Ketika Sejarah Baru Akan Ditorehkan di Paroki Santa Theresia Buti! Oretan Jurnalis Surya Papua

Laporan Utama483 views

TANCAP GAS! Mungkin dua kata ini pantas disematkan, sekaligus menggambarkan akan situasi di Paroki Santa Theresia Buti-Merauke yang dalam beberapa pekan terakhir boleh dibilang sangat hidup hingga  menjadi ‘magnet’ .

Betapa tidak, Paroki Santa Theresia Buti yang ‘dinahkodai’ Pastor Simon Petrus Matruty atas Mandat dan atau kepercayaan Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC terus bergerak dan bergerak.

Dewan Pastoral Paroki (DPP) maupun umat setempat, terus diajak Pastor Sipe, panggilan akrabnya untuk ‘berlari ‘ kencang membuat hal-hal nyata demi kemajuan, sekaligus memperkenalkan kepada umat lain akan Paroki Santa Theresia Buti lebih familiar dan atau dikenal.

Mengapa? Karena  sejarah menorehkan, Gereja Katolik  Buti merupakan gereja peradaban, setelah Misionaris Katolik menginjakkan kaki pertama kali, sekaligus mulai menyebarluaskan ajaran Agama Katolik tempoe doloe kepada masyarakat Marind.

Tentu untuk mengenang akan jasa besar para Misionaris Katolik, harus ada hal nyata dibuat dan atau dilakukan.

Itulah yang menjadi permenungan serta diskusi Pastor Sipe bersama sejumlah pengurus paroki selama ini.

Salah satunya adalah bagaimana memberikan perhatian khusus  membangun gereja baru, yang menjadi harapan serta penantian umat, terutama masyarakat Marind Imbuti sebagai pemilik negeri dalam wilayah kota ini.

Jika dilihat dan atau dirunut kembali, kondisi bangunan gereja sekarang tidak memungkinkan lagi menampung umat dalam jumlah banyak pada perayaan setiap hari Minggu.

Tentu untuk memulai membangun, pasti terasa berat, lantaran pertimbangan anggaran yang  tersedot, tidaklah sedikit.

Meski dengan kondisi demikian, Pastor Sipe, tak ‘patah arang.’ Diskusi bersama pengurus Paroki Santa Theresia Buti terus digaungkan.

Pastor Paroki Santa Theresia Buti, Simon Petrus Matruty- Surya Papua/Frans Kobun
Pastor Paroki Santa Theresia Buti, Simon Petrus Matruty- Surya Papua/Frans Kobun

Salah satunya adalah bagaimana cara agar mulai mengumpulkan dana melalui umat dengan tidak meminta secara langsung.

Tuhan-pun membuka-kan jalan. Akhirnya  Perayaan Misa Inkulturasi di Gereja  Santa Theresia Buti oleh masing-masing etnis, mulai dilaksanakan atas ide brilian seorang Pastor Sipe.

Melalui Perayaan Misa Inkulturasi, secara perlahan terjawab sendirinya.

‘Meledak dan meledak’ sumbangan sukarela dari masing-masing etnis, baik dalam bentuk uang tunai maupun material berupa seng serta semen, spontanitas diberikan.

Setelah melihat ‘sudah ada dasar’ yang telah dipunyai–dimiliki, Pastor Sipe serta dewan pastoral merencanakan sesegera melakukan peletakan batu pertama pembangunan Gereja Katolik Santa Theresia Buti.

Jauh-jauh hari  berbagai tahapan dilakukan, terutama bersama masyarakat Marind-Imbuti dari tujuh marga duduk sekaligus berdiskusi.

Tahapan demi tahapan-pun akhirnya berjalan mulus mulai dari diskusi untuk nantinya dibuatkan dalam buku  akan sejarah masuknya Misionaris Katolik di Papua Selatan.

Foto bersama masyarakat Marind di Dusun Salira, Kampung Nasem beberapa hari lalu – Surya Papua/Frans Kobun
Foto bersama masyarakat Marind di Dusun Salira, Kampung Nasem beberapa hari lalu – Surya Papua/Frans Kobun

Selain itu, kegiatan napak tilas yang telah dilangsungkan beberapa hari lalu mulai dari Salira-Nasem, tempat pertama Misionaris Katolik menginjakkan kaki sekaligus berdialog bersama masyarakat Marind zaman dulu.

Juga beberapa titik atau tempat lain ikut dikunjungi seperti Dusun Kaya-Kay, Yobar, Spadem serta Nowari oleh masyarakat Marind generasi sekarang didampingi Pastor Sipe serta dewan pastoral paroki sekaligus ditancapkan salib.

Beberapa mata acara dimaksud dilalui mulus. Sebagai titik puncak-nya adalah prosesi perarakan Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi bersama para pastor menuju ke lokasi peletakan batu pertama pembangunan Gereja Katolik Santa Theresia Buti dibagian belakang.

Berbagai mata acara telah dipersiapkan mulai penjemputan oleh Etnis Marind serta etnis lain hingga peletakan batu pertama  pembangunan gereja yang akan dilaksanakan Sabtu 4 Oktober 2025 pukul 16.00 WIT (jam 4 sore) dan dilanjutkan perayaan misa. (Frans Kobun)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *