Merauke, Suryapapua.com– Suasana menjadi hening. Tak ada suara keluar dari mulutnya selama beberapa menit. Berdiam sesaat dari atas mimbar ketika tengah memberikan sambutan, usai perayaan Misa Inkulturasi Etnis Kei yang berlangung di Gereja Santa Theresia Buti.
Tanpa sadar— ternyata Yoseph Bladib Gebze, Bupati Merauke sedang meneteskan air mata. Mengapa? Ada sesuatu yang sangat mendalam diingat dan dirasakan.
Dari pantauan suryapapua.com Minggu (21/09/2029), 1.000-an umat yang memadati bagian dalam hingga luar gereja, ikut larut dan merasakan apa yang sedang terbesit dalam sanu-bari orang nomor satu di Kabupaten Merauke tersebut.
Sudah pasti Bupati Bladib Gebze merasakan dan menghayati akan jasa besar yang telah diberikan para leluhur maupun misionaris Katolik Kei, setelah datang dan ikut ‘mengangkat’ orang Marind pada tempo dulu hingga sekarang.
“Hari ini kita melihat masyarakat Kei menggunakan kostum warna merah. Ini warna sangat dihargai dan dihormati di tanah ini,” katanya.
Orang Kei, lanjut Bupati Bladib Gebze, telah menorehkan tinta emas di atas Tanah Marind.

Tinta emas tersebut, tidak akan pernah hapus. “Kita bersyukur kepada Tuhan dengan perjalanan sejarah orang Kei yang luar biasa datang di Tanah Marind,” katanya.
“Kami orang Marind tak pernah mengundang siapa siapa, tetapi mujizat Tuhan terjadi di atas tanah ini dengan krhadiran para guru, katekis, para imam yang jauh jauh meninggalkan kampung halaman di Kei datang kesini,” ujarnya.
Penghormatan terhadap orang Kei, menurut Bupati Bladib Gebze, tak pernah akan hilang. Karena mereka datang membangun masyarakat di Papua Selatan, lebih khusus di Kabupaten Merauke.
“Lebih khusus lagi kita memberikan penghormatan kepada para misionaris. Sebagai bentuk penghormatan, akan dibangun gedung gereja peradaban dari Buti,” katanya.
Orang, jelasnya, bisa datang mengikuti dinamika pembangunan dan keindahan alam disini, tetapi disisi lain harus mengetahui sejarah bahwa kehadiran para misionaris adalah melalui pintu ini (Buti).
“Jadi, bersama Pastor Paroki Santa Theresia Buti, Simon Petrus Matruty, kami mencoba menggali dan merumuskan apa yang perlu dihadirkan untuk bangun gereja,” tandasnya.
Bangunan gereja dimaksud, akan menjadi milik semua orang yang tinggal dan berkarya di Merauke. Karena dari sinilah dibangun peradaban di atas tanah Marind.
“Saya menyampaikan limpah terimakasih untuk para leluhur dan pendahulu yang sudah hadir disini memberikan seluruh yang dimiliki. Juga memberikan paling berhargakepada orang asli Marind ,” ujarnya.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun










