Menjadi Guru Yang Fleksibel dan Adaptatif Dalam Pemilihan Model Pembelajaran

Opini938 views

(Sebuah Hasil Laporan Penelitian Tindakan Kelas tentang Model Pembelajaran Project Based Leraning untuk Siswa Sekolah Menengah Kejuruan)

PERSEPSI utama dari sebagian besar masyarakat dalam memaknai tugas dari seorang guru adalah satu dan satu-satunya yaitu  ‘Mengajar.’  Yang mana tugas pokok dari seorang guru adalah manjalankan salah satu fungsi pendidikan yaitu mentransfer ilmu kepada murid di sekolah. Adalah tugas guru untuk mencerdaskan para peserta didik yang dianggap sebagai generasi penerus dari bangsa ini.

Namun, apakah kita pernah berusaha untuk berpikir tentang bagaimana seorang guru memaknai dirinya sendiri dalam perannya sebagai guru? Karena jika sudut pandang yang kita pakai adalah sudut pandang guru, maka pengertian dari kata mengajar itu sendiri tidak terbatas hanya pada transfer ilmu semata tetapi justru akan sangat kompleks. Tulisan ini mencoba untuk memahami tugas guru dalam mengajar dari sudut pandang guru.

Refleksi pertama dari penulis sebagai seorang guru adalah memahami kata ‘Mengajar.’ Kata mengajar mengandung banyak sekali elemen di dalamnya. Mengajar tidak hanya tentang mendiktekan pengetahuan semata, tetapi juga tentang hal-hal lain khususnya bagaimana seorang guru harus mampu memanage waktu (situasi dan kondisi) terhadap meteri pembelajaran, serta metode atau model pembelajaran.

Sehingga makna yang diartikan oleh seorang guru terhadap kata mengajar adalah tentang perencanaan (persiapan), pengamatan, pelaksanaan dan evaluasi.

Alur manajemen dalam mengajar tidaklah tepat jika dijalankan secara tidak sistematis. Seorang guru tidak bisa langsung melaksanakan tahapan pelaksanaan tanpa harus melakukan tahapan persiapan materi serta pemilihan metode yang akan dipakai terlebih dahulu.

Tulisan ini akan lebih banyak menitikberatkan pada kejelian seorang guru dalam memilih model pembelajaran yang akan dipakai.

Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kompetensi. Ada model-model pembelajaran tertentu yang cocok untuk pembelajaran kompetensi bidang akademis atau kompetensi ilmu, model lainnya akan lebih cocok untuk kompetensi di bidang Vokasional (yang berhubungan dengan sekolah atau bimbingan kejuruan).

Ada pula model-model pembelajaran lainnya lagi yang cocok untuk kedua kompetensi yang dimaksudkan. Seorang guru diandaikan mampu memilih salah satu dari model pembelajaran (atau bahkan lebih dan dikomparasikan) yang sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu seorang guru harus bisa fleksibel dan adaptatif terhadap karakter murid, lingkungan, sarana, situasi, kondisi dan hal-hal lainnya yang penting untuk dipertimbangkan.

Untuk mengerucutkan inti dari tulisan ini, maka penulis sebagai seorang guru di Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Merauke-Papua, akan menghadirkan salah satu contoh model pembelajaran yang menurut penulis secara pribadi, sangat cocok dalam penerapannya di satuan pendidikan yang bersifat vokasional atau kejuruan. Adalah model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) yang jika diterjemahkan secara sederhana bisa kita sebut dengan model pembelajaran yang berlandaskan pada suatu proyek (baik ide atau aksi nyata) untuk dijalankan.

Model pembelajaran ini, menekankan siswa untuk mampu berpikir kreatif dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber daya alam di sekitar untuk menghasilkan suatu ide proyek usaha untuk dijalankan.

Dalam penerapannya di SMKN 1 Merauke khusunya di Kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran, prinsip adaptatif perlu untuk dikedepankan dan secara fleksibel menjadikan hasil alam (SDA) yang melimpah di tanah Merauke sebagai bahan dasar dalam menghasilkan proyek usaha dari siswa.

Misalnya kulit kayu sebagai bahan dasar pembuatan tas Noken Papua  atau hasil alam berupa buah pisang  atau buah kelapa yang bisa diolah menjadi produk usaha siswa.

Makanya  sebagai guru, penulis hendak merekomendasikan model pembelajaran PjBL kepada rekan-rekan guru lainnya khususnya guru-guru di sekolah kejuruan untuk diterapkan. Karena terbukti melalui Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan di SMKN 1 Merauke sejak 24 Agustus hingga 15 September 2022, model pembelajaran PjBL jika dibawakan dengan penuh persiapan yang baik maka akan membawa manfaat yang besar dalam upaya meningkatkan kualitas belajar-mengajar di kelas.

Tentang bagaimana cara penerepan PjBL serta pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas siswa di kelas, akan coba penulis bahasakan pada bagian ini.

Sebelum menerapkan model pembelajaran PjBL, pertama-tama guru harus mampu melakukan perumusan dan pengidentifikasian masalah yang terjadi.

Pengamatan dapat dilakukan terhadap siswa untuk melihat semua potensi yang ada pada mereka untuk digali dan dikembangkan. Dari pengidentifikasin masalah inilah maka harus dicari solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Menurut peneliti, salah satu solusi untuk mengatasi masalah-masalah klasik di dalam kelas  seperti rendahnya keaktifan siswa, rendahnya minat siswa, rendahnya ide serta kreatifitas siswa adalah dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat.

Model pembelajaran yang menjadi fokus pembahasan penulis saat ini (PjBL) memiliki langkah-langkah (sintaks) yang sangat membantu dalam proses menggali potensi kewirausahaan siswa.

Dimana dapat dijabarkan sebagai berikut, pertama, penentuan pertanyaan mendasar pada sintaks ini pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan kepada peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Topik penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk peserta didik dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.

Kedua, Mendesain perencanaan proyek sintaks ini berisi tentang perencanaan yang dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Selain itu, sintaks ini bertujuan untuk mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

Ketiga, Menyusun jadwal. Pada sintaks ini, guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini dimulai dari membuat timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek, hingga meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan ide untuk proyek mereka.

Keempat, Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek. Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek.

Kelima, Menguji hasil. Pada sintaks kelima penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar. Dan keenam, adalah mengevaluasi pengalaman. Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok.

Demikianlah langkah atau sintaks dalam model pembelajaran PjBL yang melalui tahapan-tahapan tersebut penulis beranggapan; jika dijalankan dengan prinsip fleksibilitas dan adaptifitas, maka akan dapat meningkatkan daya kreatifitas siswa Sekolah Kejuruan dalam menghadirkan ide proyek usaha untuk dijalankan.

Penulis :

Sesilia Theresia Welu, S.Sos

Guru di SMKN I  Merauke, Jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran yang juga mahasiswa PPG Daljab angkatan I Tahun 2022- LPTK Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar