Merauke, Suryapapua.com– Inilah penjelasan sekaligus tanggapan resmi dari Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Merauke, Stefanus Kapasiang, setelah melihat foto dan membaca tulisan, terkait guru Sekolah Dasar Inpres (SDI) Kumbis, Distrik Kimaam, Fransiska Dosi yang duduk melantai mengenakan seragam pramuka, sambil melaksanakan tugasnya sebagai seorang pengajar.
“Jujur, saya sangat terharu melihat Fransiska Dosi yang memiliki hati sangat tulus dan mulia mendidik anak-anak Papua di Kampung Kumbis, meskipun disana sini banyak kekurangan mulai dari bangunan serta kursi-meja serta lain-lain,” ungkap Kapasiang saat ditemui Surya Papua diruang kerjanya Kamis (13/10).
Selain empati besar diberikan kepada guru asal Nusa Tenggara Timur (NTT) itu, juga pujian kepada Fransiska atas dedikasi dan loyalitas sebagai seorang pendidik.
Lebih lanjut Kapasiang menjelaskan, kondisi bangunan SDI Kumbis sudah tua dan harus dibangun baru. “Memang telah masuk dalam draft dinas yang akan diusulkan tahun 2023 untuk dibangun,” ujar dia.
Selain itu, jelasnya, fasilitas penunjang lain seperti kursi-meja dan lain-lain.
Diakui, selama kurang lebih dua tahun, kegiatan belajar mengajar (KBM) di SDI Kumbis tidak berjalan, karena covid-19, belum lagi guru-guru tak melaksanakan tugasnya.
Sehingga, jelas Kapasiang, keberadaan kursi-meja tidak diketahui kemana semuanya. “Saya tak ingin mempersoalkan keberadaan kursi-meja itu lagi. Tetapi dalam waktu tidak terlalu lama, akan dilakukan pengadaan baru,” tegasnya.
“Betul bahwa Ibu Fransiska Dosi, setelah mengikuti prajabatan, langsung pulang ke tempat tugasnya di SDI Kumbis. Begitu sampai disana, tak ada kursi dan meja. Meski begitu, ia tetap melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagaimana biasa. Dimana sambil melantai mengajari anak-anak,” katanya.
Diakui kalau semangat anak-anak untuk sekolah dan belajar sangat tinggi. Sehingga itu menjadi motivasi bagi Fransiska mengajar meski tak ada kursi-meja mapun lantai serta bangunan sekolah tak layak.
“Sekali lagi saya sampaikan bahwa sudah diakomodir dinas dan tahun depan dibangun sekolah tersebut, juga melengkapi semua perabot lain agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan,” ungkapnya.
Disinggung jika suami Fransiska yang berprofesi sebagai guru, hidup terpisah dan mengajar di Distrik Tubang. “Sesungguhnya tidak boleh terjadi. Bagaimanapun juga, suami-isteri harus di satu tempat,” tegasnya.
Terhadap persoalan dimaksud, Kapasiang akan menyampaikan secara langsung kepada Bupati Merauke, Romanus Mbaraka, sekaligus meminta keduanya mengajar di satu sekolah. Tidak boleh dipisahkan.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun
Sangat tidak etis ketika kita mendengar penetapan anggaran daerah khusus pendidikan yang bunyinya miliaran rupiah.🤦🏽
Pertanyaannya dikemanakan anggaran tersebut khusus pendidikan disisi lain ada anggaran APBN yang di khususkan bagi daerah 3T.🤦🏽