Merauke, Suryapapua.com– Banyak pengalaman pahit, aral-rintangan serta tantangan hidup sudah pasti dialami serta dirasakan RD Wilfridus Fallo selama bertahun-tahun dalam menjalani Panggilan Tuhan hingga pada akhirnya mencapai titik puncak yakni ditahbiskan menjadi seorang imam (pastor).
Semua pengalaman panggilan hidup melalui lika-liku panjang itu, tentu tidak dipikul sendiri. Orangtua, keluarga serta sanak saudara pasti selalu disamping memberikan petuah, nasehat serta dukungan moril, selain pergumulan serta penyerahan diri secara total Pastor Wilfridus kepada Bunda Maria dan Tuhan Yesus.
Sehingga tidak mengherankan ketika Pastor Wilfridus Fallo diberikan kesempatan mengungkap uneg-unegknya dari atas podium, tak mampu membendung air matanya. Karena bisa melalui semuanya hingga sah menjadi seorang imam setelah ditahbiskan Uskup Agung Merauke, Mgr Petrus Canisius Mandagi, MSC 20 Januari 2024 silam.
Seperti pantauan Surya Papua, dari atas podium di Aula Pangkat-Kelapa Lima Kamis (25/01/2024) malam, Pastor Wilfridus Fallo, imam kelahiran Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) itu, tak mampu membendung air mata saat didaulat menceriterakan perjalanan hidupnya.
Sementara dalam perayaan misa syukuran-nya yang berlangsung di Aula Pangkat itu, dihadiri ratusan umat Katolik, termasuk keluarga besar Nekmese serta utusan dan atau perwakilan dari masing-masing tungku Flobamora di Kabupaten Merauke.
Perayaan misa dipimpin langsung Pastor Wilfridus Fallo didampingi puluhan pastor lainnya.
Pastor Ayustus Erasmus Lim dalam khotbahnya mengatakan, motto tahbisan RD Wilfridus Fallo adalah, “ Di Dalam Dia, Sama Sekali Tidak Ada Kegelapan (1 Yoh 1:5).”
Moto tahbisan dimaksud sebagai ungkapan Pastor Wilfridus akan sukacita dan kebahagiaan yang berasal dari pengalaman hidupnya mulai dari masuk seminari hingga mencapai puncak menjadi seorang imam.
Kegelapan, lanjut Pastor Yustus, menyebabkanb dosa, lalu dosa membuat hidup manusia menderita. “Jadi Pastor Wilfridus mengatakan kepada kita bahwa ketika menjalani panggilan hingga menjadi seorang imam (pastor), banyak tantangan dihadapi serta beban salib yang harus dipikul,” ujarnya.
Dikatakannya, menghadapi atau menjawab panggilan Tuhan itu, kadang dengan tetesan air mata, isak tangis dan lain-lain. “Ya, saya pernah melihat pastor Wilfridus menangis, setelah dinasehati ‘seniornya’ Pastor Pastor France Luan,” ungkapnya.
Selain menangis, kekecewaan, putus asa dan juga sedih. Makanya, perlu digarisbawahi menjadi seorang imam, tak semudah membalikan telapak tangan. “Bagi saya, Pastor Wilfridus seperti Bunda Maria yang menyimpan dalam hati semua gejolak hatinya selama ini,” katanya.
“Meskipun berbagai tantangan, cobaan serta godaan dihadapi, namun dapat dilalui dengan baik Pastor Wilfridus. Jadi kita semua senang, karena sekarang dia sudah ada Kasula serta Stola,” ujarnya.
Ditegaskan, dari berbagai aral rintangan yang dihadapi dalam panggilan, hari ini juga wajar Pastor Wilfridus terus memancarkan cahaya.
Cahaya itu semakin terang karena ia mampu menghalau kegelapan selama menjawab panggilan Tuhan.
Sementara RD Wilfridus Fallo (imam baru) dalam kesempatan itu menyampaikan terimakasih banyak kepada kedua orangtua serta keluarga besar Nekmese di Kabupaten Merauke yang telah mendampingi dan membimbingnya selama menjalani panggilan.
“Memang moto panggilan yang saya angkat ini, sesuai perjalanan hidup saya. Dimana berangkat dari kegelapan akan ketidaktahuan tentang seminari sampai berangkat dari tanah kelahiran Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) ke Merauke yang tidak diketahui akan keadaan sesunggguhnya disini. Namun semua itu, akirnya Tuhan membuka jalan kepada saya,” jelasnya.
Pastor Wilfridus berceritera tentang perjalanan hidup semasa mengikuti testing di Seminari Oepoi Kupang selama seminggu dengan hanya pakaian di badan.
Setelah diterima dan studi hingga akhirnya lulus dari seminari, diberikan kesempatan memilih, kira-kira akan melanjutkan kemana lagi. Lalu pilihannya adalah di Keukupan Agung Kupang.
Namun beberapa minggu kemudian, ada ‘godaan’ sesama temannya agar melamar ke Keuskupan Agung Merauke dan akhirnya diterima.
Berbekal modal nekad serta restu orangtua, iapun berangkat meskipun ada rasa kecemasan dan ketakutan lantaran belum pernah naik kapal laut hingga pesawat, juga ‘gelap’ tentang situasi dan atau keadaan Merauke.
Namun demikian, akhirnya ia tiba di Merauke dan dalam masa perkenalan, ditempatkan di Stasi Nasem. Di stasi tersebut, banyak kejatuhan serta keterpurukan dialami serta dirasakannya.
Bahkan, menurutnya, pernah tinggal dan atau menghuni sel tahanan Polres Merauke, lantaran kecelakaan lalulintas.
Selama menjalani berbagai rintangan di Stasi Nasem, akhirnya direstui dan diizinkan mengikuti pendidikan di STFT Jayapura yang awalnya dua tahun, namun terakhir hanya setahun.
Dari Jayapura, berangkat ke Ambon menjalani studi lagi dan sampai ditahbiskan menjadi daikon disana. “Semua itu karena Tuhan menyinari panggilan saya,” katanya.
Dari Ambon balik lagi di Keuskupan Agung Merauke selama setahun dan akhirnya di tanggal 20 Januari 2024, ditahbiskan menjadi imam bersama dua rekan lain oleh Uskup Agung Merauke, Mgr Petrus Canisius Mandagi, MSC.
Ketua Unio Projo, Pastor Emanuel Djogo, Pr dalam sambutan singkatnya meminta kepada semua umat agar mendoakan Pastor Wilfridus Fallo agar setia dalam panggilan hidupnya.
Sekretarus Daerah Merauke, Yeremias Paulus Ndiken juga meminta kepada semua orang terutama umat Katoloik terus mendoakan Pastor Wilfridus bersama dua imam lain yang baru ditahbiskan Uskup Mandagi beberapa waktu lalu.
“Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendoakan sekaligus memberikan dukungan kepada Wilfridus Fallo hingga ditahbiskan menjadi imam,” ujarnya.
Sudah Jadi Tradisi
Sementara itu, Ketua Panitia Misa Perdana Pastor Wilfridus Fallo, Kanisius Kauze mengatakan, sudah menjadi tradisi bagi keluarga besar Nekmese di Kabupaten Merauke ketika ada imam ditahbiskan, pasti ada syukuran bersama.
“Meskipun perayaan secara sederhana, namun dilakukan dengan penuh suka cita, atas panggilan anak kami Wilfridus menjadi seorang imam,” ungkapnya.
Sehingga, jelasnya, dibuatkan panitia kecil dan direncanakan syukuran yang berlangsung malam ini.
“Atas nama keluarga Nekmese, kami menyanmpaikan terimakasih kepada Bapak Romanus Mbaraka, Bupati Merauke (meskipun mala m inii tidak sempat hadir) dan diwakili Sekda Merauke, Bapak Yeremias Ndiken, namun beliau selalu memberikan dukungan penuh,” ungkapnya.
Yulianus Taena, Ketua Sub Tungku Nekmese dalam sambutannya menyamapikan banyak terimakasih kepada Uskup Agung Merauke, Mgr Petrus Canisius Mandagi, para pastor, suster, frater dan bruder yang telah memberikan dukungan sekaligus mendoakan, sehingga RD Wilfridus Falo telah ditahbiskan menjadi seorang imam.
“Malam ini kita berkumpul bersama sekaligus mengucap syukur atas rahmat tahbisan Pastor Wilfridus Fallo,” ungkapnya.
RD Wilfridus Fallo, demikian Taena, akan menjadi imam gembala untuk semua umat. “Kami memastikan bahwa Pastor Wilfridus tidak menjadi imam bagi Keluarga Nekmese,” ujarnya.
Olehnya kepada semua umat Katolik agar terus mendoakan Pastor Wilfrudus untuk selalu setia dalam panggilan hidupnya dan tak henti-hentinya memberikan pelayanan secata total kepada umat di kampung-kampung.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun