Waan, Suryapapua.com– “Memang masyarakat di enam kampung di Distrik Waan, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan memiliki sumur alam yang digali sendiri dengan kedalaman antara 4-5 meter. Itupun berada di bevak atau dusun-dusun dengan jarak tempuh 15 kilometer. Kini air dalam sumur tersebut, praktis menurun drastis. Ketika digali lagi, akan muncul lumpur.”
Demikian disampaikan Kepala Distrik Waan, Viktor Kabuya kepada Surya Papua di Kampung Wantarma beberapa hari lalu. Menurutnya, meski kondisi air berlumpur, namun mau tidak mau, suka tidak suka masyarakat menyaringnya kembali dengan kain mengeluarkan udang halus serta kotoran lain untuk dimasak kembali dijadikan air minum.
Lalu, demikian Viktor, kondisi airnya juga sudah berwarna kecoklatan atau kuning, meskipun telah direbus. “Mau bagaimana lagi, dengan terpaksa diminum. Karena tidak ada jalan lain untuk mendapatkan sumber air layak,” ungkapnya.
Dikatakan, krisis air bersih tersebut terjadi di semua kampung di wilayah Distrik Waan yakni Konorauw, Sabon, Tor, Kladar, Waan dan satu kampung lainnya. “Ya, itu karena musim kemarau berkepanjangan,” katanya.
Diakui beberapa tahun silam, Pemerintah Kabupaten Merauke membangun sumur bor. Hanya karena kondisi alam disertai kadar air tinggi, maka tak mampu bertahan. Sehingga ketika dilakukan pengeboran, muncul lumpur dari dalam, bukan air bersih.
“Saya sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Merauke agar dibuatkan embung dengan dilakukan penggalian sekaligus dilapisi tikar baja untuk menadah atau menyimpan air hujan agar bisa menjadi cadangan bagi masyarakat,” jelasnya.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun