(Oleh: Pulo Lasman Simanjuntak)
AKU ingin kembali bangkit
sekian abad terlelap
dalam gumpalan timah hitam
yang digelar
di bawah matahari kebodohan
membentuk suatu rekaman dahsyat
percakapan kusut
Keculasan menghitung
angka-angka yang harus digemukkan
ataukah hantu yang terus bergentayangan
di sudut meja
lautan memerah
Aku ingin kembali bangkit
seratus tahun tertidur di atas ranjang komunitas biru
pada gedung kesenian ini
kumpulan orang-orang yang rajin berkarya
menulis dengan teknologi
menembus ruang dan waktu
dikepung apartemen mewah
keterasingan diri
Di jantung matahari,
tubuh laut,
paru-paru angin malam hari,
mimbar rumah ibadah,
sampai meditasi di trotoar jalan sunyi
Aku ingin kembali bangkit
hidup lebih (dan lebih ! ) dari seribu tahun lagi
berdiskusi pada tumpukan buku-buku para penyair baik hati
yang tak lagi kelaparan
menyantap menu
puisi dengan harga bandrol
tak pasti
(**)