Merauke, Suryapapua.com-Bermodalkan semangat menggelora. Mungkin penggalan kalimat ini, sepantasnya disematkan kepada Pastor Paroki Santa Theresia Buti, Pius Oematan, Pr bersama ‘tim kecil’ renovasi atap seng dan juga plafon baik di gereja, pastoran maupun ruang atau balai pertemuan.
‘Tim kecil’ itu terdiri dari Herman Warib (ketua), Isak Laiyaan (sekretaris), Krispinus Palobo (bendahara) serta Hendrikus C Dumatubun (koordinator lapangan).
Melangkah pelan tapi pasti, ‘tim kecil’ terus bergerak melakukan pertemuan bersama ketua-ketua lingkungan sekaligus mengumumkan secara resmi kepada umat, sehubungan perbaikan atap seng serta plafon gereja maupun rumah pastoran yang mengalami kerusakan parah, sehingga harus segera diperbaiki.
Tanpa banyak komentar, ketua lingkungan dalam Paroki Santa Theresia Buti-pun langsung bergerak. Mereka ‘menyisir’ dari rumah ke rumah umat, sambil meminta sumbangan, entah dalam bentuk uang atau barang seperti seng maupun paku dan lain-lain.
Dari berkat atau rezeki yang didapatkan, secara sukarela tanpa pemaksaan mereka (umat;red) menyumbangkan. Selanjutnya ketua lingkungan menyerahkan kepada pastor paroki atau ‘tim kecil’ untuk memanfaatkan membeli sejumlah material yang dibutuhan.
Ketua Panitia Renovasi Gereja, Herman Warib kepada Surya Papua Senin (17/5) mengungkapkan, selain sumbangan dari umat paroki setempat, juga bantuan donatur maupun umat lain di luar paroki.
“Memang ada yang menyumbang uang serta bahan (material). Setelah dana terkumpul dan dinilai cukup, akhirnya kegiatan pembongkaran atap seng baik di gereja maupun rumah pastoran serta aula pertemuan mulai dilakukan,” ujarnya.
Lebih lanjut Herman menjelaskan, khusus pembongkaran plafon gereja maupun pastoran, belum bisa dilakukan. Karena terkendala anggaran. Namun demikian, panitia terus bekerja mencari jalan keluar.
Sementara koordinator lapangan, Hendrikus C Dumatubun menjelaskan, kurang lebih dua minggu, kegiatan pembongkaran seng bangunan gereja maupun atap dilakukan. Lalu dilanjutkan pemasangan seng baru.
“Kurang lebih 15 orang bekerja mulai dari perwakilan Kaum Bapak Katolik (KBK) serta Orang Muda Katolik (OMK) Santa Theresia Buti. Tanpa hentinya mereka menyelesaikan pengatapan seng baik di gereja, pastoran serta aula pertemuan,” ujar Sony, panggilan akrabnya.
Sony menjelaskan, pekerjaan atap seng telah tuntas diselesaikan. Hari ini dilakukan finishing di aula pertemuan termasuk gudang yang ‘disulap’ untuk penyimpanan ratusan kursi plastik.
Sekretaris Panitia, Isak Laiyaan menambahkan, partisipasi umat memberikan sumbangan, termasuk juga umat dari luar, patut diberikan apresiasi setinggi-tingginya. “Semua memberi dengan sukarela sehingga renovasi atap seng gereja, pastoran serta ruang pertemuan, berjalan lancar,” jelasnya.
“Terimakasih banyak untuk atensi umat termasuk donatur yang telah memberikan sumbangan, hingga proses penyelesaian atap berjalan lancar,” katanya.
Bendahara rehab gereja, Krispinus Palobo juga menyampaikan banyak terimakasih atas partisipasi umat dari setiap lingkungan maupun luar paroki, termasuk donatur yang menyumbang dari kelebihan berkat atau rezeki yang didapatkan.
“Kami akan membuat laporan pertanggungjawaban secara detail sebagai pertanggungjawaban kepada semua orang yang telah menyumbang,” katanya.
Butuh 300 Lembar Tripleks
Pastor Paroki Santa Theresia Buti, Pius Oematan dalam kesempatan itu mengungkapkan, renovasi atap seng gereja maupun pastoran dilakukan, mengingat kondisinya sudah sangat memrihatinkan.
“Ya, atap seng telah bolong hingga sampai ke plafon. Sehingga mau tidak mau, dibongkar dan diganti baru. Karena jika dibiarkan, nanti tambah rusak apalagi kalau datang musim hujan,” ujarnya.
Untuk atap, lanjut pastor kelahiran Nusa Tenggara Timur (NTT) itu, telah selesai rampung dua hari lalu. “Memang ada kendala, namun ‘tim kecil’ selalu berpikir keras mencari jalan agar atap gereja, pastoran maupun ruang pertemuan dirampungkan,” katanya.
“Syukur kepada Tuhan, karena seng lama yang dibongkar, umat bersedia membelinya. Dari penjualan itu, uangnya dimanfaatkan membeli beberapa material seperti pasir, batu, tanah timbun, seng dan lain-lain,” jelasnya.
Bahkan, demikian Pastor Pius, panitia berhutang di salah satu toko bangunan guna mengambil beberapa bahan yang dibutuhkan. “Ya, pemilik toko tak keberatan dan memberikan beberapa material yang dijualnya, nanti pembayaran dilakukan dari belakang,” ungkapnya.
Meskipun atap seng telah dituntaskan, namun masih ada pekerjaan belum diselesaikan yakni pembongkaran plafon lama baik di gereja maupun pastoran.
“Kita belum bisa melanjutkan pekerjaan itu, karena masih terkendala dana. Karena sesuai estimasi ‘tim kecil’ kurang lebih 300 tripleks dibutuhkan,” ujarnya.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun