Apolo Safanpo Bicara Panjang Lebar Kurikulum, Romanus Mbaraka Skakmat Beri Jawaban Menohok

Laporan Utama309 views

Merauke, Suryapapua.com-Sesi tanya jawab dalam debat Calon Gubernur Papua Selatan yang berlangsung Rabu (23/10/2024) malam menjadi sangat panas, menarik dan tentunya mendebarkan.

Kermpat Calon Gubernur Papua Selatan diantaranya Darius Gebze, Nikolaus Kondomo, Romanus Mbaraka dan Apolo Safanpo diberikan kesempatan saling bertanya tentang hal-hal penting yang tidak keluar dari materi yang dibacakan moderator.

Moment paling menarik dan menjadi perhatian adalah ketika Calon Gubernur Papua Selatan nomor urut 3 dan 4 saling bertanya dan menjawab, lantaran keduanya boleh dibilang rival politik yang paling ‘seksi.’

Dalam kesempatan tersebut, Apolo Safanpo yang berpasangan dengan Paskalis Imadawa (Cawagub-nya) menyampaikan empat kurikulum  yang berlaku dari 2004-2024.

Keempat kurikulum itu diantaranya kurikulum KBK atau kompetensi, kurikulum tngkat satuan pendidikan, kurikulum 13 serta kurikulum merdeka.

Pertanyaan Apolo, kira-kira kurikulum mana yang cocok diterapkan di Provinsi Ppaua Selatan?

Cagub Romanus Mbaraka pun menjawabnya dengan tegas dan lugas.

“Dasar perbedaan dari setiap kurikulum, sebenarnya tergantung pada sistem dan aplikasi, tapi pokonya adalah proses belajar mengajar itu jalan,” unglapnya.

Romanus membeberkan fakta ketika dua periode menjabat Bupati Merauke dengan kebijakan nyata diambil yakni  bagaimana guru diberikan uang tambahan di luar tunjangan serta gaji.

Khusus di pedalaman, diberikan sesuai klaster yakni Rp5 juta untuk setiap guru, lalu distrik Rp3.

Tujuannya jelas agar guru stay di tempat tugas dan proses belajar mengajar dapat berjalan baik.

“Terobosan lain saya lakukan  adalah membangun tower telkomsel di hampir semua kampung serta distrik. Maksudnya agar para  guru dapat telpon dari tempat tugas dengan keluarganya atau urusan dinas,” katanya.

Selain itu, kebijakan bagi guru yang pensiun di kampung atau kota, Pemerintah Kabupaten Merauke membangun rumah mereka, sebagai suatu bentuk penghargaan.

“Saya juga membuat terobosan mengirim 274 anak-anak  Papua  kelas IV sekolah ilmu eksakta di Surya Insitut,” jelasnya.

Penjelasan Romanus kembali disangga Apolo Safanpo. Bahwa apabila kurikulum yang isinya materi  serta metode pembelajaran, itu sangat menentukan kualitas dari lulusan.

Dengan demikian, kalau materi tak sesuai ilmu pengetahuan, teknologi dan perkembangan, maka apapun yang  diajarkan tak relevan dengan kebutuhan sekarang.

Lalu-lagi perdebatan kembali terjadi. Romanus Mbaraka-pun diberikan kesempatan menanggapi.

“Saya hanya bilang, mau kurikulum apa saja,tapi paling inti dan utama serta pokok adalah guru berada di tempat tugas sekaligus mengajar,” tegasnya.

“Saya berikan contoh riil dan nyata. Salah seorang guru (Bapak Stef Hanfatubun) berceritera, sekolahnya di Yaniruma rubuh dan  anak didik menggunakan gereja meskipun  bangunan sudah mulai miring untuk proses belajar mengajar sebagaimana biasa,” tegasnya.

“Olehnya saya mau katakan bahwa orang tak butuh kurikulum modern disitu, pentingnya adalah proses belajar mengajar dapat berjalan atau dilangsungkan sebagaimana biasa,” katanya.

Diakhir pernyataan-nya, Romanus menambahkan, jika rakyat di empat kabupaten (Merauke, Boven Digoel, Mappi serta Asmat) memilih dirinya bersama Albert Muyak menahkodai Provinsi Papua Selatan, mereka akan mengirim anak-anak asli Papua kuliah ke Israel.

“Saya punya jam terbang dan sudah saya lakukan ketika menjabat Bupati Merauke  dua periode dengan mengirim anak-anak Papua kuliah ke sejumlah negara seperti Rusia, Amerika dan Jerman,” ungkapnya.

Penulis : Frans Kobun

Editor   : Frans Kobun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *