Ketika Pendiri Bevak Pintar Memotivasi Anak Papua Belajar Dibawah Pohon Pisang

Laporan Utama290 views

Merauke, Suryapapua.com– Berbagai terobosan dilakukan Pendiri Bevak Pintar Merauke, Yohanes Kedang, MTB dengan memberikan perhatian secara intens kepada anak-anak Papua  yang putus sekolah maupun masih aktif  baik di jenjang  pendidikan Paud, SD hingga SMP.

Selain menerapkan metode pembelajaran  di bevak-bevak yang dibangun secara swadaya , juga mengajak anak-anak belajar di alam terbuka.

Salah satu program  yang dibuka perdana adalah proses belajar mengajar di bawah pohon pisang dengan dimulai dari Bevak Pintar Santa Elisabeth, beralamat di belakang kios biru.

Saat dihubungi Surya Papua Kamis (6/10), Bruder Johny (panggilan akrabnya) mengakui puluhan anak-anak Papua melakukan kegiatan belajar mengajar di bawah pohon pisang yang berlangsung pekan lalu.

“Memang ini adalah perdana dan saya memulai dari Bevak Pintar Santa Elisabeth. Nantinya berlanjut ke sembilan bevak pintar lain,” ungkapnya.

Anak-anak sedang mengikuti kegiatan belajar mengajar dibawah pohon pisang – Surya Papua/IST
Anak-anak sedang mengikuti kegiatan belajar mengajar dibawah pohon pisang – Surya Papua/IST

Dikatakan, motivasi yang mendasarinya mengajak anak-anak belajar di bawah pohon pisang, tidak lain bertujuan agar mereka menyatu dan berdamai dengan alam.

“Anak-anak usia dini seperti begini, harus kita perkenalkan sekaligus mengajarkan tentang lingkungan hidup bahwa alam juga bagian dari kehidupan manusia,” kata pria kelahiran Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur itu.

Tanpa alam, manusia juga tak bisa bertumbuh dan berkembang  dengan baik. Perlu keselarasan antara manusia dengan lingkungan hidup. Jadi merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.

“Saya mengajak anak-anak mengenal bisikan atau suara alam. Dimana hati dan pikiran mereka harus berdamai dengan alam sekitar,” ungkapnya.

Bevak Pintar, jelas Bruder Johny, tidak tergantung kepada tempat. Dimana saja kegiatan belajar mengajar dapat dijalankan dan atau dilangsungkan, meskipun minim fasilitas.

Di alam sekalipun, menurutnya, proses belajar mengajar berjalan. “Bagi saya, alam juga sebagai media pembelajaran bagi anak-anak. Sehingga mereka  dapat mengenal tumbuhan disekitarnya,” kata dia.

“Intinya, kita mengajak sekaligus memperkenalkan kepada anak-anak  agar mengenal dan mencintai lingkungan,” ujarnya.

Bagaimana respon puluhan anak belajar di alam terbuka, Bruder Johny  mengaku mereka sangat senang, meskipun awal-awal agak stengah mati. Tetapi sekarang sudah sangat nyaman dijalani.

“Ini perdana dilaksanakan di Bevak Pintar Santa Elisabeth dan nanti akan berlanjut ke bevak lain dalam wilayah kota maupun pinggiran,” katanya.

Penulis : Frans Kobun

Editor   : Frans Kobun

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *