Merauke, Suryapapua.com– Sukacita menyelimuti ratusan umat Paroki Santa Theresia Buti, setelah Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC melakukan peletakan batu pertama pembangunan Gereja Peradaban Buti yang baru.
Dari pantauan suryapapua.com Sabtu (04/09/2025), sebelum kegiatan peletakan batu pertama, didahului perayaan singkat dipimpin langsung Uskup Mandagi di halaman tempat kegiatan pembangunan gereja (bagian belakang Gereja Buti sekarang).
Selain peletakan batu pertama oleh Uskup Mandagi, juga Gubernur Papua Selatan, Apolo Safanpo, Bupati Merauke, Yoseph Bladib Gebze, Sekretaris Daerah Provinsi Papua Selatan,Ferdinandus Kanakaimu Ketua Majelis Rakyat Papua Selatan (MRPS), Damianus Katayu, Wakil Ketua DPRPS, perwakilan pemilik tanah, Ketua Lembaga Marind-Imbuti serta sejumlah perwakilan lain.
Sesuai tradisi, dilakukan seremoni adat terlebih dahulu dengan memukul seekor babi, sekaligus darahnya ditumpah di lubang tempat peletakan batu pertama dilakukan.
Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC dalam khotbah singkatnya mengatakan,” Tanpa Tuhan, kita tak bisa berbuat apa-apa. Dialah kekuatan serta sandaran hidup kita.”

Olehnya, lanjut Uskup Mandagi, peletakan batu pertama ini, membuat umat Paroki Santa Theresia Buti dapat menyerahkan diri kepada Tuhan.
“Tanpa campur tangan Tuhan, tidak bisa jalan kegiatan pembangunan gereja. Dengan peletakan batu pertama, menunjukkan bahwa Tuhan-lah batu pertama kehidupan kita,” ungkapnya.
Gedung gereja, demikian Uskup Mandagi adalah lambang dari gereja sejati. Jadi, gereja yang dibangun menunjuk kepada gereja sejati.
Gereja sejati, katanya, menuju kepada umat agar berdoa kepada Tuhan. Dimana ada liturgi dan doa–disitu ada gereja. Gereja mati kalau orang tak berdoa lagi.
Tanpa kesaksian hidup, gereja akan mati. Gereja disini akan mati kalau umat tak memberikan kesaksian dalam hidup, cinta serta kesaksian tentang Kristus.
“Lalu gereja itu menuju kepada kepedulian. Gereja tanpa arti kalau umatnya tak peduli dan bersikap egois,” tegasnya.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun