Merauke, Suryapapua.com– Rumah Sakit Bunda Pengharapan (RSBP) Merauke yang beralamat di Jalan Tujuh Wali-Wali, Kelurahan Kamundu, Distrik Merauke melakukan sosialisasi pelayanan kesehatan yang berlangsung di aula rumah sakit itu Rabu (19/10).
Pelaksanaan sosialisasi dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke, dr. Nevil Muskita, sejumlah kepala distrik dan komponen terkait lain, termasuk Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Marind-Imbuti, Alexander Basik-Basik.
Ketua Yayasan Santa Maria Lourdes Larantuka Perwakilan Merauke, Sr. Maria Clara, PRR dalam sambutannya mengatakan, rumah sakit ini didirikan 3 Pebruari 2001, tepatnya di Kelurahan Kelapa Lima.
Saat itu, lanjut Suster Maria, daerah sekitar agak menakutkan banyak orang. Namun lama-kelamaan menjadi daerah aman dan memberikan suatu kedamaian.
“Dalam perjalanan, tepatnya tanggal 27 Mei, kami harus pindah ke tempat baru dengan alamat di seputaran Tujuh Wali-Wali. Karena niat kami, rumah sakit ini harus dikembangkan sekaligus memberikan pelayanan baik kepada masyarakat,” ungkapnya.
Melalui sosialisasi ini, sekaligus semua yang hadir dapat memberikan masukan-usul dan saran guna pengembangan rumah sakit ke depan lebih baik.
“Bukan sesuatu yang ingin kami banggakan, tetapi pelayanan paling utama dan baik agar dapat dirasakan masyarakat, itulah cita-cita kami kedepan,” katanya.
Sementara Direktur RS Bunda Pengharapan Merauke, Sr. dr. Maria Bertha, PRR saat melakukan sosialisasi mengungkapkan, keberadaan rumah sakit ini harus diketahui masyarakat luas, juga pemerintah serta semua stakeholder lain dalam memberikan pelayanan.
“Jadi kami melaksanakan sosialisasi, sekaligus mendapatkan masukan dari semua pihak untuk bagaimana memajukan pelayanan kedepan lebih baik,” jelasnya.
Untuk diketahui, RS Bunda Pengharapan Merauke adalah milik Biara Kongregasi Putri Reinha Rosari (PRR) dari Larantuka, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur (NTT). Sedangkan sebagai penyelenggara adalah Yayasan Santa Maria Lourdes Larantuka.
Lebih lanjut Suster Bertha mengungkapkan, RS Bunda Pengharapan adalah rumah sakit type B dengan luas lahan 15.000 meter/segi dan luas bangunan 6.180 meter/segi.
Kehadiran RS Bunda Pengharapan, demikian Suster Bertha, menindaklanjuti apa yang disampaikan Uskup Agung Merauke, Mgr. Jacobus Duivenvoorde, MSC (saat itu) melalui undangan kepada biara-biara agar datang disini mengembangkan pelayanan kesehatan.
“Ketika itu, yang menjawab adalah kami dari Kongregasi PRR. Meski dengan berbagai tingkat kesulitan, dua biarawati yakni Sr. Clara dan Sr. Marieta berangkat dari ‘Kota Reinha’ Larantuka tepatnya tanggal 8 Oktober 2000 untuk menjalankan misi dimaksud,” katanya.
Kurang lebih setahun, berbagai persiapan dilakukan dua suster, termasuk dukungan pemerintah serta berbagai pihak lain. Lalu tepat tanggal 3 Pebruari 2001, resmi dibuka, tapi dimulai dari klinik dengan hanya dua sampai tiga ruangan disiapkan untuk melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Setahun kemudian, dari klinik berubah menjadi rumah sakit hingga sekarang. Awalnya rumah sakit tersebut berkedudukan di Kelapa Lima. Hanya saja, kepemilikan tanah adalah Keuskupan Agung Merauke, sehingga harus merelokasi pindah ke sekitar Tujuh-Wali-Wali.
Meski telah memiliki bangunan serta fasilitas dan tenaga medis, namun perjalanan RS Bunda Pengharapan belum banyak dikenal dan diketahui masyarakat. Karena letak serta transportasi ketika itu juga agak susah. Bahkan sampai para dopkter malas kesini.
“Sepi pasien dan rasanya tak ada harapan. Namun Tuhan itu sangat baik,” ujarnya.
Saat pandemi covid-19, SK Bupati Merauke keluar sekaligus menempatkan rumah sakit ini sebagai rumah sakit non covid. Sehingga mulai menerima pasien-pasien umum.
Dari Maret-September 2021, terjadi peningkatan pelayanan di RS Bunda Pengharapan, sumber daya manusia (SDM) meningkat, juga sarana dan prasarana bertambah.
“Memang banyak complain dan ketidakpuasan pasien dan keluarganya, namun kami terus membenahi perlahan dari waktu ke waktu. Hasilnya pun sampai sekarang, jumlah pasien yang rawat inap, jalan maupun di poli-poli terus mengalami peningkatan,” katanya.
Sedangkan visi-misi dari rumah sakit, kedepan managemen mempunyai kerinduan agar RS Bunda Pengharapan menjadi rumah sakit pilihan utama bagi semua kalangan tanpa membeda- bedakan. Artinya rumah sakit ini bisa menjadi nyaman bagi orang yang berobat maupun dirawat.
Semua mimpi bisa terwujud apabila pelayanan kesehatan diberikan berkualitas dalam bidang SDM, fasilitas maupun sarana serta sarana terpenuhi. Juga mimpi pelayanan cepat.
“Betul banyak orang complain karena keterlambatan menjawab kebutuhan. Olehnya, perlu dibutuhkan pelayanan cepat, tepat dan tepat. Itu terus kami benahi dari waktu ke waktu,” katanya.
Selain pelayanan tepat dan cepat, dibarengi juga semangat cinta kasih. Juga menciptakan rumah sakit aman dan nyaman agar pasien betah. “Kami mengusung motto, Kasih Yang Menyembuhkan.”
Sedangkan pelayanan di RS Bunda Pengharapan yakni di UGD 1×24 jam, ruangan rawat inap, jalan, poli anak, bedah, penyakit dalam, saraf, imunisasi dan juga ruangan ortopedi.
Ada juga pelayanan mata. Dimana RS Bunda Pengharapan melakukan MoU (kerjasama;red) dengan RS Dian Harapan serta Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) untuk setiap empat bulan sekali, adanya pelayanan mata dilakukan kepada masyarakat.
“Oleh karena di Merauke belum ada dokter mata, sehingga rumah sakit menangkap ini sebagai unggulan dalam pelayanan,” ujarnya.
Sedangkan tenaga medis, selain perawat dan bidan, juga terdapat 12 dokter umum dan dua dokter spesialis penyakit dalam. Ada juga dokter pendukung spesialis lain dari di RSUD Merauke yang bermitra dengan RS Bunda Pengharapan untuk melayani pasien.
Ditambahkan, pada tahun 2020 silam, jumlah pasien rawat jalan dan inap mencapai 19.038 orang. Tahun 2021 meningkat menjadi 19.534 orang. Sedangkan yang kunjung di poli 2020, 10.000 orang dan 2021 sedikit mengalami penurunan 7.455 orang lantaran RSUD mulai pelayanan di poli juga.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun