‘BADAI’ serangan terus terjadi. Biasalah, karena menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada). Apalagi Romanus Mbaraka-Bupati Merauke yang juga Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasdem Provinsi Papua Selatan, telah menyatakan sikap tegas akan maju bertarung dalam pemilihan Gubernur Papua Selatan 27 November 2024 mendatang.
Selain serangan bertubi-tubi dialamatkan kepada anak kampung dari Batu-Merah, Kampung Kalilam, Distrik Kimaam, Kabupaten Merauke itu, juga isu murahan dimunculkan ke permukaan.
Namun demikian, perlu diingat dan dicatat bahwa rakyat sudah cerdas dan tidak akan menelan bulat-bulat ‘ocehan’ oretan tangan orang di media sosial maupun kabar burung yang dihembuskan dari mulut ke mulut.
Rakyat kecil itu membutuhkan sentuhan kasih seorang pemimpin yang datang ke kampung-kampung atau berjumpa dimana saja, sekaligus mendengarkan rintihan serta ungkapan hati mereka.
Ketika pemimpinnya ‘menjenguk’ secara langsung, ada rasa senang, bangga bercampur haru. Karena mereka merasa ikut diberikan perhatian atau sentuhan.
Komitmen tersebut yang diam-diam terus dilakukan seorang Romanus Mbaraka dari waktu ke waktu.
Dia (Romanus;red), tidak ‘menghambur’ madu atau memamerkan diri ketika bergerak. Dalam diam, ia tak henti-hentinya bergerak melalui darat menggunakan mobil maupun laut dengan speedboat menjenguk rakyat di berbagai titik penjuru.
Bahkan seorang Romanus Mbaraka, jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, tak memobilisasi orang dalam jumlah banyak ikut mendampinginya. Terkadang ia jalan menyetor mobil sendiri maupun membawa speedboatnya.
Lalu satu yang membuat tidak ada sekat atau jarak antara rakyat adalah kesederhanaan yang ‘dibawa’ Romanus Mbaraka. Dimana selalu mengenakan celana pendek dan beralaskan kaki dengan sandal jepit.
Saat berceritera dengan rakyat-pun, tidak ada istlah formal segala macam. Romanus Mbaraka memposisikan diri duduk ‘melantai’ sambil makan sirih-pinang bersama sekaligus berceritera.
Dengan berbagai tingkat kesibukan setiap hari, Romanus Mbaraka tidak mengambil pusing meladeni ocehan orang.
Dia lebih memilih diam dan terus bergerak kerja tanpa mengenal kata lelah saat melayani rakyat. Bahkan senyuman ditebarkan ketika dirinya ‘digoyang.’
Sebagai manusia lemah, orang pasti memiliki batas kesabaran. Tetapi seorang Romanus Mbaraka mampu ‘mengola-nya’ dengan baik dan bijaksana.
Ya, itu juga karena Romanus Mbaraka telah digembleng sekaligus mendapatkan banyak ilmu dalam mengelola konflik ketika mengikuti pendidikan LEMHANAS beberapa tahun silam.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun