Merauke, Suryapapua.com– Albertus Kaize, orang asli Papua (OAP) dari salah satu kampung di Distrik Okaba yang dianiaya oknum anggota TNI Angkatan Laut (AL) di Wanam, Kampung Wogikel, Distrik Ilwayab, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan beberapa hari lalu, dikecam keras Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC.
Kepada sejumlah wartawan di Kantor Keuskupan Agung Merauke, Uskup Mandagi yang didampingi Vikjen, Hengky Kariwob, MSC Jumat (24/2) menegaskan, tindakan yang dilakukan oknum TNI AL itu biadap.
“Saya tak peduli, apakah dia itu tentara atau polisi, karena yang dilakukan melawan kemanusiaan,” tegasnya.
Mestinya, lanjut Uskup Mandagi, ketika ada masalah, ada jalur hukum. Ditangkap, diadili serta diproses hukum. Tidak bisa dengan cara kekerasan seperti begini, apalagi terhadap orang asli Papua (OAP).
Terhadap pelaku yang sudah melakukan tindakan tersebut, agar ditangkap dan dihukum seberat-beratnya.
“Harus ditangkap, diadili dan dihukum seberat-beratnya. Ini pernyataan keras saya. Karena sudah sering terjadi di wilayah sini. Saya mempertanyakan, kenapa ketika ada orang mabuk diperlakukan secara kasar aparat keamanan? Harusnya aparat keamanan mengamankan, bukan merusak manusia walaupun mereka berbuat salah,” katanya.
Lebih lanjut Uskup Mandagi mengungkapkan, kasus meninggalnya Albertus Kaize maupun Lamek Wayoken, warga Kampung Nakias, Distrik Ngguti yang dianiaya oknum anggota Brimob di Maam, kemungkinan sudah sampai di pimpinan teratasnya yakni Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) dan Kapolri.
Ditegaskannya, kejadian yang sering terjadi seperti begini, tentu meresahkan masyarakat. Bukan hanya OAP tapi juga saudara pendatang lainnya yang ada di sini.
“Kok seenaknya oknum aparat keamanan yang harus sebagai pengayom serta pelindung, seenaknya melakukan kekerasan sampai akhirnya korban cacat dan meninggal dunia,” ungkapnya.
Perbuatan yang dilakukan oknum aparat keamanan, sangat tidak dibenarkan dan melanggar kemanusiaan.
“Saya meminta kepada pimpinan teratasnya baik TNI maupun Polri ketika dalam melakukan pembinaan kepada anggota baru, agar diberikan pemahaman etika dan moral kemanusiaan secara baik,” pintanya.
“Jangan seolah-olah punya senjata, seenaknya pukul orang lain, itu tidak boleh. Yang harus dilakukan adalah pendekatan kemanusiaan, humanis, bukan kekerasan. Jangan terjadi lagi ada ‘Sambo-Sambo’ baru di Papua. Kalau ada seperti itu, dihukum mati saja,” tegasnya.
Ditambahkan, sebagai rasa cinta dan kasih sayang terhadap OAP, Uskup Mandagi mengutuk keras tindakan oknum aparat keamanan itu. Sebab kenyataannya, OAP diperlakukan secara kasar.
“Ya, OAP diperlakukan kasar seperti demikian, sehingga selalu bersuara ingin berdiri sendiri, karena dampak dari kesalahan aparat keamanan yang tidak melakukan pendekatan humanis,” ujarnya.
“Terpaksa saya bicara terang-terangan. Presiden Jokowi sudah berubah, pimpinan TNI/POLRI sudah berubah, tapi yang nakal sekarang adalah anak buahnya. Berbekal senjata dan kesombongan, sehingga merusak kemanusiaan di tanah Papua,” kritiknya.
Penulis :Yulianus Bwariat
Editor : Frans Kobun