Asmat, Suryapapua.com– Kurang lebih 30 perahu tradisional atau perahu lesung yang berukuran 8-10 meter, akan tampil di atas perairan sungai Asewet, sekaligus melakukan atraksi (manuver) dalam rangka Festival budaya Asmat ke-35 tahun 2022.
Ketua Panitia Festival Budaya Asmat ke-35, Emerikus Sarkol saat ditemui Surya Papua di Agatz Minggu (9/10) menjelaskan, manuver perahu lesung, sekaligus mempertunjukkan hasil pembuatan, kekuatan dan keseimbangan perahu tradisional yang terbuat dari pohon ketapang hitam itu.
Puluhan perahu tradisional tersebut diantaranya ada komor, par dan amor yang tentunya telah dipersiapkan untuk pelaksanan vestifal budaya dan dipastikan kualitasnya bagus serta berukuran besar.
Sedangkan manuver dari pertunjukan perahu tradisional yang dilakukan, tidak lain memberikan pesan bahwa suku Asmat masih menghargai dan melestarikan perahu tradisional yang sudah diwariskan leluhur secara turun temurun hingga sekarang.
Dikatakan, perahu tradisional atau perahu lesung sangat dihargai suku Asmat dan proses pengerjaan atau pembuatan, tidak sembarang juga.
Sebelum pohon ditebang, jelasnya, dilakukan prosesi adat untuk mengusir roh dari pohon tersebut. Sekaligus meminta izin kepada leluhur suku Asmat agar pohon yang hendak ditebang sebagai bahan dasar pembuatan perahu, aman saat digunakan.
Lebih lanjut Sarkol menguraikan, membuat perahu adalah sebuah identitas suku Asmat. Kalau tidak dapat membangun perahu, berarti tak dapat membangun keluarga. Juga tak dapat mencari makan serta tidak punya kekuatan perang.
“Memang perahu lesung selain digunakan acara adat, juga mencari makan. Namun dilihat dari kondisi dan keperluan,” katanya.
Ditambahkan, setelah acara festival, perahu akan digunakan untuk pesta adat lain. Sedangkan perahu untuk mencari makan, umumnya berukuran lebih pendek sekitar 5 meter.
“Saya perlu sampaikan lagi bahwa pembuatan perahu lesung, hanya boleh dikerjakan laki-laki. Sedangkan perempuan bertugas menyiapkan makanan. Lama waktu pengerjaan kurang lebih satu minggu,” ujarnya.
Penulis:Yulianus Bwariat
Editor : Frans Kobun