Merauke, Suryapapua.com– Kurang lebih 800-an masyarakat di Kampung Buti, Distrik Merauke, Kabupaten Merauke mengikuti Natal bersama yang ditandai pembakaran lilin oleh sejumlah perwakilan mulai dari tokoh agama, tokoh adat, perwakilan pemerintah, perempuan serta anak.
Natal bersama yang berlangsung Kamis (20/1), dipimpin Pendeta George Pela Sula serta Bruder Yohanes Kedang, MTB. Perayaan dipimpin secara bergantian.
Dalam khotbahnya, Pdt. Georde Pela Sule mengatakan, “Saya dari golongan Paulus, Kefas dan Apolos, saya dari Katolik, GKI maupun GPI, Pantekosta dan lain-lain. Tetapi bahwa kita hadir disini karena kelahiran Yesus untuk semua umat manusia di tengah dunia.”
Itulah makna thema Natal tahun ini yang diusung yakni Cinta Kasih Kristus yang menggerakkan Persaudaraan.
Dikatakan, Tanah Papua dulunya disebut sebagai tanah kegelapan, namun ketika Injil masik ke Papua, tanah ini tak menjadi kegelapan tetapi tanah Injil. Itu sebabnya oleh Dr. FC Kamma dalam tulisannya mengatakan, “Siapa menyebut Papua, dia menyebut Injil Yesus Kristus.”
Dengan demikian, katanya, orang Papua adalah mereka yang telah menerima Injil Yesus Kristus. Masih dalam konteks Injil, siapapun itu entah dari NTT, Toraja, Jawa, Maluku dan daerah lain, namun kalau menerima Injil di tanah ini, maka mereka disebut orang Papua.
“Siapa menyebut Papua, dia menyebut injil. Karena itu Papua identik dengan Injil. Kita disebut orang Papua, karena kita punya hidup dan perbuatan yang meneladani Kristus. Bukan hidup di luar Kristus,” tegasnya.
Olehnya, janganlah hidup seperti orang Israel yang oleh Nubuat Yesaya mengatakan, “Bangsa ini memuliahkan AKU dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-KU. Percuma mereka beribadah kepada-KU, sedangkan ajarannya adalah perintah manusia- Matius (15:8-9).”
“Percuma kita beribadah kepada Tuhan, tapi ketika ada masalah, kita lari bergantung kepada manusia. Ketika sakit, kita bergantung di dukun atau pada kuasa lain di luar Tuhan, ketika ada masalah masih berkelahi dalam keluarga,” katanya.
Hari ini, lanjut Pendeta, injil bicara tentang kelahiran Yesus. Mengapa Yesus tak lahir di istana, hotel atau penginapan mewah, tetapi memilih di kandang hina? Ketika Yesus lahir di hotel berbintang, siapa yang pergi lihat? Ingat, Yesus lahir di kandang hina, bukan hanya karena ditolak manusia. Tetapi DIA memilih kandang agar orang Majus serta gembala datang berjumpah dengan Tuhan Yesus.
Orang Majus mewakili orang besar, kaum elit serta pejabat. Sedangkan gembala-gembala mewakili mereka yang termarginalkan serta orang pinggiran.
“Jadi kita orang Papua khusus orang Marind Buti, harus sama seperti Majus dan gembala gembala,” pintanya.
Orang Majus adalah ahli perbintangan, penasehat raja yang tinggal di istana dan mengambil keputusan berdasarkan pengamatan bintang. Lalu gembala gembala adalah orang yang terlupakan oleh dunia.
Pendeta mengingatkan, Yesus tak butuh kandang seperti 3000 tahun lalu, tetapi DIA membutuhkan tempat lain dalam bagian kehidupan sebagai manusia, agar bisa melakukan dan mengubah kehinaan menjadi kemuliaan dalam kehidupan umat manusia.
Belajar Dari Keluarga Kudus Nasareth
Sementara Bruder Yohanes Kedang, MTB dalam pesannya mengatakan, Tuhan Yesus mengajarkan umat-NYA untuk belajar menimba kekuatan dari keluarga Kudus Nasareth yang diberikan Allah sebagai teladan bagi umat manusia.
“Segala hal buruk di tahun lalu, kita tinggalkan dan jadikanlah tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya,” pintanya.
Bruder juga berharap agar pandemic covid-19 segera berlalu, sehingga semua umat manusia dapat menjalankan segala aktivitasnya dengan baik terutama kegiatan menggereja lebih leluasa.
“Berikalah berkat dan pengharapan yang cukup dan kekuatann baru serta kemampuan agar bisa melalui hari demi hari dengan bimbingan Tuhan. Tolonglah membimbing kami dengan Yesus putra-MU, berilah kami hikmat dan kerinduan dan hikmat bagimu,” ujarnya.
Melalui bimbingan dan tuntutan Tuhan, sekiranya di tahun ini, Pemerintah Kabupaten Merauke bersama Kepala Kampung Buti bersama aparaturnya, LMA, tokoh adat dan lain-lain, dapat menjalakan karya pelayanan yang baik terutama bagi mereka yang lemah dan miskin tertindas serta difabel.
Sehingga, lanjut Bruder, kesejahteraan dapat tercipta. Berilah rezeki yang secukupnya untuk kuat menghadapi badai kehidupan.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun