Merauke, Suryapapua.com– Bupati Merauke, Romanus Mbaraka melakukan pertemuan bersama Lembaga Masyarakat Adat (LMA) serta sejumlah tokoh adat Marind.
Pertemuan yang berlangsung di salah satu rumah makan Jumat (15/7) itu, tidak lain membicarakan secara khusus tentang hadirnya Provinsi Papua Selatan, setelah disahkan DPR RI dalam rapat paripurna tanggal 30 Juni 2022 lalu.
“Saya ingin memberikan pencerahan berkaitan dengan Provinsi Papua Selatan. Karena kita sudah jadi provinsi dan ibukotanya di atas tanah Marind,” ungkap Bupati Mbaraka.
Pencerahan ini, lanjut Bupati Mbaraka, penting diberikan kepada LMA serta tokoh adat agar satu bahasa dalam melangkah. “Artinya bagaimana kita orang Marind di atas tanah ini,” ujarnya.
“Jadi harus berpikir secara bersama-sama. Sehingga hari ini melalui ade Burhanudin Zein, akademisi Unmus dan juga Intelektual Muda Marind, mengundang LMA bersama sejumlah tokoh adat agar membicarakan apa saja untuk kedepan, sebelum roda pemerintahan Provinsi Papua Selatan berjalan,” katanya.
Lalu, katanya, perlu dibahas pula kira-kira berapa orang Marind akan maju mencalonkan diri dalam bursa pemilihan gubernur nanti.
“Mau tidak mau, orang Marind harus jadi gubernur pertama dan tentu ini perlu komitmen bersama,” pintanya.
“Intinya komitmen, sekaligus dilihat bersama. Tetapi kita harus satu suara. Kalau suara pecah, berarti bukan orang Marind akan menjadi gubernur pertama di atas tanahnya sendiri,” ungkapnya.
Hal lain disampaikan Bupati Mbaraka yakni bagaimana berpikir menyelamatkan tanah orang Marind yang tersisa.
“Khusus di Kimaam, ada musyawarah adat dan saya bersama Antonius Kaize akan kesana. Ada satu pikiran disiapkan setelah saya belajar dari orang Aborigin di Australia,” katanya.
Mereka disana, jelasnya, tak menjual tanah. Jika ada yang membuka kios atau usaha lain lahannya disewa. Kalau membeli tanah untuk membangun rumah, tak diizinkan.
“Ya ingin pengalaman orang Aborigin, sekaligus saya sampaikan kepada orang Marind. Tanah tersisa baik dalam kota maupun pinggiran, sebaiknya tak dijual,” pintanya lagi.
Mengapa demikian, karena arus pembangunan provinsi yang akan masuk sangat besar. “Jangan sampai kita orang Marind berada dipinggiran, kita harus ditengah,” ujarnya.
Ditambahkan, saat ini di jalan raya Mandala tak ada orang Marind mempunyai rumah, hanya bangunan milik Daniel Walinaulik. Begitu juga di pinggiran jalan Brawijaya.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun