KETIKA malaekat Gabriel membawa kabar gembira kepada Maria, ia menyampaikan juga kepada Maria peristiwa ilahi perkandungan Elisabeth.
Malaikat Gabriel mengatakan bahwa Elisabeth sedang mengandung seorang anak laki-laki pada usia tuanya.
Bayi laki-laki itu adalah Yohanes Pemandi yang akan menjadi perintis jalan bagi Yesus, Juru Selamat yang dijanjikan oleh Allah.
Maria segera bergegas ke pegunungan Yudea, ke kota Karem, tempat tinggal Elisabeth dan Zakarias.
Maria berangkat kesana untuk melayani Elisabeth. Sebagaimana kata Injil,pertemuan itu merupakan suatu peristiwa kegembiraan baik bagi Elisabeth maupun anak yang dikandungnya.
“Siapakah aku ini sampai Ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan” (Luk 1:43-44)
Dalam perikop di atas; Bunda Maria mengunjungi Elisabet saudaranya. Ia juga sekaligus membawa Tuhan Yesus sehingga ketika Maria mendengar salam dari Elizabet melonjaklah Yesus dari Rahim Maria, sehingga Elizabet penuh dengan Roh dan demikian pula ketika Elizabet mendengar salam dari Maria melonjaklah pula Santo Yohanes Pembaptis karena kegirangan.
Dari kunjungan ini Kita bisa melihat, Kristus mau mengunjungi kita umat-Nya meskipun kita berdosa, tapi kunjungan ini tidak lepas dari usaha Bunda Maria pula, banyak orang datang dan semakin dekat kepada Tuhan Yesus.
Kita hendaknya sebagai Umat Katolik hendaknya mengambil bagian dalam karya berani mewartakan Injil Kristus melalui kesaksian-kesaksian Iman dan perbuatan-perbuatan kasih kepada sesama dan sekaligus juga kita juga harus melihat sesama kita yang kekurangan dan membantunya.
Sebagai seorang guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar, kisah Maria mengunjungi Elisabet (Lukas 1:39-56) bukan sekadar cerita Alkitab biasa, melainkan sebuah peristiwa yang sarat dengan nilai-nilai iman, kasih dan pelayanan yang relevan untuk diajarkan kepada anak-anak.
Berikut adalah pandangan mendetail tentang makna kunjungan ini beserta penerapannya dalam pendidikan iman Katolik di tingkat dasar.
Konteks Kisah Maria dan Elisabet
Peristiwa ini terjadi setelah Maria menerima kabar dari Malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung Yesus melalui kuasa Roh Kudus (Lukas 1:26-38).
Maria kemudian pergi ke pegunungan Yudea untuk menemui Elisabet, saudaranya yang juga mengandung Yohanes Pembaptis secara ajaib di usia tua.
Ketika Maria tiba, Elisabet yang dipenuhi Roh Kudus berseru:
“Diberkatilah engkau di antara semua perempuan, dan diberkatilah buah kandunganmu!” (Lukas 1:42).
Maria pun menanggapi dengan Magnificat (Nyanyian Pujian Maria), sebuah kidung syukur yang menggambarkan kerendahan hati dan imannya yang besar kepada Allah.
Makna Spiritual Kunjungan Maria ke Elisabet
Solidaritas dan Kasih Sesama
Maria tidak hanya memikirkan dirinya sendiri setelah mengetahui kabar besar dari malaikat.
Ia segera pergi membantu Elisabet, yang mungkin membutuhkan dukungan karena kehamilannya di usia lanjut. Ini mengajarkan kita tentang:
*..Pelayanan tanpa pamrih – Maria tidak menunggu diminta, tetapi dengan tulus datang membantu.
*.Kepedulian terhadap keluarga – Meskipun sibuk dengan keadaannya sendiri, Maria tetap memprioritaskan orang lain.
(Pesan untuk anak-anak: “Tuhan senang ketika kita saling menolong seperti Maria.”)
Sukacita dalam Tuhan
Elisabet dan Maria sama-sama mengalami keajaiban Allah. Ketika mereka bertemu, sukacita mereka meluap sehingga bayi Yohanes “melonjak” dalam kandungan Elisabet (Lukas 1:44). Ini menunjukkan bahwa:
-.Iman membawa kebahagiaan sejati – Bukan karena harta atau kekuatan, tetapi karena kehadiran Tuhan.
-.Persekutuan yang penuh sukacita – Ketika orang beriman berkumpul, Roh Kudus hadir di antara mereka.
Kerendahan Hati Maria dalam Magnificat
Maria tidak sombong meskipun dipilih menjadi Bunda Allah. Sebaliknya, ia memuji Tuhan dengan berkata:
“Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku.” (Lukas 1:46-47)
Ini mengajarkan:
*.Menerima anugerah Tuhan dengan syukur – Maria tidak membanggakan diri, tetapi mengakui bahwa segala sesuatu berasal dari Allah.
*.Allah meninggikan yang rendah hati – Magnificat menegaskan bahwa Tuhan memilih orang yang hatinya berserah kepada-Nya.
Relevansi Kisah Ini di Era Modern
Di dunia yang penuh individualisme, kisah Maria dan Elisabet mengingatkan kita akan pentingnya:
*.Komunitas beriman – Seperti Maria dan Elisabet, kita perlu saling mendukung dalam iman.
*.Iman yang diwujudkan dalam tindakan – Bukan hanya percaya, tetapi juga melayani.
Kunjungan Maria ke Elisabet adalah teladan sempurna tentang kasih, iman, dan kerendahan hati.
“Maria mengajarkan kita bahwa iman sejati terlihat dari cara kita melayani dan bersukacita dalam Tuhan.”
Penulis :
Ludgerus Waluya Adi, S.Ag
Guru PAK SD Inpres Mangga Dua Merauke