‘Terimakasih Banyak TSE Group, Saya Dapat Beasiswa, Dikuliahkan dan Pulang Diberi Job Mandor’

TSE GROUP401 views

Selil, Suryapapua.com– Inilah pengakuan polos dan tulus disampaikan Efelince Benedikta T, setelah mengabdikan diri sebagai bagian dari karyawan PT BCA yang merupakan anak perusahan Tunas Sawa Erma (TSE) Group itu.

PT BCA, salah satu perusahan perkebunan kelapa sawit tersebut beralamat di Kampung Selil, Distrik Ulilin, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.

Kurang lebih satu jam, Suryapapua.com melakukan wawancara sekaligus menggali secara mendalam perjalanan Efelince, wanita  kelahiran Kampung Aiwat, Distrik Subur, Kabupaten Boven Digoel di salah satu ruangan pertemuan PT BCA pekan lalu.

Bicaranya sangat terarah serta teratur ketika sesi wawancara  berlangsung. Perjalanan hidupnya, selepas menyelesaikan studi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)  Boven Digoel jurusan pertanian tahun 2017 silam, diceriterakan semuanya.

Setelah tamat, lanjut anak ketiga dari tujuh bersaudara itu, hendak melanjutkan kuliah. Hanya saja, ekonomi keluarga tidak mendukung. Apalagi bapaknya sudah meninggal dan hanya tinggal mama seorang diri. Sehingga ia  memutuskan pulang kampung.

“Saat di kampung, saya mendapat informasi ada kursus computer tiga bulan di Asiki. Lalu saya pun mendaftar serta kursus  hingga selesai sekaligus mendapatkan sertifikat,” ujarnya.

Seiring perjalanan waktu, dirinya mendapat informasi  kalau Personalia TSE Group sedang mencari pekerja orang Papua yang sudah lulus atau tamat SMA/SMK.

“Saya pun mengurus berkas dan pada akhirnya bekerja di admin bengkel PT BCA,” katanya.

Selama tiga bulan bekerja di admin bengkel, didapatkan kabar penerimaan dari Badan Pengelola Perkebunan Kelapa Sawit- bekerjasama  dengan TSE Group untuk kuliah keluar daerah.

Efelince sedang foto bersama salah seorang rekannya yang juga mendapat beasiswa di depan Kantor PT BCA – Surya Papua/Frans Kobun

Efelince sedang foto bersama salah seorang rekannya yang juga mendapat beasiswa di depan Kantor PT BCA – Surya Papua/Frans Kobun

“Memang saat itu, katanya khusus anak dusun. Namun saya coba ikut dengan mengurus berkas, lalu kembali ke kampung meminta persetujuan orangtua serta kepala kampung. Setelah berkas lengkap, saya  memasukan di perusahan. Lalu  datang dosen dari Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta menguji kami di Kantor TSE Group,” ungkapnya.

Saat itu, menurut dia,  ada empat teman ikut testing termasuk dirinya dalam bentuk wawancara serta tertulis.

Usai menjalani beberapa tahapan,  dirinya kembali bekerja di admin bengkel PT BCA sebagaimana biasa. Kurang lebih dua bulan lamanya menunggu pengumuman.

“Setelah ditelpon dan dikabari lulus sekaligus mendapatkan beasiswa kuliah Diploma I (D1). Awalnya saya  hendak  kuliah di Instiper, namun berubah. Saya kuliah di Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi-Bekasi,” jelasnya.

Diakui dari empat ikut testing, tiga dinyatakan lulus, sedangkan satu tidak. “Saya bersama seorang teman perempuan, kuliah di Politeknik. Sedangkan rekan satunya (laki-laki) di Instiper,” jelasnya.

Setelah dinyatakan lulus, tahun 2018 mereka berangkat kuliah. “Tiba disana tidak langsung kuliah, tetapi seminggu mengikuti pelatihan dasar terlebih dahulu mulai dari  pengaturan jadwal bangun pagi, berdoa hingga makan dan lain-lain,” katanya.

Selama kuliah, mereka tinggal di rumah sewa yang telah disiapkan. Meski demikian, semua mengikuti aturan. Bahkan sampai keluar-pun harus menyampaikan tempat tujuan, keperluan hingga batas waktu diberikan.

“Memang proses perkuliahan berjalan normal sebagaimana biasa dengan teori serta praktek,” ungkapnya.

Saat praktek lapangan, diakuinya, semua pohon kelapa sawit sudah tinggi dan telah memproduksi.

“Jadi, kami hanya melakukan pembersihan piringan, jalur panen dan lain-lain,” jelasnya sambil menambahkan, jumlah angkatan atau temannya yang kuliah sebanyak 100 orang dari 17 provinsi.

Praktek, lanjutnya, tidak hanya di tempat yang disiapkan perguruan tinggi. Tetapi  diberangkatkan ke Kalimantan Tengah. Disana tidak hanya di latih di lapangan, tetapi diberikan pelatihan kepemimpinan seperti menjadi mandor, mengurus administrasi dan lain-lain.

Selain itu, pembukaan lahan, persiapan bibit, penanaman sampai pabrik  hingga pengolahan kelapa sawit. “Kami praktek itu  di Citra Borneo Indah (CBI),” ujarnya.

Tiga bulan di Kalimantan disiapkan mes. “Kami juga tidak hanya praktek, tetapi ikut dipekerjakan dan diupah setiap hari Rp50.000. Jadi kalau akhir bulan karyawan terima gaji, kamipun mendapatkan upah dari hitungan tersebut,” katanya.

Efelince  mengaku, selama tiga bulan di Kalimantan, iapun menjadi sangat betah. Karena suasana kerja hingga banyak teman curhat.

“Saya sempat membuat lamaran kerja dan diterima. Hanya saja, karena kami mendapatkan beasiswa, sehingga harus pulang mengabdikan diri di TSE Group,” tandasnya.

Diakui selama setahun, perguruan tinggi tempat kuliah, tidak mengizinkan pulang kampung. Harus sampai selesai hingga wisuda terlebih dahulu.

“Jujur bahwa selama setahun kuliah, semua kebutuhan kami terpenuhi. Bahkan dibuatkan ATM dan tiap bulan mendapatkan transferan dana. Itu untuk kebutuhan sehari-hari. Sedangkan biaya kuliah serta rumah sewa, diselesaikan Badan Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit-kerjasama dengan TSE Group,” ungkapnya.

Tepat di tahun 2019 silam, iapun bersama rekan-rekan lain diwisuda. Setelah itu kembali ke kampung halaman dan mengabdikan diri di PT BCA sebagaimana biasa.

Saat tiba, dtempatkan pertama  di budidaya perkebunan kelapa sawit. Beberapa saat kemudian, pihak perusahan memberikan job atau tempat sebagai mandor untuk semua kegiatan.

“Saya merencanakan kerja sekaligus memberikan arahan kepada karyawan di bawah untuk kegiatan di masing-masing blok,” katanya.

“Konkretnya, saya memonitor kegiatan perawatan yang didalamnya mencakup penyemprotan, pemupukan, babat gulma dan lain-lain,” ungkapnya.

Ditanya bagaimana tanggapannya ketika diberikan tugas serta tanggungjawab sebagai mandor, Efelince mengatakan, sangat senang serta bangga. Sekaligus sebagai motivasi  agar lebih semangat dalam menjalankan tupoksi yang diberikan.

“Ya, sudah tiga tahun, saya menjadi mandor di PT BCA. Banyak tantangan, lantaran menghadapi orang dengan karakter berbeda. Ketika ada persoalan serius dan tak bisa diselesaikan, dikonsultasikan ke pimpinan divisi hingga humas agar dicarikan jalan keluarnya,” ujar dia.

Dalam kesempatan tersebut, Efelince menyampaikan banyak terimakasih kepada TSE Group yang telah memberikjan kesempatan kepada mereka  sebagai orang asli Papua (OAP) kuliah keluar dengan segala fasilitas disiapkan, bahkan pulang mengabdikan diri di perusahan.

“Jujur bahwa bukan hanya ilmu selama kuliah saya dapatkan, tetapi banyak hal positif dipetik selama setahun di kampus maupun tempat praktek di Kalimantan,” ungkapnya.

Diakhir sesi wawancara, iapun menyampaikan akan terus berusaha dan apabila Tuhan menghendaki, setelah dari mandor, bisa naik posisi di atas lagi yakni pimpinan divisi.

Penulis : Frans Kobun

Editor   : Frans Kobun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *