Merauke, Suryapapua.com– Bupati Merauke, Romanus Mbaraka angkat bicara sehubungan dengan aksi demonstrasi yang dilakukan ratusan orang asli Papua (OAP) di Tugu Lingkaran Brawijaya (Libra) beberapa hari lalu memrotes hasil pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) 14 Pebruari 2024 lalu yang diwarnai kecurangan permainan uang oleh calon legislatif.
Akibatnya, suara caleg OAP di kampung-kampung, diambil caleg Nusantara, karena berhasil meluluhkan hati rakyat dengan lembaran uang berwarna biru dan merah di injuri-time.
“Saya kira apa yang dilakukan OAP dengan melakukan aksi demonstrasi adalah wajar sebagai ungkapan ketidakpuasan,” ungkap Bupati Mbaraka saat ditemui sejumlah wartawan Kamis (14/03/2024).
Dengan persoalan tersebut, lanjut Bupati Mbaraka yang juga Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai NasDem, anak-anak OAP yang maju caleg lima tahun mendatang, harus siap dari sekarang.
“Tetapi mau tidak mau, suka tidak suka, harus ada suatu kebijakan yang berpihak kepada OAP. Lalu kebijakan dimaksud, perlu dikawal dari awal. Bukan selesai pemilu baru melakukan protes,” pintanya.
Jadi, menurutnya, dari awal diatur baik. Misalnya untuk daerah pemilihan (Dapil) tertentu, dibicarakan sekaligus disepakati bersama ketua-ketua partai politik. Dimana ada Dapil tertentu yang diblok khusus. Sekaligus memberikan ruang dan kesempatan kepada Caleg OAP untuk bertarung sendiri.
“Tidak boleh ada calen Nusantara ada di dapil tersebut. Jika itu dilakukan dan atau diterapkan, peluang besar caleg OAP akan mulus ke DPR kabupaten maupun provinsi,” katanya.
Lalu berikutnya, teman- teman OAP yang hendak maju caleg, memiliki kemampuan siap bertarung dan berkomitmen akan berhasil ketika sudah bergabung di salah satu partai politik.
“Jangan hanya masuk untuk sekedar memenuhi syarat kuota partai. Itu tidak boleh. Harus siap matang bertarung dan optimis menang,” ungkapnya.
Berkaitan dengan perlunya Perdasi-Perdasus, Bupati Mbaraka menambahkan,”Kan Majelis Rakyat Papua Selatan baru terbentuk. Olehnya perlu dikaji baik undang-undangnya. Sehingga tidak keliru dalam menerjemahkan.”
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun