Merauke, Suryapapua.com– Penuh sesak. Begitulah gambaran suasana di Aula Vertenten-Cikombong, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.
Kurang lebih 800-an anak yang hampir semuanya adalah orang asli Papua (OAP) memenuhi ruangan besar tersebut mulai dari bagian belakang hingga depan.
Anak-anak Papua itu adalah mereka yang selama ini berada dibawah naungan Bevak PIntar-Merauke dan tersebar di sejumlah tempat mulai dari kota hingga pinggiran termasuk beberapa kampung di distrik.
Kehadiran mereka, tidak lain mengikuti Paskah bersama yang sudah menjadi agenda rutin setiap tahun dibawah ‘nahkoda’ Bruder Yohanes Kedang, MTB (Pendiri Bevak Pintar-Merauke).
Perayaan Paskah dipimpin RD John Kandam didampingi salah seorang pastor yang dihadiri juga Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Merauke, Ny. Nofa Gebze, para rohaniawan serta tamu-undangan lain.

Dalam sambutannya, Pendiri Bevak Pintar-Merauke, Bruder Yohanes Kedang, MTB mengungkapkan, Bevak Pintar hadir dan mulai berjalan pada akhir tahun 2017 silam hingga sekarang.
Kehadiran Bevak Pintar, demikian Bruder Johny, panggilan akrabnya, berangkat dari sebuah keprihatinan.
“Ketika saya menjalankan tugas pastoral-pelayanan, menemukan begitu banyak anak-anak asli Papua tidak bisa membaca, menulis, berhitung serta berdoa,” ungkapnya.
Berangkat dari itu, demikian Bruder Johny (biarawan asal Lamalera, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur tersebut) dihantar Tuhan hingga berjumpa seorang ibu yakni Elis Marurbongs.
“Lalu kami dua diskusi sekaligus mulai merintis Bevak Pintar. Secara perlahan dan pasti meski sejuta tantangan dihadapi, akhirnya berjalan dengan suatu tujuan,” katanya.
“Satu saja tujuan kami yakni agar anak-anak Papua bisa membaca, menulis dan berhitung. Karena kami menemukan di sekolah formal, belum dapat membaca dan menulis,” ujarnya.
Satu persatu dirintis hingga jumlahnya mencapai 17 Bevak Pintar yang tersebar dalam kota hingga sejumlah kampung, didampingi relawan masing-masing sekaligus sebagai pendidik-pengajar.
Belasan Bevak Pintar itu antara lain Bevak Pinta Santa Elisabeth (belakang Kios Biru), Bevak Pintar Pertiwi-Buti, Bevak Pintar Santo Antonius Sesate, Santa Theresia Kalkuta Pasar Mopah, Kristoforus Kampung Baru, Santa Lusia (Kampung Baru).

Lalu Bevak Pintar Bunda Hati Kudus Jati-Jati, St. Yohanes Bokem, Bevak Pintar Bunda Maria Fatimah Bomi Sai, Bunda Maria Wasur Kampung, Santo Antonius Yansen Sota.
Selain itu, Bevak Pintar Santo Fransiskus Tambat, Bevak Pintar Santa Klara Ugu, Santo Domonikus Sermayam, Bevak Pintar Santo Yohanes Jagebob, Santo Yohanes Jagebob 4 (Nalkin) serta Bevak Pintar St. Petrus dan Paulus Kumbe.
Semua Bevak pintar, demikian Bruder Johny, memiliki penanggungjawab dan relawan dari tahun 2018 sampai sekarang.
“Saya berterimakasih kepada para relawan karena mereka bekerja dengan hati. Tidak dibayar sepersen-pun,” ungkapnya.
“Kepada mereka saya mengatakan hanya membayar dengan doa. Puji Tuhan- awal Januari lalu, kami semua kumpul di tempat ini merefleksikan perjalanan 17 Bevak Pintar,” jelasnya.
Umumnya para relawan adalah ibu rumah tangga yang mempunyai hati mendidik serta mendampingi anak-anak untuk belajar membaca serta menulis-berdoa.
Puji Tuhan, dari Bevak Pintar, anak-anak di sekolah berprestasi-mengalami kemajuan sangat pesat. Ini merupakan suatu kebanggaan.

“Ya, semua karena hati dan niat tulus dari relawan ibu-ibu yang setia mendampingi anak-anak di masing-masing Bevak Pintar,” jelasnya.
Punya Mimpi Besar
Lebih lanjut Bruder Johny mengungkapkan, mereka memiliki mimpi besar menyelamatkan generasi anak-anak Papua kedepan lebih baik.
Jika mereka tak diselamatkan, nantinya pemerintah dan gereja akan selalu berhadapan dengan masalah sosial yang terjadi.
“Kami akan bekerja keras membangun asrama putra dan putri di kota. Tujuannya agar anak-anak Papua yang bernaung di Bevak Pintar di sejumlah kampung, ketika ke kota melanjutkan pendidikan bisa tinggal dan dipastikan memiliki masa depan jelas,” katanya.
Diakui kalau sejumlah anak aibon dalam kota, telah bergabung atau masuk di salah satu Bevak Pintar. Tentunya ini tidak lain membantu Pemkab Merauke mengurangi masalah sosial.
Dalam kesempatan itu, Bruder Johny selalu menekankan kepada para relawan agar tak mempersalahkan orangtua, karena mereka makan- minum juga tidak benar. Dimana harus ke hutan mencari, namun belum tentu mendapatkan.
“Kita harus punya hati menyelamatkan anak-anak Papua. Jangan hanya duduk dan bilang mereka nakal dan sering mencuri, tetapi tidak punya tindakan konkret,” kritiknya.
Tidak dapat dipungkiri kalau sekarang Merauke terus ‘digempur,” hutan dibabat habis, sehingga jalan satu-satunya adalah menyelamatkan anak-anak ini.
Bruder Johny meyakini-meskipun kelak meninggal, pasti akan muncul bruder baru yang lebih cerdas membangun Merauke.
Diakhir sambutannya, Bruder Johny menyampaikan banyak terimakasih kepada semua donator yang dengan kasihnya memberikan meskipun tak seberapa, tetapi sangat membantu bagi ratusan anak-anak Papua di belasan Bevak Pintar.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun