Soal Dampak Lingkungan Terhadap Perkebunan Tebu, Bahlil Lahadalia: ‘Saya Mau Tanya, Mana ada Hutan di Tengah Merauke’

Laporan Utama439 views

Merauke, Suryapapua.com– Menanggapi pertanyaan  sejumlah wartawan sehubungan  dampak lingkungan yang bakal terjadi dari hadirnya perkebunan tebu di Kampung Sermayam, Distrik Tanah Miring, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan,  Menteri Investasi-Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia angkat bicara.

“Saya mau tanyakan, mana ada hutan di tengah-tengah Merauke ini? Yang ada kan kayu putih, lekaliptus serta rawa-rawa. Justru dengan perkebunan tebu, akan membuat drainase bagus lingkungannya,” ungkap Menteri Bahlil kepada sejumlah wartawan Jumat (17/05/2024)  di dalam area perkebunan tebu yang dibuka PT Global Papua Abadi.

“Terkecuali disini masih terdapat kayu merbau maupun kayu-kayu besar lain, kan tidak ada. Jadi tak ada masalah kok ketika perkebunan tebu akan dibuka investor di Kabupaten Merauke,” jelasnya.

Namun demikian, jelasnya, wilayah-wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan burung maupun air, tidak dijadikan sebagai bagian dari perkebunan  tebu oleh investor nanti.

Sehubungan kajian sosial ekologis, jelasnya, tentu tetap jalan sebagaimana biasa. Namun perlu dingat dan dicatat bahwa tebu ini sudah ada sejak tahun 1920 silam.

Kajian  terus dilalukan, lalu setelah adanya pemaparan salah seorang peneliti dari Australia  yang diberikan tanggungjawab perusahan mengaku, tanah disini sangat cocok, hampir sama dengan di Australia.

Hanya saja pengendapan air terlalu tinggi dan membutuhkan sistem drainase yang harus bagus. Juga mencari bibit apa yang cocok untuk Merauke. Sekalipun tanahnya bagus, namun bibit tak cocok, itu susah.

Menteri Bahlil mencontohkan, kalau produktivitas gula di Australia untuk  satu hektar bisa mendapatkan 200 ton gula. Sementara di  Jawa, antara  65-75 ton per hektar. “Nah kita inginkan agar di Merauke rata-rata 100 ton per hektar,” katanya.

Sehubungan dengan penerapan tenaga kerja lokal, demikian Menteri Bahlil, itu wajib dan harus dieksekusi.

Jadi ada tiga hal  penting yang harus dilakukan investor yakni hak rakyat tak boleh diabaikan, sistem plasma inti dan pengusaha lokal dilibatkan.

Khusus pegusaha di Merauke, harus siap dari sekarang. “Tapi saya ingatkan  bekerja dan bersaing. Jangan kerjanya tidak benar, itu sama dengan kasi bangkrut perusahan,” ujarnya.

Penulis : Frans Kobun

Editor   : Frans Kobun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *