kalau pada masa Israel purba sebelum kedatangan Yesus, tahun Yobel lebih pada kebebasan secara jasmani, maka oleh Yesus lebih pada pembebasan secara spiritual yakni pembebasan dari segala dosa, sehingga tahun Yubileum diadakan terus oleh Gereja.
Untuk tahun Yubileum di 2025 ini sudah dibuka mulai tanggal 24 Desember 2024 dan akan berakhir pada tanggal 6 Januari 2026.
Tema tahun Yubileum 2025 adalah Peziarah Pengharapan. Tema ini oleh Paus Fransiskus diinspirasi Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma bab 5:5.
Dimana St. Paulus menasihati umat di Roma pada waktu itu dalam suratnya agar umat terus memiliki pengharapan kepada Tuhan, karena pengharapan kepada Tuhan tidak mengecewakan.
Tahun 2024 lalu, lanjut Pastor Wea, Paus Fransiskus mengeluarkan sebuah bullah atau dokumen resmi tentang pengharapan yang tidak mengecewakan dalam bahasa latin berjudul Spes Non Confundit bahwa pengharapan kepada Allah tidak mengecewakan.
Tema ini ditentukan Paus Fransiskus agar setiap umat Katolik diminta memahami serta mempraktikkan dalam kehidupan mereka bahwa tahun 2025 adalah tahun pengharapan.
Mengapa? Karena ada begitu banyak masalah yang terjadi di level dunia. Ada peperangan, kelaparan, bencana alam, persoalan ekonomi, persoalan kultural, politik dan persoalan berkaitan dengan kehidupan rohani atau iman yang membuat manusia kehilangan arah.
Dalam situasi seperti ini, begitu banyak umat manusia kehilangan pengharapan dan pada akhirnya tidak lagi berpegang pada Tuhan, tetapi berpegang pada pengharapan dunia yang merupakan pengharapan palsu.
Pengharapan dunia lebih banyak mengecewakan, maka keputus-asaan terjadi di mana-mana.
Persoalan-persoalan baru sebagai konsekuensi dari pengharapan yang terlalu tinggi kepada dunia itu menyebabkan terjadinya krisis di mana-mana.
Maka situasi-situasi yang sangat meng-global ini menjadi titik tolak bagi Paus dan kebetulan bertepatan dengan Tahun Yubileum, Paus mengimbau seluruh umat manusia dan secara khusus kepada umat Katolik kembali kepada jalurnya yakni memiliki Pengharapan Kepada Tuhan.
Kenapa Paus tidak hanya mencanangkan tema Pengharapan saja tetapi ada Peziarah Pengharapan, karena Paus meminta kita umat Allah menyadari bahwa keberadaan kita adalah sebuah peziarahan.
Peziarahan kita itu menjadi kehilangan makna kalau tidak dalam bingkai pengharapan.
Kalau kita jalan tanpa pengharapan berarti tujuan tidak ada, maka kita dituntut untuk menjadi peziarah atau orang yang bergerak maju dengan pengharapan pada Tuhan hingga mencapai tujuan akhir adalah bersatu dengan Tuhan.
Untuk itu, dalam tahun 2025, sebagai Tahun Rahmat Tuhan harus digunakan orang Katolik untuk memeriksa dan membenahi diri serta menerima tawaran spiritual yang sudah disiapkan oleh gereja, supaya rahmat-rahmat yang begitu banyak itu dapat diperolehnya.
Secara khusus rahmat yang ditawarkan di tahun Yubileum adalah rahmat pengampunan melalui indulgensi. Rahmat ini level dunia untuk seluruh umat Katolik dan umat seluruh dunia.
Menanggapi seruan Paus Fransiskus dengan bullah Spes Non Confundit tahun 2025, maka yang dibuat oleh para uskup termasuk Keuskupan Agung Merauke adalah membantu umatnya dalam konteks umat lokal di Papua Selatan.
Paus meminta untuk melakukan peziarahan menuju Porta Sancta (Gerbang/ Pintu Suci) dan ada pintu-pintu basilika yang akan menjadi tujuan peziarah bagi umat Katolik di seluruh dunia.
Ada Basilika Santo Petrus, Basilika Santo Yohanes Lateran, Basilika Santa Maria Maggiore dan Basilika Santo Paulus di Luar tembok Kota Roma.
Tetapi Paus Fransiskus memberi juga kewenagan itu kepada para uskup membuka pintu-pintu gereja di setiap negara dan keuskupan yang ditetapkan secara khusus oleh uskup diosesan sebagai Porta Sancta atau Pintu Suci.
Di Keuskupan Agung Merauke, Porta Sancta ada di Gereja St. Fransiskus Xaverius Katedral, Gereja St. Yoseph Bambu Pemali dan Gereja St. Mikael Kuda Mati– semuanya sudah dibuka.
Selain ketiga gereja di Kota Merauke, ada juga gereja yang ada di kevikepan di luar Kota Merauke.
Kevikepan Bade menjadi Porta Sancta ada di Gereja Paroki St. Antonius Padua Bade, Kevikepan Kepi di Gereja St. Yakobus, Kevikepan Tanah Merah di Gereja Katolik Hati Kudus Yesus, Kevikepan Mindiptana di Gereja Paroki Mindiptana.
Kemudian Kevikepan Muting di Gereja St. Theresia, Kevikepan Wendu di Gereja St. Petrus dan Paulus Kumbe serta Kevikepan Kimam di Gereja Paroki Kimam.
Selain gereja-gereja yang menjadi Porta Sancta Paus, juga menetapkan tempat-tempat ziarah.
Untuk Keuskupan Agung Merauke, Uskup Agung Merauke Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC telah menetapkan tempat ziarah di setiap Kevikepan.
Khusus Kevikepan Merauke, umat bisa mengunjungi secara teratur dan kontinyu selama tahun 2025 adalah Patung Hati Kudus Yesus Bandara Merauke, Patung Kristus Raja di Poo, Patung Hati Kudus di Pulau Habe, pekuburan para Misionaris Buti sebagai situs rohani serta Goa Arca Maria di daerah Wasur.
Porta Sancta dan situs rohani disiapkan oleh gereja sebagai sarana bagi umat Katolik mendapatkan indulgensi.
Jadi untuk mendapatkan indulgensi, setiap umat Katolik berdisposisi batin yang baik dan berjuang dengan permenungan yang dalam, terutama menjaga dirinya agar tidak berbuat dosa, bertobat dengan menerima sakramen tobat yaitu melakukan salah satu dari apa yang ditentukan otoritas gereja setempat.
Kita di Merauke, sudah diawali umat dari Mopah Lama berziarah dan berdoa di Portal Sancta Bampel, umat dari Kuda Mati dan sebaliknya umat dari Bampel ke Porta Sancta Gereja St Mikael Kuda Mati dan Katedral.
Perjalanan ini adalah sebuah perjalanan iman. Tentu ada kelelahan, penderitaan dan kesulitan yang menjadi gambaran kehidupan iman kita sesungguhnya.
Tetapi di dalam perjalanan itu kita tidak sendirian, selalu ada sesama dan Tuhan yang menemani sampai ke titik final.
Pintu Suci yang dimaksudkan adalah pintu gerbang utama gereja dimana umat Allah diminta masuk melewati pintu suci itu yang merupakan simbol kita memasuki Yerusalem Baru.
Artinya manusia masuk di dalam persekutuan dengan Tuhan. Ketika kita melewati pintu suci, kita meninggalkan cara hidup lama dan memulai cara hidup baru.
Perjalanan berada di bawah pintu suci itu sebenarnya perjalanan pertobatan. Jadi menyeberangi pintu suci adalah sebuah perjalanan batin menuju ke pertobatan.
Itulah yang diharapkan agar umat Katolik seluruh dunia dengan penuh iman berjuang untuk mendapatkan pengampunan atau indulgensi yang didapat melalui proses.
Pertama diberikan pembinaan tentang makna tahun Yubileum dan makna indulgensi untuk dimengerti.
Lalu dilanjutkan pengakuan dosa. Dalam pengakuan dosa ini lebih fokus pada dosa berat yang akan mendapatkan indulgensi penuh.
Setelah mendapatkan absolusi dari imam, umat baru bisa melakukan perjalanan ziarah ke tempat tujuan. Sepanjang perjalanan berdoa tentang dosa berat tersebut supaya dibebaskan.
Sesampai di Porta Sancta, umat dipersilahkan masuk melangkah dengan penuh penghayatan menyeberangi pintu suci dan saat itu akan ada suasana batin yang dialami menuju kehidupan baru. Kemudian dilanjutkan perayaan Ekaristi Yubileum.
Proses ini diterapkan dari waktu ke waktu selama tahun Yubileum oleh kelompok manapun–ada yang secara kolektif atau secara pribadi.
Makna Indulgensi
Indulgensi adalah pelepasan terhadap sanksi-sanksi hukuman sementara sebagai akibat dari dosa yang sudah diberi absolusi oleh imam. Pada saat pengakuan, imam dalam Gereja Katolik memberi absolusi.
Pastor akan mengatakan,” Dalam Nama Yesus dengan perantaraan gereja-Nya yang Kudus, saya melepaskan engkau dari dosa-dosa, Bapa, Putra dan Roh Kudus, Amin.”
Pada saat itu dosa-dosanya dihapus sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Yesus sendiri kepada Petrus bahwa,” Apa yang kau ikat di dunia, akan terikat di surga dan apa yang kau lepaskan di dunia akan terlepas di surga.”
Kewenangan diberikan oleh Yesus kepada Petrus diwariskan kepada para Paus, para Uskup dan para Imam.
Setelah imam memberi absolusi, dosa-dosa kita dilepaskan tetapi hukuman sebagai akibat dari dosa tidak dilepas.
Hukuman inilah yang menjadi penyebab kenapa kalau kita mati tidak langsung masuk surga tetapi ke api pencucian.
Sehingga dalam Gereja Katolik dalam doa-doa selalu mendoakan jiwa-jiwa di api pencucian karena mereka butuh bantuan doa dari orang hidup.
Saya mengibaratkan bahwa dosa itu sama dengan paku yang ditancapkan di pagar. Paku itu dosa dan pagar adalah jiwa manusia.
Ketika paku ditancapkan, maka jiwa akan kesakitan. Kemudian melalui para pastor saat pengakuan dosa memberikan absolusi untuk melepaskan dosa, maka pakunya dicabut atau dosanya dilepas. Namun saat paku dicabut, tetap meninggalkan bekas.
Bekas inilah menjadi hukuman sementara akibat dosa yang kita buat. Artinya, dosa kita dihapus tetapi akibat dari dosa tetap ada. Dan bekas dosa tersebut hanya bisa dipulihkan melalui indulgensi yang sediakan oleh Gereja Katolik dalam waku 25 tahun sekali.
Jadi pada saat ziarah, kita harus berjalan kaki sebagai simbol pengorbanan bahwa untuk mendapatkan ini tidak gampang.
Satu pesan penting yang perlu diketahui bahwa indulgensi hanya bisa diperoleh untuk diri sendiri dan untuk arwah. Karena itu selama masih hidup, masing-masing orang harus berjuang untuk memperoleh rahmat indulgensi.
Doa untuk arwah di tahun Yubileum juga diharapkan terus meningkat persentasenya karena mereka butuh doa dari orang hidup untuk membebaskan mereka dari hukuman dosa-dosa semasa hidup.
“Kita diminta menggunakan tahun Yubileum ini sebaik mungkin sebagai tahun pembebasan. Dan Paus menginginkan semua umat manusia kembali kepada pengharapan supaya martabat manusia ditegakkan,” ungkap Pastor Wea yang juga Ketua STK Santo Yakobus Merauke itu.
Alam ciptaan yang rusak karena eksploitasi oleh manusia diperbaharui lagi supaya tidak terjadi dampak-dampak yang lebih buruk dan membawa penderitaan yang lebih berat pagi umat manusia. (*)