Merauke, Suryapapua.com– Mencuatnya pemberitaan suryapapua.com sehubungan dengan seorang guru di SDI Kumbis, Distrik Kimaam, Kabupaten Merauke, Fransiska Dosi melantai (mengenakan pakaian pramuka) sambil mengajari anak-anak lantaran tak ada fasilitas kursi-meja, menjadi viral dan mendapat perhatian serta tanggapan berbagai kalangan.
Persoalan dimaksud, diikuti dan dibaca juga salah seorang Intelektual Marind, Hendrikus Mahuze, hingga menggugahnya untuk bersuara ke publik.
Melalui ponselnya Kamis (13/10), Hendrikus Mahuze menegaskan, pemerintah wajib memberikan perhatian serius dalam bidang pendidikan terutama di kampung-kampung terjauh.
Untuk menghasilkan suatu pembangunan yang baik, demikian Hendrik, harus diawali pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang berkompoten.
Kabupaten Merauke, lanjut Hendrik, telah berusia 120 tahun, namun masih ada anak-anak Papua belum dapat tersentuh dan merasakan nikmatnya pendidikan secara layak.
“Kejadian seperti ini masih ada dan ini kita kembali lagi kepada kinerja pemerintah. Karena kalau kita lihat pendidikan dan kesehatan, itu urusan yang wajib diprogramkan dan dianggarkan,” tegasnya.
Hendrik yang dipastikan akan ‘fait’ kembali dalam pilkada 2024 mendatang meminta Pemkab Merauke dibawah kepemimpinan Romanus Mbaraka-H. Riduwan secara serius menmperhatikan sekolah-sekolah di daerah terpencil, tertinggal dan terisolir juga di perbatasan.
“Kita semua tahu bahwa anggaran pendidikan dan kesehatan sangat besar. Dimana untuk pendidikan 20% dan kesehatan 15%. Kalau sampai saat ini masih ada sekolah di kampung lokal dengan kondisinya seperti itu, ya sangat disayangkan,” ujarnya.
Pendidikan di kampung lokal seperti di Distrik Kimam, Waan, Ilwayab, Tabonji, Tubang, Ngguti, Kaptel, Okaba, Animha serta Muting harus menjadi perhatian dan atensi khusus pemerintah setempat.
Penulis : Yulianus Bwariat
Editor : Frans Kobun