PARTAI Nasional Demokrat (NasDem) menjadi fokus perhatian dalam menghadapi pemilu legislative (pileg) serta pemilu presiden (Pilpres) 2024. Ini karena Partai NasDem berani mengambil langkah lebih dahulu menetapkan pengusungannya kepada tokoh cendekiawan, politisi dan birokrat, Anies Rasyid Baswedan sebagai Calon Presiden RI.
Dengan demikian, secara Nasional Partai NasDem kemudian menjadi perhatian, menarik dan seksi untuk dibahas.
Khusus di DOB Papua Selatan, Partai NasDem muncul dengan kepemimpinan pengurus propinsi adalah Drs.Romanus Mbaraka,M.T, yang adalah Bupati Merauke periode 2011-2016 dan 2021-2025.
Nah, Kepemimpinan Drs.Romanus Mbaraka, MT pada Pengurus Wilayah Partai NasDem ini, tentunya dapat dipastikan akan melaju, berlanjut pada pencalonannya sebagai Gubernur Propinsi Papua Selatan di Bulan Nopember 2024.
Kalau kita lihat saat ini, ada pimpinan partai pada tingkat propinsi/wilayah yang OAP, selain Bapak Romanus Mbaraka pada Partai Nasdem, ada Bapak Yusak Yaluwo pada Partai Golkar, ada juga Bapa Edo Kaize pada Partai PDIIP dan lainnya.
Menurut saya, keinginan para pimpinan partai tingkat propinsi ini untuk maju sebagai Calon Gubernur Papua Selatan adalah sah – sah saja.
Tentunya untuk mewujudkan keinginan ini, mereka akan bertarung habis-habisan di Pileg khususnya merebut kursi DPR Papua Selatan dengan target pengusungan.
Untuk itu saya sangat antusias dengan sosok-sosok caleg yang diusung baik oleh Nasdem, Golkar dan PDIP.
Berdasarkan optik Hukum Tata Negara, saya berharap calon-calon Gubernur PPS nanti, harus memiliki basis kekuatan yang maksimal di DPR Propinsi dengan peroleh kursi maksimal, agar sikap, pikiran dan keputusan DPR Propinsi selalu bersinergi dengan Gubernur.
Sehingga tidak ada cara lain, bila kita ingin Bapa Romanus jadi Gubernur Provinsi Papua Selatan, ayo caleg bekerja sekuat tenaga menangkan partainya. Begitupun kalau menginginkan Bapak Yusak jadi Gebernur, begitu juga bila menginginkan Bapak Edo Kaize menjadi Gubernur.
Analisanya, bila gubernur terpilih dari basis kekuatan kursi legislatif yang kuat ( bisa juga koalisi) pasti akan lebih solid, harmonis dan waktu lima tahun akan benar benar digunakan secara maksimal untuk membangun, bukan dihabiskan oleh ketegangan politik kepentingan.
Saya berharap, sosok calon gubernur nanti akan benar paham tentang DOB , paham karakter wilayahnya, karakter manusianya dan karakter masalahnya sehingga mampu mendiagnosa untuk menemukan solusi yang tepat.
Sosok calon gubernur nanti, wajib memiliki karakter kepemimpinan yang kuat, miliki kemampuan birokrasi yang paham perencanaan dan proram, paham perencanaan serta pembiayaan.
Saran saya jangan kita cari sosok yang baru mau belajar memimpin organisasi birokrasi, baru mau belajar perencanaan, penyusunan program dan pembiayaan.
Yang paling penting dan utama bagi saya adalah calon gubernur nantinya adalah sosok yang mampu merangkul masyarakat OAP dari suku asli di Wilayah Papua Selatan di 4 Kabupaten dan masyarakat se Nusantara yang mencari berkah hidup di wilayah selatan Papua.
Ayo diskusi saudara basudara. Ini bukan hal tabuh untuk dibicarakan, karena cepat maupun lambat, kita akan sampai pada Februari 2024 dan Juni 2024. Bahkan ada wacana Pilkada gub/bupati/walikora akan di majukan di September 2024.
Penulis
Burhanuddin Zein
Dosen HTN Senior Universitas Negeri Musamus