SATU persatu ‘buah tangan’ yang dihasilkan Romanus Mbaraka, Bupati Merauke selama dua periode dimunculkan ke publik.
Ini juga sekaligus mematahkan image serta ocehan lawan politik yang tak henti-hentinya setiap hari menyerangnya dari berbagai sudut pandang yang tidak rasional, termasuk mempertanyakan apa keberhasilan dibuatnya?
Untuk mematahkan aksi ‘mulut ember’ mereka, lebih baik menunjuk fakta sesungguhnya yang telah dibuat dan atau dihasilkan Romanus Mbaraka, anak kampung dari Batu Merah, Kalilam (Pulau terapung Kimaam) itu.
Dengan begitu, mereka yang saban hari gelisah dan sirik akan kemampuan serta kecerdasan Romanus Mbaraka, Calon Gubernur Papua Selatan, insaf sekaligus bertobat dan kembali ke jalan benar.
Kembali soal keberhasilan nyata yang telah dibuat Romanus Mbaraka. Kali ini fokus ulasan tentang pembangunan Patung Kristus Raja Pulau Habe di Kampung Wambi, Distrik Okaba, Kabupaten Merauke.
Tentu ada sejarah perjalanan hingga Pulau Habe yang tak bertuan itu, berdiri kokoh dan kuat Patung Kristus Raja.
Dari ceritera Romanus Mbaraka, bersama isterinya almarhumah Mama Yohana Mekiuw menyempatkan waktu singgah di Pulau Habe beberapa tahun silam.
Ketika itu, ia (Romanus;red) bersemedi, sekaligus sembahyang di balik onggokan batu sekitar.
Petunjuk-pun didapatkan, lalu sayup-sayup Romanus mendengar tangisan. Dari situlah muncul pikiran mengerjakan dan atau membuat sesuatu.
Langkahnya pun bulat membangun, setelah terpilih menjadi Bupati Merauke periode 2011-2016 silam. Satu-satunya yang muncul dari benak hatinya paling dalam adalah membangun Patung Kristus Raja.
Komitmen itupun terwujud. Sehingga pada awal tahun 2015, dilakukan peletakan batu pertama pembangunan patung. Rancangan membangun Patung Kristus Raja juga adalah dari buah tangannya sendiri.
Kurang lebih setahun, Patung Kristus Raja berdiri kokoh 2016, bertepatan dengan berakhirnya masa jabatannya sebagai Bupati Merauke.
Oleh karena pada periode kedua tak terpilih, harusnya Bupati Merauke berikut segera meresmikan, karena pembangunan dengan menggunakan anggaran, pendapatan dan bepanja daerah (APBD).
Hanya saja mungkin karena ‘malu’ atau gengsi, karya nyata Romanus Mbaraka itu tak kunjung diresmikan.
Masih segar dalam ingatan, tahun 2018, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Papua sempat ke Pulau Habe sekaligus melakukan pemeriksaan dan tidak ada persoalan, karena sudah rampung 100 persen.
Patung Kristus Raja itu dibiarkan begitu saja. Saat kembali terpilih menjadi Bupati Merauke periode 2021-2025, sebagaimana pergumulan yang dilalui, akhirnya terjawab tepat di tanggal 8 April 2024.
Dimana mengundang secara khusus Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC untuk melakukan pemberkatan secara langsung Patung Kristus Raja Pulau Habe tersebut.
Kehadiran Patung Kristus Raja Pulau Habe, menjadi salah satu destinasi wisata rohani. Siapapun boleh kesana berdoa, sekaligus menikmati panorama alam di sekitar.
Selain keindahan pulaunya, juga pasir putih di pantai serta air yang berwarna jernih kebiru-biruan (tidak keruh) seperti di tempat lain.
Lalu para nelayan yang biasa melakukan aktivitas pencarian ikan setiap hari di sekitarnya, selalu berlindung di Pulau Habe saat sedang terjadi gelombang besar disertai angin kencang.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun