Merauke, Suryapapua.com– Setelah adanya kesepakatan sejumlah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Merauke bersama Kepala Distrik Semangga serta masyarakat untuk penutupan tempat usaha PT Harves Pulus Papua di Kampung Marga Mulya yang bergerak dalam bidang peternakan ayam petelur, mendapat tanggapan serius Tokoh Papua Selatan, Johanes Gluba Gebze.
Kepada sejumlah wartawan Selasa (15/2), John Gluba Gebze menegaskan, mestinya orang tak serta merta berkomentar, sebelum merujuk informasi pasti dan jelas dari pihak terkait.
“Kita bukan makhluk maha tahu untuk omong seakan paling benar. Semua kan harus diuji. Guna mendapatkan kejelasan, perlu komunikasi dengan pihak terkait, agar informasinya autentik. Dari situlah baru diupayahkan sebuah solusi bijaksana,” saran John Gluba.
Provinsi Papua Selatan (PPS), jelas John Gluba, sebentar lagi datang. Bicara otonomi itu tentang kemandirian. “Saya mau tanya, dalam hal apa kita sudah mandiri? Faktanya selama ini kita belum mandiri, salah satunya adalah telur ayam yang harus didatangkan dari Surabaya,” tegasnya.
“Kalau sudah ada pioner membuat kita mandiri dalam hal telur ayam, kenapa tidak dipelihara? Ingat PT Harvest adalah aset. Sehingga harus didukung semua orang,” pintanya.
Disinggung kesepakatan sejumlah SKPD untuk penutupan PT Harvest Pulus Papua, John Gluba mengatakan, ucapan boleh saja, tetapi merealisasikan, bukanlah gampang.
Kajian holistik perlu dilakukan, tak bisa satu SKPD yang selevel, bertindak seakan menjadi super bodi organisasi di lingkungan Pemkab Merauke, itu salah. “Mari kita alirkan kebijakan dari hati ke hati untuk bicara,” sarannya.
Ditegaskan lagi, siapapun hadir tidak untuk menghukum, tetapi memberi ruang agar bertumbuh serta berkembang. Itu yang paling penting.
Sebagai Tokoh Papua Selatan, ia meminta semua orang tak saling sikut-sikutan dan memojokan. “Mari untuk bicara, karena tanah yang digunakan PT Harvest untuk usaha peternakan ayam adalah milik marga saya Gebze,” ungkapnya.
Sebagai pemilik negeri, pihaknya telah memberikan ruang untuk segala kemajemukan usaha tumbuh serta berkembang. Namun kenapa kearifan besar orang Marind itu diusik dan dibatalkan?
“Kami mendapatkan tanah ini bukan dari kekuasaan. Tetapi kami mendapatkan melalui anugerah vertikal dari Tuhan Allah. Sehingga tak bisa ada yang membatalkan,” katanya.
Ditanya lagi apakah ada persaingan, John Gluba menegaskan, kenapa sehingga industri peternakan ayam petelur lain tak diusik? Hanya PT Harvest. Dari situ dapat ditarik garis merah. Kompetisi boleh saja, tetapi tak memanfaatkan pihak kekuasaan untuk menggusur orang lain.
Dikatakan, PT Harvest adalah aset yang tak boleh dibunuh. “Saya tahu sejarahnya dan tanah tersebut adalah milik marga Gebze. Kalau ada yang protes, sebaiknya tidak perlu,” katanya.
Ditambahkan, silahkan dinas terkait melakukan pengawasan terhadap usaha peternakan ayam petelur PT Harvest. Jika ada peningkatan 10.000 keatas, harus dibicarakan dengan baik dan instansi terkait memback-up, bukan menghukum.
John Gluba kembali mempertanyakan, disekitarnya ada beberapa usaha peternakan ayam petelur. Lalu kenapa sehingga hanya PT Harvest Pulus Papua dibidik, ada apa?
“Kan ada usaha eks pejabat disitu pula. Kenapa tak diusik? Apakah mereka sudah benar? Itu jadi pertanyaan. Jangan sampai ada pembisik masuk untuk menggusur yang lain,” kritiknya.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun