KECERIAAN sore itu mewarnai suasana pertemuan arisan keluarga. Terciptalah komunikasi dua arah melalui senyuman di bibir, namun hanya berlangsung sejurus. Maklumlah, ada hal lain yang rupanya lebih menarik. Hampir setiap orang sibuk dengan handphone-(HP)-nya masing-masing. Dengan demikian, aktivitas bermain HP atau smartphone lebih dominan daripada saling komunikasi yang harus dibangun di antara para anggota.
Kuliah pagi itu seharusnya dimulai tepat pukul 08.00 WIT. Sebagian kecil mahasiswa telah menempati ruangan kelas yang tampak rapi. Komunikasi antar mahasiswa terjalin seadanya. Sebab, mereka lebih asyik bermain tiktok atau menonton film pendek melalui monitor smartphone masing-masing. Selanjutnya, aktivitas bermain smartphone itu bahkan tetap “membelenggu” mereka sehingga materi perkuliahan dosen ditangkap setengah-setengah.
Di rumah, aktivitas anak-anak pada umumnya didominasi oleh kegiatan bermain smartphone. Lalu, kapan mereka menyelesaikan PR yang diberikan guru dari sekolah? Dominasi bermain smartphone itu dapat mengurangi porsi waktu mereka untuk menciptakan komunikasi yang intens di dalam keluarga. Bahkan, hal itu melahirkan komunikasi yang semu.
Tiga contoh kasus di atas membuktikan bahwa smartphone telah menguasai manusia secara keseluruhan. Sebagai salah satu hasil kemajuan teknologi modern, ia tidak hanya berdampak positif, tetapi juga negatif. Bahkan smartphone berpotensi memperbudak manusia sebagai penggunanya. Namun, sering orang tidak menyadari ancaman smartphone terhadap dirinya sendiri.
Smartphone: Salah Satu Jenis Gadget
Pada umumnya gadget didefinisikan sebagai perangkat elektronik dengan model penggunaan yang praktis dan berfungsi khusus. Fungsi gadget, antara lain mempermudah pekerjaan, sebagai alat komunikasi, sebagai media hiburan, dan sebagainya.
Kata gadget (Inggris) berpadanan dengan kata ‘gawai’ (Indonesia), yaitu peranti elektronik atau mekanik dengan fungsi praktis (KBBI). Gadget (nomina) merujuk pada sebuah benda, bukan fungsinya. Gadget adalah benda yang berbentuk peranti elektronik atau mekanis yang memiliki fungsi praktis. Misalnya, untuk berkomunikasi, media sosial, mendengarkan musik, menyimak film, dan seterusnya.
Wikipedia Indonesia melihat gadget sama maknanya dengan gawai. Gawai adalah sebuah peranti yang bertujuan serta berfungsi praktis. Secara spesifik gawai dirancang lebih canggih dan praktis daripada perangkat teknologi lain yang telah diciptakan berkat akal budi manusia.
Smartphone adalah salah satu jenis gadget. Yang termasuk jenis-jenis gadget, misalnya HP atau smartphone, laptop, notebook, atau komputer. Selanjutnya, tablet adalah bentuk yang sedikit lebih besar daripada HP.
Lebih dari itu, ada iPad yang merupakan perpaduan antara tablet dan komupter. Yang juga termasuk jenis gadget adalah kamera digital, misalnya poket, kamera DSLR, dan kamera mirrorless. Untuk mendengarkan musik digunakan jenis gadget lain, yakni headphone atau headshet
Gadget memiliki jenis dan fungsi yang berbeda-beda. Jurnal Ponsel (https://www.jurnalponsel.com/pengertian-gadget/) menyebutkan beberapa fungsi gadget. Gadget, antara lain berfungsi (i) memperlancar komunikasi, (ii) mengakses informasi, (iii) menambah wawasan, (iv) sebagai media hiburan, dan (v) menunjukkan gaya hidup (bergengsi).
Fungsi gadget yang paling banyak dirasakan penggunanya adalah sebagai media komunikasi. Melalui gadget seseorang dapat berkomunikasi dengan pengguna gadget lainnya, dalam waktu yang singkat, meskipun tidak berada pada satu tempat yang sama.
Demi kepentingan berkomunikasi, manusia telah menciptakan alat komunikasi, seperti sinyal asap (200 SM), burung merpati (abad ke-12), telegraf (1944), telepon kabel (1950-an), telepon genggam atau ponsel atau handphone (1973). Sejalan dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, handphone berkembang pesat hingga saat ini, dan dikenal dengan smartphone.
Smartphone adalah ponsel yang memiliki kemampuan canggih dengan fungsi menyerupai komputer. Banyak pekerjaan dengan microsoft word, microsoft excel, atau microsoft powerpoint di komputer, kini dapat diselesaikan melalui smartphone. Dengan demikian, penyelesaian pekerjaan menjadi lebih mudah jika digunakan smartphone.
Selain berfungsi untuk melakukan dan menerima panggilan, smartphone juga berfungsi mengirim dan menerima pesan singkat atau short message service (SMS). Selanjutnya, smartphone berfungsi sebagai alat pembayaran, dan televisi online.
Kini, smartphone menjadi gadget multifungsi. Berkat perkembangan teknologi digital, smartphone juga dilengkapi berbagai pilihan fitur, misalnya dapat menangkap siaran radio dan televisi, sebagai perangkat lunak pemutar audio (MP3) dan video, kamera digital, game, bahkan layanan internet.
Smartphone Berpotensi Memperbudak Penggunanya
Kemajuan teknologi telah menghasilkan smartphone, sebagai salah satu jenis gadget, yang membawa dampak positif bagi kehidupan manusia. Selain komunikasi menjadi lebih mudah, smartphone digunakan untuk mengakses informasi secara cepat lewat media internet.
Selanjutnya, smartphone dapat digunakan dalam layanan pendidikan secara online, seperti pendaftaran, tes masuk, pembayaran, kartu rencana studi (KRS), perkuliahan, penyelesaian tugas akademik, diskusi, ujian, evaluasi pembelajaran, rapor, dan/atau kartu hasil studi (KHS).
Tentu saja dampak positif smartphone tidak dapat dimungkiri. Akan tetapi, penggunaan smartphone yang tidak mengenal batas waktu dan tempat, akan membawa dampak negatif, terutama dampak buruk bagi peserta didik.
Yeti Ari Kuswanti (https://www.gurusiana.id/read/yetiarikuswanti/ article/dampak/), mengemukakan beberapa dampak negatif penggunaan smartphone. Dampak negatif itu, antara lain menggangu perkembangan peserta didik. Canggihnya fitur-fitur yang tersedia di smartphone seperti kamera, game dapat mengganggu peserta didik dalam menerima pelajaran di sekolah.
Tidak jarang mereka diganggu dengan menerima panggilan atau SMS dari teman mereka, bahkan dari keluarga sendiri. Ada yang menggunakan smartphone untuk bermain game saat guru/dosen mengajar, bahkan untuk mencontek dalam ujian, dan sebagainya. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, generasi kita akan menjadi budak teknologi.
Dampak negatif lainnya adalah membuat kerja otak anak menjadi lambat. Hal ini dapat dibaca melalui penelitian mutakhir tentang dampak negatif smartphone, yang dilakukan oleh sejumlah peneliti dari Australia, Inggris, dan Belanda, yang dipublikasikan International Journal of Neuroscience. Penelitian ini melibatkan sekurang-kurangnya 300 orang. Mereka diteliti dalam jangka waktu cukup panjang (2,4 tahun).
Hasil kajian itu menyimpulkan bahwa penggunaan smartphone dapat memengaruhi fungsi kerja otak manusia (anak). Salah satu dampak negatifnya adalah melemahnya daya kerja otak. Dan melemahnya daya kerja otak itu dapat menurunkan prestasi belajar. Sebab, peserta didik lebih suka memanfaatkan smartphone daripada buku pelajaran yang diwajibkan sekolah.
Penggunaan smartphone juga berpotensi memengaruhi sikap dan perilaku peserta didik. Dengan kemampuan menyampaikan informasi yang cepat dan mudah, pornografi pun merajalela. Sebab, smartphone menjadi salah satu jenis gadget yang paling mudah untuk membuka internet. Jika tidak ada kontrol dari guru maupun orang tua, smartphone dapat digunakan untuk menyebarkan pelbagai gambar atau video yang mengandung unsur pornografi maupun tindak kekerasan dan kejahatan lainnya. Bukanlah hal-hal ini tidak layak dilihat oleh peserta didik?
Dalam penelitian yang berjudul Dampak Penggunaan Gadget terhadap Perkembangan Psikologi pada Anak Sekolah Dasar (Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 2019: 527-533), Setianingsih dan Sulianto menyimpulkan bahwa 10 anak di Kelas V, yang menggunakan gadget dengan durasi lebih dari dua jam perhari, mengalami perubahan perilaku. Penggunaan gadget berpengaruh terhadap perkembangan psikologi anak, terutama aspek pertumbuhan emosi dan perkembangan moral.
Dari aspek pertumbuhan emosional, anak yang menggunakan gadget menjadi mudah marah, suka membangkang, menirukan tingkah laku yang dilihatnya dalam gadget, dan berbicara sendiri dengan gadget. Dari aspek perkembangan moral, penggunaan gadget berdampak negatif terhadap kedisiplinan. Anak menjadi malas melakukan pekerjaan, meninggalkan kewajiban beribadah, dan berkurangnya waktu belajar karena sering bermain game dan menonton youtube.
Paparan tentang dampak negatif penggunaan smartphone mengantar kita pada sebuah kesimpulan logis. Kemajuan teknologi pada umumnya memberikan kontribusi yang besar dalam membangun peradaban manusia hingga saat ini. Akan tetapi, di balik kejayaan itu ternyata timbul persoalan-persoalan baru dalam bentuk krisis kemanusiaan. Misalnya, manusia mengeksploitasi alam tanpa memperhatikan ekologi dan kelestariannya. Selain itu, terjadi pula gejolak sosial akibat benturan budaya yang tak terkendalikan.
Kesuksesan manusia dalam menciptakan berbagai monster teknologi, telah menjadi bumerang bagi diri sendiri. Monster-monster itu seakan-akan berbalik menerkam si penciptanya sendiri, yaitu manusia. Senjata makan tuan!
Kemajuan teknologi telah menimbulkan keresahan dan ketakutan. Akibatnya lunturnya rasa solidaritas, kebersamaan, dan saling menjadi sesama. Penemuan televisi, komputer, dan smartphone telah mengakibatkan manusia dininabobokan oleh teknologi monitor. Bahkan monitor menjadi sahabat setia dan berhasil menciptakan sekat-sekat yang menghalangi komunikasi dalam keluarga.
Seluruh aktivitas manusia, sejak bangun pagi hingga sore, bahkan istirahat malam pun selalu ditemani smartphone. Mencuci pakaian sambil mendengarkan musik melalui smartphone. Menanam dan menyiram dilakukan bersama smartphone. Waktu makan ditemani smartphone. Menerima tamu sambil memainkan smartphone. Belanja di pasar tidak lupa membawa smartphone. Anak-anak sekolah belajar sambil bermain game lewat smartphone. Mahasiswa mengikuti kuliah di kampus sambil bermain tiktok melalui smartphone. Bahkan saat berdoa pun orang-orang beriman tidak rela melepaskan smartphone. Singkatnya, seluruh hidup manusia dijejali dengan aktivitas ber-smartphone.
Penggunaan smartphone yang tidak mengenali batas waktu, tempat, dan kesempatan ini dapat membuat manusia kecanduan, bahkan menjadi budak teknologi gadget. Lalu, bagaimana dengan nasib manusia pada masa yang akan datang?
Menjadi Pengguna yang Bijak
Sudah dikatakan bahwa penggunaan smartphone berdampak buruk terhadap manusia sebagai penggunanya. Penggunaan dengan durasi waktu yang panjang setiap hari dapat membuat peserta didik kecanduan dan berpotensi memperbudaknya. Dalam rangka mengatasi dampak negatif smartphone, orang tua atau guru harus mendampingi anak atau peserta didik untuk menjadi pengguna yang bijak dan cerdas.
Pengguna yang bijak dan cerdas akan selalu bertindak berdasarkan akal budi, yaitu menerapkan logika berpikir yang sehat. Untuk dapat menjadi pengguna yang bijak dan cerdas, seorang pendidik perlu menerapkan pendekatan teknologi humanis (humanisme), yaitu memanusiakan manusia.
Humanisme adalah cabang filsafat, yang berkomitmen demi terwujudnya manusia seutuhnya, yaitu meliputi semua perkembangan pribadinya, seperti cinta, kreativitas, makna, dan inovasi.
Peserta didik perlu menyadari bahwa smartphone bukanlah tujuan hidup manusia, melainkan sarana atau alat untuk mencapai tujuan. Meskipun sebagai sebuah teknologi baru yang canggih, smartphone tidak identik dengan kebenaran.
Kebenaran manusiawi haruslah lebih dari sekadar kenyataan objektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur-unsur lain, seperti keadilan, cinta kasih, dan tanggung jawab. Oleh karena itu, penggunaan smartphone dengan tujuan melakukan kecurangan, ketidakjujuran, atau mengambil dan menggunakan hasil karya orang lain tanpa seizin pemiliknya, adalah perbuatan yang tidak bertanggung jawab.
Perbuatan tersebut justru bertentangan dengan moral atau etika. Dengan kata lain, penggunaan smartphone dengan cara demikian, dapat mencemarkan martabat pribadi manusia.
Untuk menjadi pengguna yang bijak dan cerdas, berikut ini dikutip sepuluh tips praktis yang ditawarkan oleh Digital Awarness (dalam Kompas.com, 10 Oktober 2016).
Tips praktis tersebut dimodifikasi sebagai berikut. (1) Jangan menggunakan smartphone selama 90 menit sebelum tidur. (2) Nonaktifkan smartphone di malam hari. (3) Hindari paparan sinar biru dari smartphone yang dapat mengganggu tidur. (4) Cobalah hentikan kebiasaan atau keinginan memeriksa smartphone terus-menerus. (5) Jangan letakkan smartphone di tempat tidur atau di bawah bantal. (6) Mencatat berapa banyak waktu yang telah dihabiskan untuk menggunakan smartphone. (7) Cobalah detoks digital, yaitu gunakan beberapa hari tanpa mengecek smartphone. (8) Fokuskan pada rutinitas lain, misalnya membaca buku, menata taman, bercocok tanam, atau bermeditasi. (9) Pikirkan seberapa penting membuka smartphone sebelum tidur. (10) Setiap kali merasa penggunaan smartphone telah berdampak negatif, sadarlah dan lakukan tips pertama sampai kesembilan.
Penutup
Sebagai hasil teknologi canggih terbaru, smartphone telah mempermudah pekerjaan dan aktivitas manusia secara menyeluruh. Akan tetapi, tidak dapat dimungkiri bahwa kemajuan teknologi tersebut menimbulkan pula keresahan dan ketakutan. Bahkan smartphone dapat memperbudak penggunanya yang tidak bijak.
Dalam dunia pendidikan, ternyata smartphone dapat menunjang kegiatan belajar di rumah maupun di sekolah. Sebaliknya, jika smartphone lebih dipentingkan, fokus belajar akan terganggu. Dengan demikian, hasil belajarnya pun terus menurun.
Untuk mengatasi dampak negatif penggunaan smartphone, seseorang diharapkan menjadi pengguna yang bijak, dan cerdas. Berkat akal budinya, setiap orang hendaknya tidak memandang smartphone sebagai tujuan hidup, tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, peserta didik harus dapat mengurangi frekuensi penggunaan smartphone agar prestasi belajar terus meningkat.
Selain itu, perlu diperketat peraturan sekolah tentang penggunaan smartphone, khususnya di dalam kelas karena sangat berpengaruh terhadap perilaku seorang peserta didik. Dari pihak orang tua, diperlukan sikap yang tegas dalam mengawasi anaknya agar tidak terjerumus ke dalam perbudakan smartphone.
Memang, tidak dilarang menggunakan smartphone di mana pun, kapan pun, asal sesuai dengan tujuannya. Bukan smartphone yang mengendalikan pengguna, melainkan pengguna yang mengendalikannya, sesuai dengan kebutuhan. Sebab, the man behind the gun. Bukankah manusialah yang mengendalikan senjata?
Penulis: Agustinus Gereda
Alumnus STFK Ledalero, Flores, NTT (1986) dan UNHAS Makassar (2010). Kini dosen tetap di Universitas Musamus Merauke, dan membantu di STK St. Yakobus Merauke.