Jagebob, Suryapapua.com– “Pernyataan saya soal guru ‘buta’ dalam debat yang berlangsung di Swiss belhotel beberapa waktu lalu, telah dipelintir lawan sebelah hanya demi kepentingan politik semata.”
Penegasan itu disampaikan Calon Gubernur Papua Selatan, Romanus Mbaraka didampingi wakilnya, Albertus Muyak saat silaturahmi bersama ratusan masyarakat di Kampung Angger Permegi Distrik Jagebob Rabu (30/10/2024).
Romanus menegaskan, dalam debat tersebut, dirinya ingin menjelaskan lebih lanjut kata guru ‘buta’ yang diucapkan, namun waktunya habis, sehingga tak dapat diuraikan lebih lanjut.
“Saya perlu sampaikan dihadapan ratusan masyarakat saat ini bahwa yang saya maksudnya guru ‘buta’ adalah orangtua perintis yang datang dari daerah lain masuk ke pedalaman empat kabupaten (Merauke, Boven Digoel, Mappi serta Asmat) tanpa membawa yang namanya kurikulum modern,” tegasnya.
“Memang saat itu, kita semua masih ‘buta’ dalam konteks belum mengetahui baca tulis maupun berhitung,” ujarnya.
Jadi, orang dari luar dengan hati tulus dan tanpa kurikulum modern mengajari orang asli Papua (OAP).
Para guru perintis, menurutnya, dengan mengandalkan peralatan seadanya seperti mematahkan lidi sekaligus mengajari orang Papua tentang cara berhitung termasuk penambahan maupun pengurangan.
“Lalu juga tulisan di batu Ini Budi untuk melatih anak Papua bisa mengenal huruf serta dapat membaca,” jelasnya.
“Itu sesungguhnya yang saya maksudnya terkait guru ‘buta’ sebagaimana saya sampaikan dalam debat,” ungkapnya.
“Ya, kata guru ‘buta’ dipotong lantaran kepentingan politik, lalu seakan-akan betul ucapan dimaksud–ya ampun. Ingat, para guru perintis telah memperhatikan kita hingga bisa belajar dan berhitung dan menjadi pejabat. Masa mau dicap mereka seperti begitu.Tidaklah demikian,” tegasnya.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun